• Hadits maudhu’ (palsu):

    “Sesungguhnya Allah menggenggam segenggam dari cahaya-Nya, lalu berfirman kepadanya, ‘Jadilah Muhammad’.”

  • Hadits maudhu’:

    “Wahai Jabir, bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya Nabimu.”

  • Hadits tidak ada sumber asalnya:

    “Bertawassullah dengan martabat dan kedudukanku.”

  • Hadits maudhu’. Demikian menurut AI-Hafizh Adz-Dzahabi:

    “Barangsiapa yang menunaikan haji kemudian tidak berziarah kepadaku, maka dia telah bersikap kasar kepadaku.”

  • Hadits tidak ada sumber asalnya. Demikian menurut Al-Hafizh Al-‘lraqi.

    “Pembicaraan di masjid memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”

  • Hadits maudhu’. Demikian menurut AI-Ashfahani:

    “Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman.”

  • Hadits maudhu’, tidak ada sumber asalnya:

    “Berpegang teguhlah kamu dengan agama orang-orang lemah.”

  • Hadits tidak ada sumber asalnya:

    “Barangsiapa yang mengetahui dirinya, maka dia telah menge-tahui Tuhannya.”

  • Hadis tidak ada asal sumbernya:

    “Aku adalah harta yang tersembunyi.”

  • Hadits maudhu’:

    “Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata, ‘Wahai Tuhan-ku, aku memohon kepadaMu dengan hak Muhammad agar Eng-kau mengampuni padaku.”

  • Hadits maudhu’:

    “Semua manusia (dalam keadaan) mati kecuali para ulama. Se-mua ulama binasa kecuali mereka yang mengamalkan (Ilmunya). Semua orang yang mengamalkan ilmunya tenggelam, kecuali me-reka yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu berada dalam bahaya yang besar.”

  • Hadits maudhu’. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dha’iifah, hadits no. 58:

    “Para sahabatku laksana bintang-bintang. Siapa pun dari mere-ka yang engkau teladani, niscaya engkau akan mendapat petun-juk.”

  • Hadits batil. Lihat Silsilatul Ahaadits Adh-Dhaiifah, no. 87:

    “Jika khatib telah naik mimbar, maka tak ada lagi shalat dan perbincangan.”

  • Hadits batil. Ibnu AI-Jauzi memasukkannya dalam kelompok hadits-hadits maudhu’:

    “Carilah Ilmu meskipun (sampai) di negeri Cina.”