Ahlus Sunnah beribadah kepada Allah dengan memberi nasihat kepada umat, mereka meyakini bahwa memberi nasihat kepada umat merupakan bagian dari agama, tendensi mereka dalam hal ini adalah semata-mata demi beribadah kepada Allah bukan selainnya, karena bisa jadi tendensi atau pendorong nasihat kepada umat bukanlah demi ibadah kepada Allah, bisa jadi pemicunya adalah rasa cemburu atau rasa takut dari hukuman atau ingin memiliki akhlak yang mulia yang dengannya dia ingin memberi manfaat kepada umat … dan pendorong-pendorong lain.

Akan tetapi Ahlus Sunnah memberi nasihat kepada umat demi mentaati Allah dan beribadah kepadaNya berdasarkan hadits Rasulullah dari Tamim bin Aus ad-Dari bahwa beliau bersbada, “Agama adalah nasihat.â€‌ Mereka bertanya, “Untuk siapa ya Rasulullah?â€‌ Rasulullah menjawab, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, imam kaum muslimin dan rakyat mereka.â€‌ Diriwayatkan oleh Muslim.

Nasihat untuk Allah adalah kesungguhan dalam mencari cara atau jalan agar bisa sampai kepadaNya. Nasihat untuk RasulullahNya adalah dengan mengikutinya secara baik dan benar, hal itu berkonsekuensi membela agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah. Nasihat untuk al-Qur’an adalah dengan menjelaskan bahwa ia adalah kalam Allah bukan makhluk, ia diturunkan dari Allah, beritanya wajib dibenarkan dan hukumnya wajib dijalankan, dan dia sendiri juga meyakini hal itu dalam hatinya.

Adapun yang dimaksud dengan imam kaum muslimin maka dia adalah semua orang yang diserahi Allah menangani urusan kaum muslimin, dia adalah imam dalam urusan tersebut. Ada imam umum seperti pemimpin negara. Ada imam khusus seperti gubernur, menteri, direktur, pimpinan, imam masjid dan lain-lain.

Di antara imam kaum muslimin yang agung adalah para ulama. Nasihat untuk ulama adalah menyebarkan kebaikan mereka dan menahan diri dari aib mereka, bersungguh-sungguh agar mereka selalu di jalan yang benar di mana jika mereka salah maka mereka dibimbing, kesalahannya dijelaskan tanpa merendahkan kehormatan mereka dan melecehkan keburukan mereka, karena menyalahkan ulama dengan cara menjatuhkan martabat mereka adalah kerugian bagi Islam secara umum, jika orang-orang awam melihat para ulama saling menyesatkan maka para ulama itu tidak lagi berharga di mata mereka, mereka akan berkata, “Mereka saling berbantah-bantahan, kita tidak tahu siapa yang berada di pihak yang benar.â€‌ Maka mereka tidak mengambil pendapat siapa pun dari mereka. Akan tetapi jika para ulama saling menghargai dan masing-masing menasihati saudaranya yang salah secara rahasia dan menyuarakan pendapat yang benar kepada khalayak maka ini termasuk nasihat terbesar bagi ulama kaum muslimin.

Kalau ada yang berkata, apa tolak ukur nasihat kepada umat?
Kami katakan, tolak ukurnya adalah apa yang diisyaratkan oleh Nabi dalam sabdanya, “Tidak berimana salah seorang darimu sehingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.â€‌ Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Kalau kamu bergaul dengan manusia dengan tolak ukur tersebut maka itulah nasihat yang sempurna. Pikirkanlah sebelum kamu bergaul dengan rekanmu dengan suatu cara, apakah jika cara itu digunakan untukmu kamu rela? Jika tidak maka jangan.

Dari Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.