Pertama: Menghisap Jari (Masa Oral -pent)

Masalah yang satu ini mulai muncul sejak hari-hari pertama ia merasakan lapar atau ngantuk. Akan tetapi setelah ia melewati usia 2 tahun, ia tunjukkan kejiwaannya dengan sakit. Hal ini merupakan pelarian yang ia tunjukkan dari kenyataan ataupun sesuatu yang ia hadapi. Maka, seorang anak pada usia-usia tersebut tidak mengetahui solusi atas masalah-masalah yang merupakan kelemahan jiwa atau kelemahan organ tubuhnya, baik fikiran, akal, tubuh, ataupun masalah yang muncul dari lingkungan keluarga, seperti broken home (keretakan rumah tangga), percekcokan suami-isteri, kelemahan jiwa salah satu orang tuanya, menerima paksaan pihak lain, kelalaian atau ketidaktahuan keluarga dalam mendidikan anak, perbedaan metode pendidikan yang diterapkan oleh suami atau isteri terhadap anak. Anakmu akan menghisap jarinya, hal ini sebagai tanda ia kehilangan kepercayaan diri terhadap kalian, dan tidak adanya tanggung jawab atau perlindungan dari kalian terhadap mereka (anak). Maka, seorang ayah, atau ibu, keduanya adalah dunia bagi anak kecil dan pengalaman pertama baginya dalam kehidupan.

Maka, keluarga adalah tempat bagi seorang anak untuk menambah perbendaharaan untuk menghadapi kehidupan dan memenangkan dalam sulitnya “percaturan” kehidupan. Maka, ia merupakan penguji pertama baginya terhadap ketenangan jiwanya. Akan tetapi, apa penyebab lainnya sehingga anak menghisap jari?

  • Kehilangan kasih-sayang, maka jadilah ia menghisap jari sebagai ganti kasih-sayang yang hilang.
  • Tekanan-tekanan yang terus-menerus dan cara yang tidak benar dalam mendidik anak. Sebagian kebiasaan yang digunakan oleh keluarga untuk mengajari anaknya tidak memperhatikan umur dan kemampuan anak untuk bisa mencernanya.
  • Menghinakannya, menolak permintaannya secara terus-menerus dan tidak ada ganti atas kebutuhan yang ia minta tersebut.
  • Cemburu terhadap adik barunya.
  • Kehilangan salah satu anggota keluarganya, baik karena cerai, meninggal ataupun karena pindah.
  • Faktor genetik (keturunan). Ini adalah sebab yang sangat kuat. Sebagian orang tidak meyakini hal ini. Akan tetapi plus selama penelitian ilmiah diketahui bahwa menghisap jari diantara sebabnya adalah faktor genetik dan bukan karena pengaruh kejiwaan.
  • Lelah dan ngantuk. Mayoritas anak tidak mampu tidur teratur seperti biasa. Oleh karena itu, keinginan mereka untuk tidur dan perasaan keluarga didahului oleh dua hal di atas, baik dengan cara menangis ataupun menghisap jari.

Bagaimana Mengobatinya

  • Kedua orang tua harus bisa memahami kejiwaan anaknya; Apakah hal itu disebabkan oleh syaraf ataukah karena ia mengalami masalah kejiwaan.
  • Tidak memberikan hukuman apappun bentuknya, dan tidak berlebihan dalam memandang anak (mata melotot -pent), sebab hal itu menjadikannya semakin terus-menerus menghisap jari jika sedang mengalami masalah kejiwaan.
  • Mendidik anak dengan suasana kasih-sayang, cinta, penuh empathi. Mayoritas bapak merasa bahwa bersama-sama, membuai, dan mencium adalah untuk anak kecil dan tidak layak diberikan kepada anak usia 5 tahun atau 10 tahun. Mereka lupa bahwa anak akan merasa diliputi perasaan “menjadi anak” sampai walaupun sudah besar. Apabila perempuan membutuhkan kasih-sayang suaminya, dan laki-laki membutuhkan kasih-sayang dan kecintaan isterinya, maka anak jauh lebih membutuhkan lagi akan hal itu.
  • Mengalihkan perhatian anak kepada hal-hal lain sebagai selingan dan hiburan akan bisa menjauhkan perasaan takut.
  • Jika anak tersebut berusia 5 atau 6 tahun atau di atasnya, maka buatlah ia bisa melihat perilakunya sendiri itu (menghisap jari) melalui cermin misalnya, dan beritahukan kepadanya dengan lembut bagaimana caranya merubah wajahnya akan berubah menjadi jelek dengan ia menghisap jari.

Kedua: Memainkan Alat Kelamin (Masa Genital -pent)

Kebiasaan ini muncul pada anak pada usia antara 2 – 3 tahun, dan terkadang sampai lebih dari 3 tahun.

Akan tetapi, apa penyebabnya? Pada hakikatnya, anak-anak mulai memainkan anggota tubuhnya dalam bentuk kebiasaan, akan tetapi hal itu akan terus manakala ia mengalami masalah kejiwaan, seperti cemas, khawatir, merasa sendirian. Kebiasaan ini juga ia lakukan didorong oleh rasa keingintahuan untuk mengetahui sesuatu, akan tetapi sang ibu buru-buru berteriak atau memukul anaknya apa yang ada ditangannya. Inilah salah satu sebab sang anak terus-menerus melakukan kebiasaan jeleknya itu. Maka, sang anak merasakan rasa “enak” dan “nikmat”, dan demikian terus ia lakukan karena kebiasaan itu mendatangkan rasa enak dan rileks.

Bagaimana Mengobatinya

  • Ancaman bukan solusi yang terbaik, sebab hal itu justeru akan menambah lama kebiasaan itu ia lakukan dengan semakin besarnya perasaan takut.
  • Anak jangan dibiarkan sendirian dalam waktu lama, akan tetapi usahakan ia selalu dekat dengan kawan-kawannya atau saudara-saudaranya di dalam rumah.
  • Siapkan alat-alat yang bisa mengalihkan waktu luangnya.
  • Berbicaralah dengan anak dengan jelas dan singkat tentang bahaya yang mungkin akan terjadi jika ia bermain-main dengan alat kelaminnya. Sebab kebanyakan anak akan meninggalkan kebiasaan itu bersama berlalunya waktu. (Abm)

Sumber: Majalah Al-Furqan (Kuwait), No. 54/Th 6/Rabi’ul Akhir