Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Umar bin Salamah radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَكَانَتْ يَدِي تَطِيْشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ سبحانه و تعالى ، وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ.

“Aku seorang pemuda dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika tanganku bergerak di seputar piring hidangan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai pemuda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat padamu’.”

Dalam suatu riwayat dalam ash-Shahih, ia mengatakan,

أَكَلْتُ يَوْمًا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، فَجَعَلْتُ آكُلُ مِنْ نَوَاحِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : كُلْ مِمَّا يَلِيْكَ.

“Suatu hari aku makan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku makan dari berbagai penjuru piring hidangan, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepadaku, ‘Makanlah apa yang dekat denganmu’.”

Aku katakan, Ucapannya: Tathisyu, maknanya ialah bergerak dan menjulur ke ber-bagai penjuru piring. Tidak terbatas pada satu tempat saja.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Jabalah bin Suhaim, radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

أَصَابَنَا عَامُ سَنَةٍ مَعَ ابْنِ الزُّبَيْرِ، فَرُزِقْنَا تَمْرًا، فَكَانَ عَبْدُ اللهِ ابْنُ عُمَرَ رضي الله عنه يَمُرُّ بِنَا وَنَحْنُ نَأْكُلُ، وَيَقُوْلُ: لاَ تُقَارِنُوْا، فَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم نَهَى عَنِ اْلإِقْرَانِ. ثُمَّ يَقُوْلُ: إِلاَّ أَنْ يَسْتَأْذِنَ الرَّجُلُ مِنْكُمْ أَخَاهُ.

“Kami tertimpa masa paceklik bersama Ibnu az-Zubair, lalu kami diberi rizki berupa kurma. Lalu Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhu melewati kami pada saat kami sedang makan, dan ia mengatakan, ‘Janganlah kalian makan dua butir kurma dalam satu suapan (iqran), karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang iqran.’ Kemudian ia mengatakan, ‘Kecuali jika seseorang mengizinkan saudaranya (melakukan hal itu)’.”

Aku katakan, Ucapannya, “La tuqarinu,” yakni janganlah seseorang makan dua kurma dalam satu suapan.

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Salamah bin al-Akwa’ radiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم بِشِمَالِهِ. فَقَالَ: كُلْ بِيَمِيْنِكَ. قَالَ: لاَ أَسْتَطِيْعُ. قَالَ: لاَ اسْتَطَعْتَ، مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيْهِ.

“Bahwa seseorang makan di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kirinya, maka beliau bersabda, ‘Makan-lah dengan tangan kananmu.’ Ia menjawab, ‘Aku tidak mampu.’ Beliau bersabda, ‘Semoga engkau tidak mampu. Tidak ada yang menghalanginya kecuali kesombongan.’ Setelah itu ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya.”

Aku katakan, Orang ini adalah Busr, anak penggembala unta. Ia adalah seorang sahabat. Aku telah menjelaskan ihwalnya dan menjelaskan hadits ini dalam Syarh Shahih Muslim. Wallahu a’lam.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky