Kitab Apakah Yang Pertama Kali Ditulis Yang Hanya Memuat Hadits-Hadits Shahih Saja?

Kitab yang pertama kali ditulis tentang hadits-hadits shahih secara khusus (terpisah) adalah Shahih al-Bukhari, kemudian Shahih Muslim, dan keduanya adalah kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an. Dan ummat ini telah ijma’ (sepakat) menerima dan mengakui kedua kitab tersebut.

Manakah Dari Keduanya Yang Lebih Shahih?

Shahih al-Bukhari adalah yang lebih shahih di antara keduanya, dan lebih banyak faidahnya. Hal itu karena hadits-hadits dalam Shahih al-Bukhari lebih mutashil (bersambung) sanadnya, dan lebih tsiqah (terpercaya) para perawinya. Dan juga karena di dalamnya terdapat kesimpulan-kesimpulan hukum fikih dan point-point hukum yang tidak ada dalam Shahih Muslim.

Dan keadaan Shahih al-Bukhari yang lebih shahih dibandingkan dengan shahih Muslim adalah jika dilihat secara keseluruhan (bukan satu persatu hadits dalam Shahih al-Bukhari dari pada Shahih Muslim). Karena terkadang ada beberapa hadits dalam Shahih Muslim lebih kuat (lebih shahih) dibandingkan dengan beberapa hadits dalam Shahih al-Bukhari.

ada pendapat yang mengatakan bahwa Shahih Muslim lebih shahih. Namun pendapat yang pertama lebih kuat. Dan ada juga yang mengatakan bahwa Shahih al-Bukhari lebih Shahih dibandingkan Shahih Muslim dari sisi sanadnya, dan Shahih Muslim lebih baik dari Shahih al-Bukhari dari sisi penyusunannya. Wallahu A’lam

Apakah Keduanya Sudah Mencakup Seluruh Hadits Shahih Atau Berusaha Keras Untuk Itu?

Tidak, Imam al-Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah tidak mengumpulkan seluruh hadits shahih yang ada ke dalam kitabnya, dan tidak juga mereka bertekad untuk mengumpulkan seluruh hadits-hadits shahih tersebut. Imam al-Bukhari rahimahullah berkata:”Tidaklah aku memasukkan ke dalam kitabku al-Jami’ (Jami’ush Shahih atau yang dikenal dengan Shahih al-Bukhari) kecuali hadits yang shahih, dan aku tinggalkan (tidak aku masukkan) hadits-hadits shahih yang lain karena khawatir akan menjadi panjang kitab ini.”

Imam Muslim rahimahullah berkata:”Tidak semua hadits shahih yang ada padaku (aku hafal) aku masukkan ke dalam kitab ini (Shahih Muslim), akan tetapi aku hanya memasukkan yang telah disepakati oleh para Ulama tentang keshahihannya.”

Hadits Shahih Yang Tidak Tercantum Dalam Kedua Kitab Tersebut Banyak Atau Sedikit?

Al-Hafizh Ibnu Akhram berkata:”Yang tidak tercantum adalah sedikit”. Dan ini pernyataan ini diingkari (ditolak).

Dan yang benar adalah bahwa yang tidak tercantum dalam kedua kitab tersebut adalah banyak. Telah dinukil dari Imam al-Bukhari rahimahullah, bahwasanya beliau berkata:”Apa yang aku tinggalkan dari hadits shahih (yang tidak aku cantumkan dalam kitabku) adalah lebih banyak.” Dan beliau juga berkata:”Aku menghafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus hadits ribu hadits yang tidak shahih.” (‘Ulumul Hadits)

Berapa Jumlah Hadits Di Kedua Kitab Tersebut

Al-Bukhari: Jumlah hadits yang ada di dalamnya ada 7.275 (tujuh ribu dua ratus tujuh puluh lima) hadits jika hadits-hadits yang diulang-ulang dihitung. Dan jika hadits-hadits yang diulang-ulang tidak dihitung maka jumlahnya menjadi 4.000 (empat ribu). Dan Shahih Muslim jumlah haditsnya ada dua belas ribu kalau hadits yang diulang-ulang dihitung, adapun kalau tidak dihitung maka jumlahnya menjadi 4.000 (empat ribu).

Di Mana Kita Bisa Mendapatkan Hadits Shahih Yang Tidak Dicantumkan Oleh Imam Al-Bukhari Dan Muslim?

Kita bisa mendapatkanya di kitab-kitab yang terpercaya dan terkenal seperti Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Mustadrak al-Hakim, Sunan yang empat (Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah), Sunan ad-Daruquthni dan Ibnu al-Baihaqi dan lain-lain.

Namun keberadaan suatu hadits dalam kitab-kitab di atas tidak cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa hadits tersebut shahih. Akan tetapi harus ada keterangan yang menunjukkan shahihnya hadits tersebut, kecuali di dalam kitab yang penulisnya mensyaratkan bahwa ia mencukupkan diri dengan menampilkan hadits-hadits shahih saja dalam kitabnya, seperti Shahih Ibnu Khuzaimah.

(Sumber: تيسير مصطلح الحديث karya Dr. Mahmud ath-Thahhan, dengan sedikit tambahan. Maktabah Ma’arif, Riyadh, halaman 37-39. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)