Keutamaan Baiat Ridhwan

Allah Taala berfirman tentang sahabat yang membaiat dalam Baiat Ridhwan, “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.â€‌ (Al-Fath: 18-19).

Allah mensifati mereka dengan iman, ini adalah rekomendasi dari Allah bahwa sahabat yang membaiat di bawah pohon adalah Mukmin yang diridhai dan Nabi sendiri telah bersabda, “Tidak masuk Neraka seseorang yang membaiat di bawah pohon.â€‌ Diriwayatkan oleh al-Bikhari. Keridhaan ditetapkan oleh al-Qur’an dan keselamatan dari Neraka ditetapkan oleh Sunnah. Inilah keutamaan para sahabat yang hadir dl baiat tersebut.

Penyebab baiat ini adalah Nabi pergi ke Makkah hendak umrah, beliau membawa hadyu dan diiringi sahabat-sahabatnya yang berjumlah seribu empat ratus orang, mereka hanya ingin umrah. Ketika mereka tiba di Hudaibiyah sebuah tempat dekat Makkah, sekarang ia berada di jalan menuju Jeddah, sebagian daerahnya masuk ke dalam daerah Haram itu, orang-orang Makkah menghalang-halangi Rasulullah dan sahabat-sahabatnya karena mereka merasa sebagai tuan rumah dan pelindung Ka’bah, “Kenapa Allah tidak mengadzab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa.â€‌ (Al-Anfal: 34). Terjadilah antara mereka dengan Nabi tawar menawar.

Di peristiwa ini Allah menunjukkan kepada NabiNya sebagian tanda-tanda kekuasaanNya yang menjadi indikator bahwa akan lebih baik jika Rasulullah dan para sahabat mengalah karena ia mengandung kebaikan dan kemaslahatan, tanda tersebut adalah berhentinya unta Rasulullah ia menolak untuk berjalan sampai mereka berkata, “Qaswa’ mogok.â€‌ Nabi membelanya, “Demi Allah, Qaswa’ tidak mogok, itu bukan tabiatnya akan tetapi ia dihentikan oleh yang menghentikan gajah.â€‌ Kemudian Nabi bersabda, “Demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, mereka tidak memintaku suatu syarat di mana dengannya mereka mengagungkan batasan-batasan Allah niscaya aku akan berikan kepada mereka.â€‌ Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Terjadilah tawar menawar, Rasulullah mengirim Usman bin Affan karena dia memiliki kerabat di Makkah yang melindunginya. Nabi mengutusnya ke Makkah untuk mengajak mereka masuk Islam dan menyampaikan bahwa Nabi hanya datang untuk umrah dan mengagungkan Ka’bah. Lalu muncul desas-desus bahwa Usman dibunuh. Hal itu membuat kaum muslimin bersedih maka Nabi mengundang para sahabat untuk berbaiat. Nabi membaiat mereka untuk siap berperang melawan penduduk Makkah yang telah membunuh utusan Rasulullah. Karena memang utusan itu tidak boleh dibunuh, maka sahabat membaiat Nabi untuk berperang dan tidak berlari dari kematian.

Kesaksian Surga Bagi Para Sahabat

Kepastian Surga ada dua macam: Berkait dengan sifat dan berkait dengan pribadi.

Yang pertama adalah kesaksian kepada setiap Mukmin bahwa dia di Surga, setiap orang yang bertakwa di Surga tanpa menentukan pribadi tertentu. Ini adalah kesaksian umum yang wajib kita lakukan karena Allah telah menyatakan demikian, firmanNya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, bagi mereka Surga-Surga yang penuh kenikmatan, kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar.â€‌ (Luqman: 8-9).

Adapun kesaksian yang berkait dengan pribadi tertentu seperti kita bersaksi bahwa fulan di Surga atau jumlah tertentu di Surga maka ini adalah kesaksian khusus, kita bersaksi bagi siapa pun di mana Rasulullah bersaksi untuknya baik itu untuk satu orang atau untuk orang-orang tertentu.

Contohnya adalah sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk Surga, mereka dijuluki demikian karena Nabi menyebutkan anama-nama mereka dalam satu hadits. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Said bin Zaid, Saad bin Abu Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidullah, az-Zubair bin al-Awwam, Abu Ubaidah Amir bin al-Jarrah.

Mereka itulah orang-orang yang diberi berita gembira oleh Rasul dalam satu hadits, beliau bersabda, “Abu Bakar di Surga, Umar di Surga …â€‌ Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad. Oleh karena itu mereka dikenal dengan sepuluh orang yang dijamin Surga, kita wajib bersaksi bahwa mereka di Surga berdasarkan kesaksian Nabi.

Di antara sahabat yang dijamin surga adalah Tsabit bin Qais adalah khatib Nabi, dia bersuara lantang, ketika ayat ini turun, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.â€‌ (Al-Hujurat: 2). Dia takut amalnya terhapus sementara dia tidak merasa maka dia bersembunyi di rumah, Nabi mencarinya, beliau mengutus seseorang mencari tahu tentang alasannya bersembunyi. Tsabit berkata, “Allah telah menurunkan ayat, -Dia membaca ayat di atas- Aku adalah orang yang mengangkat suara di atas suara Nabi, amalku terhapus, aku termasuk penghuni Neraka.â€‌ Laki-laki tersebut kembali kepada Nabi dan menyampaikan apa yang dikatakan Tsabit. Maka Nabi bersabda, “Kembalilah kepadanya, katakan kepadanya,’Kamu bukan termasuk penghuni Neraka akan tetapi kamu di Surga.â€‌ Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Termasuk sahabat yang dijamin surga adalah Ummahatul Mukminin karena mereka dalam derajat Rasulullah, di antara mereka adalah Bilal, Abdullah bin Salam, Ukasyah bin Mihshan dan Saad bin Muadz.

Dari Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.