Ketika mata-mata para isteri terbuka lebar, lisannya mulai \”berani\” berbicara, dan suaranya pun mulai nyaring, maka aku tidak jadi menasihati mereka dan hanya berusaha diam dan membisu…. Segala tetek-bengek mulai membuat sumpek: wajah tidak sumringah; pendengaran jadi berat manakala aku ingin mengajaknya berbicang-bincang tentang kelalaian kami, tentang malasnya kami dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan suka berleha-leha d engan waktu, dan … dan.. masih banyak lagi. Akan tetapi, kami tidak pernah membicarakan permasalahan suami dan hak-haknya kepada kami dan kewajiban mereka kepada kami, sampai akhirnya terjadilah apa yang terjadi …

a) Diantara mereka (para isteri) ada yang berkata, \”Jasa apa yang telah ia (suami) lakukan, sehingga kalian mengatakan bahwa hak seorang suami dari kami adalah sangat besar, bahwa Rasulullah menyatakan seandainya diperintahkan seseorang untuk bersujud kepada sesama manusia, tentu aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya.?

b) Dan jika kita tanya kepada para isteri tentang segala permasalahan yang dihadapinya dalam keluarga di zaman ini -padahal aku mengira dengan pasti bahwa awal penyebab semua itu adalah sedikitnya dzikir kepada Allah, jauhnya kita dari Allah, tidak mengamalkan agama- maka tidak ada jawaban yang keluar dari lisan mereka (para isteri di zaman ini) selain: suami-lah penyebab semua ini, demi Allah !! Sungguh menyesakkan dadaku, demi Allah, bahkan miris ketika terdengar kabar dari kami-kami ini (para isteri dan para suami) hal yang memilukan. Allah berfirman, \”Dan kami taqdirkan terjadinya mawaddah wa rahmah di antara kalian\”. Akan tetapi kami (para isteri) malah mengatakan, \”Sebab terjadinya kegundahan dan malapetaka yang menimpa kami adalah para suami.\” Dan para suami pun mengatakan, \”Wanita-lah penyebab semua itu.\”!! Seolah kita (suami dan isteri) adalah dua pihak yang saling berusaha menjatuhkan atau mengalahkan lawannya, dan mencerca aib-aib dan kekurangannya, padahal Allah berfirman, \”Sebagai pasangan bagi masing-masing) seperti satu jasad, dan satu nyawa….

Para wanita membicarakan hal-hal yang menyenangkan dirinya dan juga menggunjingkan kesalahan-kesalahan suaminya, padahal Allah berfirman, \”Laki-laki adalah Qawwam terhadap wanita.\” Qawwam, maknanya sangat luas, seandainya kita-kita ini para wanita dan para lelaki mau meresapinya, tentu akan terselesaikanlah segala permasalahan dan musibah. Maka wajib bagi seorang isteri untuk memberikan hak suaminya, dan menjadikan suaminya benar-benar sebagai seorang laki-laki, dan menempatkannya sesuai posisinya, menghormatinya, serta mentaatinya selama tidak menyuruh kepada ma\’shiyat kepada Allah.

Dan ingatlah firman Allah, \”Dan berlemah-lembut, dan banyak memaafkan kesalahan orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang ihsan\”. Ini adalah tentang sikap kepada orang lain, maka bagaimana lagi kita bersikap kepada suami kita… Dan ketahuilah wahai para isteri, bahwa muamalah yang baik ini akan berdampak positif yang sangat besar pada hati suami dan perbaikan kehidupan suami-isteri. Dan ingatlah, bahwa untuk semua itu, Allah menberikan pahala yang besar, lagi agung…..

Adapun kalian wahai para suami (yang beriman kepada Allah), maka kami mengatakan kepadamu sebagaimana Rasulullah bersabda, \”Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik muamalahnya kepada anggota keluarganya\”.
Dan para wanita membutuhkan bukti cintamu, mawaddahmu, dan penghormatanmu; ia mengerjakan hal-hal yang kalian sukai. Rasulullah bersabda, \”Cintailah/sukalah kalian kepada saudaramu tentang sesuatu yang kalian juga cinta kepadanya.\” Dan ketahuilah bahwa isteri juga manusia yang bisa bersalah, sama seperti kalian (para suami) juag bersalah. Bantulah mereka untuk mempelajari Islam, dan jangan kalian ridha dengan kemasiatan yang dilakukan isteri-isteri kalian…

Buatlah sesuatu untuk isterimu pada berbagai kesempatan sehingga engkau melihat kebahagiannya dan untuk menjaga citramu di sisi isterimu. Dan ingatlah bahwa Allah menjadikan kalian sebagai qawwam tidak lain karena Allah memberikan kekuatan yang lebih daripada kepada wanita, baik kemampuan akal, kemampuan fisik. Maka konsentrasikanlah dirimu untuk menjaga predikat qawwam ini untuk kemanfaatan diri dan keluarga, serta ingatlah bahwa jika engkau tidak menyukai isterimu pada salah satu sifatnya, pasti kamu menyukai sifat-sifat dia yang lain yang bahkan lebih banyak.

( Ummu Abdillah Al-Muntakh )