Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang menghalangi Allah melakukan apa yang Dia inginkan, jika Allah berkenan maka benda mati pun bisa hidup dan bergerak, tidak aneh bagi Allah yang memang berkuasa atas segala sesuatu, inilah yang terjadi pada sebongkah batu yang tiba-tiba bisa berlari membawa kabur baju nabi Musa yang diletakkan di atasya.

Orang-orang bodoh dari Bani Israil menuduh Musa memiliki penyakit bawaan yang dia sembunyikan, mereka menuduh demikian karena Musa menyembunyikan auratnya, Musa menolak mandi bersama dengan yang lain karena besarnya rasa malu yang ada pada dirnya. Dan manakala Allah berkehendak membongkar setiap kebatilan yang dituduhkan kepada para nabi yang bisa menghalangi orang untuk mengikuti mereka, maka Allah menjadikan batu itu terbang membawa baju Musa yang diletakkan di atasnya sementara dia sedang mandi. Bani Israil melihat Musa telanjang tanpa cacat dan mereka pun mengetahui kedustaan para pendusta padanya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Musa adalah seorang laki-laki yang pemalu dan menutup diri, kulitnya tidak terlihat sedikit pun karena rasa malunya, maka di kalangan Bani Israil terdapat orang-orang yang menyakitinya, mereka berkata, ‘Musa tidak tertutup seperti itu kecuali karena cacat yang ada di kulitnya, bisa penyakit sopak, bisa karena kedua buah pelirnya besar atau penyakit lainnya.’ Dan sesungguhnya Allah berkehendak membebaskan Musa dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Suatu hari Musa menyendiri, dia melepas pakaiannya dan meletakkannya di atas sebuah batu, lalu dia mandi. Selesai mandi Musa menghampiri bajunya untuk mengambilnya dan memakainya, tetapi batu itu berlari membawa baju Musa. Musa mengambil tongkatnya, orang-orang melihat Musa telanjang dalam bentuk ciptaan Allah yang paling baik. Allah membebaskan Musa dari apa yang mereka katakan. Batu itu berhenti Musa mengambil bajunya dan memakainya. Musa mulai memukul batu itu dengan tongkatnya. Demi Allah, pukulan tongkat Musa meninggalkan bekas di batu itu sebanyak tiga atau empat atau lima, dan itulah firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 69).

Dalam riwayat al-Bukhari yang lain dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda, “Bani Israil mandi dengan telanjang, sebagian melihat kepada yang lain. Sementara Musa mandi sendiri. Mereka berkata, ‘Musa tidak mau mandi bersama kita kecuali karena dia itu memiliki dua buah pelir yang besar.” Suatu hari Musa mandi, dia meletakkan bajunya di atas batu, lalu batu itu berlari membawa bajunya. Musa memburunya sambil berkata, ‘Bajuku wahai batu.’ Sampai Bani Israil melihat Musa. Mereka berkata, ‘Demi Allah Musa tidak apa-apa.’ Lalu Musa mengambil bajunya dan memukuli batu itu.” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah pukulan Musa membekas di batu itu enam atau tujuh kali pukulan.”

Dalam riwayat ketiga di al-Bukhari dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Musa adalah seorang laki-laki pemalu, itulah firman Allah, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 69).

Hadits ini dalam Shahih al-Bukhari, Kitab Ahadits al-Anbiya’ nomor 3404. Riwayat kedua dalam al-Bukhari, Kitabul Ghusli Bab Man Ightasala Uryanan nomor 278. Riwayat ketiga dalam al-Bukhari, Kitab at-Tafsir bab, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa.” (QS. Al-Ahzab: 69).
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Shahihnya, Kitabul al-Fadhail, Bab Fadhail Musa.

FAIDAH-FAIDAH HADITS

1. Kaum laki-laki Bani Israil boleh mandi telanjang di antara mereka. Hal ini termasuk yang dinasakh dalam syariat Muhammad, ia haram bagi kita.
2. Besarnya rasa malu Musa, dan di antara rasa malunya adalah dia menutupi auratnya dan jasadnya dari manusia walaupun syariatnya tidak melarang itu.
3. Jika para nabi dan rasul tidak lepas dari gangguan orang-orang bodoh, lebih-lebih orang-orang shalih, oleh karena itu dibutuhkan kesabaran untuk menghadapinya, ini sudah menjadi sunnatullah.
4. Allah membebaskan Musa dari tuduhan orang-orang bodoh dengan cara yang sebenarnya dihindari oleh Musa, akan tetapi cara ini mujarab, syubhat pun lenyap. Dan Allah pemilik hikmah yang mendalam dan keputusan yang tidak tertolak.
5. Terdapat dua ayat Allah pada makhluk-Nya dalam hadits ini: Batu berlari membawa baju Musa, padahal tidak lazim batu berlari atau terbang dan bekas yang ditinggalkan oleh tongkat Musa di batu itu ketika Musa memukulnya padahal tongkat meninggalkan bekas di batu bukanlah sesuatu yang lazim.
6. Para nabi adalah orang-orang yang sempurna ciptaan dan akhlaknya karena Allah memilih untuk memikul risalah-Nya dan menunaikan amanah-Nya orang-orang yang terbaik dan terpilih.
7. Orang-orang terhormat dan pintar dalam kondisi terkejut bisa melakukan sesuatu di mana mereka melupakan kehormatan dan kepintarannya seperti Musa yang berlari di belakang batu dengan telanjang dan memukul batu karena kesal kepadanya.
8. Syariat Taurat tidak layak untuk dijadikan sebagai pedoman dalam setiap masa, sebagian darinya ada yang layak untuk masa itu, di antaranya adalah dibolehkannya membuka aurat pada waktu mandi. Ini tidak layak di masa sekarang oleh karenanya Allah menasakhnya.

Dari Shahih al-Qhashah an-Nabawi, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar. (Izzudin Karimi)