Ma’iyyah (Kebersamaan)

Artinya bahwa Allah selalu bersama hamba-hambaNya di mana pun mereka berada. Di antara dalil-dalil yang menetapkan sifat ini adalah:

Firman Allah Ta’ala, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.â€‌ (At-Taubah: 40).

Firman Allah Ta’ala, “Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada.â€‌ (Al-Hadid: 4).

Makna Ma’iyyah

Ma’iyyah Allah terhadap makhlukNya terbagi menjadi dua:

1- Ma’iyyah umum bagi semua makhlukNya. Ini berarti pengetahuan Allah terhadap amal perbuatan hamba-hambaNya, gerakan mereka baik yang lahir maupun yang batin, perhitungan amal dan pengawasan terhadap mereka. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasaan Allah di mana pun ia berada.

2- Mai’yyah khusus untuk orang-orang beriman. Maknanya adalah pengawasan dan pengetahuan Allah terhadap mereka, plus pertolonga, dukungan dan penjagaanNya untuk mereka dari tipu muslihat musuh-musuh mereka.

Catatan

Jika kita menetapkan Ma’iyyah bagi Allah terhadap makhlukNya tidak berarti bahwa Allah bercampur dengan makhluk melalui dzatNya, tidak demikian, Mahasuci Allah dari hal itu karena ini adalah madzhab Ahlu Hulul yang sesat, batil lagi kufur, karena Allah Mahatinggi di atas hamba-hambaNya, bersemayam di atas Arasy tetapi Dia bersama mereka dengan ilmuNya, mengetahui segala hal ihwal mereka.

Ma’iyyah dapat digunakan untuk kebersamaan yang mutlak sekali pun tidak terjadi persentuhan atau percampuran. Ketika Anda berkata, “Hartaku bersamaku.â€‌ Tidak berarti Anda memegang harta itu, bisa saja harta itu di kendaraan atau di tabungan atau di gudang. Ketika Anda berkata, “Kami duduk sedangkan rembulan bersama kami.â€‌ tidak berarti rembulan ada di sisi Anda, ia ada di langit, tetapi kalimat Anda tidak keliru.

Al-Wajhu (Wajah), al-Yadan (Dua Tangan) dan al-Ainan (Dua Mata)

Ini adalah sifat-sifat dzatiyah bagi Allah sesuai dengan keagunganNya, kita memahaminya secara hakiki bukan majazi, tanpa takwil. Kita mengatakan, Allah mempunyai wajah, dua mata dan dua tangan sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya sebagai mana yang hadir dalam dalil-dalil yang shahih.

Firman Allah Ta’ala yang menetapkan wajah, “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.â€‌(Ar-Rahman: 27).

Firman Allah Ta’ala yang menetapkan kedua tangan, “Tidak demikian, tetapi kedua tangan Allah terbuka, Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.â€‌ (Al-Maidah: 64).

Firman Allah Ta’ala yang menetapkan al-Ainan, “Maka sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan Kami.â€‌ (Ath-Thur: 48).

Disebutkan dalam sunnah yang menunjukkan makna mutsanna ketika Rasulullah saw menyifati Dajjal, “Sesungguhnya dia buta mata sebelah dan sesungguhnya Tuhanmu tidak buta mata sebelah.â€‌(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Maksud hadits ini bukan menetapkan satu mata, karena mata yang sebelah jelas cacat, Mahasuci Allah dari hal yang demikian.

Dari Kitab Tauhid 1 karya Ibnu Fauzan.