Membangun Kembali

Setelah sebelumnya sempat berhenti karena pembekuan dari Pemerintah Mesir, Jamaah Anshar Sunnah mulai menata ulang diri mereka untuk bangkit dan lahir kembali. Di tangan Syaikh Muhammad Abdul Majid asy-Syafi’i yang dikenal dengan Rasyad asy-Syafi’i, 1919 – 1990 M, Jamaah ini lahir kembali, maka Syaikh Rasyad asy-Syafi’i dikenal sebagai pendiri Jamaah yang kedua. Sebelumnya Syaikh adalah sekretaris umum Jamaah dan penaggung jawab cabang.

Syaikh Muhammad Abdul Majid berusaha keras dan mengeluarkan segala upaya untuk membangun kembali Jamaah ini, dan hal itu berhasil dia lakukan di zaman Mesir dipimpin oleh Anwar Sadat tahun 1972 H.

Tiga tahun setelah itu Syaikh menerbitkan Majalah at-Tauhid sebagai ganti dari al-Hadyu an-Nabawi, dia sendiri yang memegang ketua dewan redaksinya. Dengan terbitnya majalah ini, aktifitas dan kegiatan Jamaah kembali menggeliat dan berputar seperti dulu, para simpatisannya bertambah dan cabang-cabangnya semakin banyak.

Pada tahun 1975 M, ketika Syaikh Rasyad asy-Syafi’i masih hidup, diadakan pemilihan ketua baru bagi Jamaah, yang terpilih adalah Syaikh Muhammad Ali Abdurrahim dan Syaikh Rasyad sendiri setelah itu menjadi ketua cabang di propinsi al-Jizah sampai wafat tahun 1990 M.

Syaikh Muhammad Ali Abdurrahim lahir di Iskandariyah, hafal al-Qur`an ketika masih kecil, masuk Madrasah al-Muallimin di Iskandariyah dan lulus tahun 1923 M. selanjutnya Syaikh Muhammad bekerja di bidang pengajaran dan seiring bertambahnya waktu karirnya menanjak sampai dia menjabat sebagai pengarah.

Di tahun 1943 M Syaikh Muhammad mendirikan Jamaah Ikhwan al-Haj di Iskandariyah, dari sini Syaikh mengenal Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi dalam sebuah perjalan haji di tahun 1948 M.

Syaikh Muhammad termasuk ulama yang menonjol dalam perhatiannya terhadap tauhid dan sunnah, di samping keahliannya di bidang Geografi. Dia mempunyai peran yang sangat penting dalam pendirian Ma’had-ma’had Ilmiah dan peletakan kurikulumnya di Saudi Arabiah. Syaikh pernah tinggal di Haram Makki dan mengajar di sana dalam waktu yang cukup lama.

Di zaman Syaikh memimpin Jamaah, banyak didirikan markas-markas Islam yang memberikan layanan menyeluruh bagi kaum muslimin, didirikan rumah sakit-rumah sakit, klinik-klinik Islam di sampin memberikan bantuan dan jaminan kepada orang-orang miskin dan anak-anak yatim, oplah majalah at-Tahuid meningkat dari lima ribu eks menjadi tiga puluh enam ribu eks.

Kajian-kajian Syaikh dan para ulama Jamaah mempunyai pengaruh yang luas terhadap anak-anak muda khususnya di dua Universitas, Iskandariyah dan Kairo, kajian-kajian yang mendalami pemahaman tauhid yang bersih, manhaj yang lurus dan sunnah yang shahih, semua itu membantu lahirnya opini umum di masyarakat yang menyeru kepada tauhid dan membuang syirik, menjunjung sunnah dan membuang bid’ah. Buku-buku Islam yang lurus mulai mendominasi setelah sebelumnya dipegang oleh buku-buku Sufi dan para pengusung hawa nafsu serta ahli bid’ah.

Selama Jamaah dipimpin oleh Syaikh Muhammad Ali Abdurrahim, muktamar-muktamar Jamaah kembali dihidupkan, muktamar pertama untuk para da’i diadakan, majalah at-Tauhid yang dpimpin oleh Syaikh Ahmad Fahmi menghadang serangan arus sekularisme dan paham kebarat-baratan, membuka kedok Rafidhah, orang-orang Sufi, ahli kebatinan yang hidup di zaman itu, di samping memberikan penjelasan tentang hukum-hukum syar’i terkait dengan fenomena-fenomena sosial yang hadir di bumi Mesir secara khusus dan di dunia secara umum.

Anggota Jmaah banyak yang harus menghadapi pemeriksaan, penekanan, penjara dan penyiksaan dalam beberapa kesempatan dari pihak-pihak yang tidak sejalan dengan pemikiran dan keyakinan Jamaah.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.