Kami meriwayatkan dalam Kitab Ibn as-Sunni, dari al-Haitsam bin Hanasy, dia berkata,

كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنه فَخَدِرَتْ رِجْلُهُ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: اُذْكُرْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيْكَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ صلى الله عليه و سلم، فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ.

“Pernah kami berada di samping Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhu, lalu kakinya terasa kaku (kesemutan), maka seseorang berkata kepadanya, ‘Sebutlah manusia yang paling kamu cintai,’ maka dia berkata, ‘Wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,’ maka dia seolah-olah telah dilonggarkan dari ikatan tali kekang.”

Mauquf Munkar: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 964; Ibn as-Sunni, no. 168, 170, dan 172: dari tiga jalur sanad, dari Abu Ishaq as-Sabi’i, dari al-Haitsam bin Hanasy, (suatu kali dia mengatakan, dari Abu Sa’id, suatu kali juga mengatakan, dari Abdurrahman bin sa’ad) dengan hadits tersebut.

Dan atsar ini dhaif, di dalamnya terdapat sejumlah ilal:

Pertama, tadlis yang dilakukan as-Sabi’i dengan riwayat ‘an’anahnya.

Kedua, ketercampurannya (ikhthilath) dan kegoncangannya, serta keraguannya pada syaikhnya pada atsar ini dengan sesuatu yang tidak menetapkannya pada sisi yang benar bersamanya.

Ketiga, kemajhulan al-Haitsam dan Abu Sa’id.

Keempat, kemungkaran matan, karena di dalamnya dengan lafazh tersebut- terdapat jenis permintaan pertolongan kepada selain Allah atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kelima, bahwa termasuk diantara masalah-masalah yang lumrah terjadi, bahkan dimaklumi dan telah dicoba oleh umumnya manusia bahwa siapa yang menyebutkan manusia yang paling dicintainya, dan barangsiapa yang tidak menyebutkannya, maka rasa kesemutannya akan hilang setelah beberapa saat.

Keenam, bahwa ia bersama semua itu adalah mauquf. Al-Albani mendhaifkannya. Ia dho’if secara sanad dan matan. Kalau bukan karena al-Bukhari menyebutkannya dalam al-Adab, niscaya saya akan mengatakannya sebagai hadits maudhu’ (palsu).

Dan kami meriwayatkan di dalamnya, dari Mujahid, dia berkata,

خَدِرَتْ رِجْلُ رَجُلٍ عِنْدَ ابْنِ عَبَّاسٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رضي الله عنه: اذْكُرْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيْكَ فَقَالَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه و سلم. فَذَهَبَ خَدَرُهُ.

“Kaki seseorang yang berada di samping Ibnu Abbas terasa kaku (kesemutan), maka Ibnu Abbas berkata, ‘Sebutlah orang yang paling kamu cintai!’ maka dia berkata, ‘Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,’ maka hilanglah rasa kesemutan kakinya.”

Maudhu’: Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni, no. 169: dari jalur Ghiyats bin Ibrahim, dari Abdullah bin Utsman bin Khutsaim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut.

Ini adalah sanad yang tidak berharga karena adanya Ghiyats ini, sungguh dia adalah seorang yang banyak berdusta dan keji. Al-Albani berkata, “Maudhu’ (palsu).”

Dan kami meriwayatkan di dalamnya, dari Ibrahim bin al-Mundzir al-Hizami -salah seorang dari para syaikh al-Bukhari yang mana dia meriwayatkan dari mereka dalam Kitab Shahihnya-, dia berkata, “Penduduk al-Madinah merasa kagum disebabkan bagusnya satu bait syair Abu al-‘Atahiyah,

وَتَخْدَرُ فِي بَعْضِ اْلأَحَايِيْنِ رِجْلُهُ فَإِنْ لَمْ يَقُلْ يَاعُتْبُ لَمْ يَذْهَبِ اْلخَدَرُ

Sesekali waktu kakinya kesemutan (kaku)
Lalu apabila tidak mengucapkan, ‘Wahai Utbah’ kesemutan tidak akan hilang.

Ibn as-Sunni, no. 171 menyebutkannya tanpa sanad, dan saya tidak mengetahui apa yang dikehendaki oleh an-Nawawi dengan menyebutkannya. Dan apa yang akan terjadi apabila seluruh penduduk Madinah mengagumi yang bagusnya. Apakah akan menjadi ayat, misalkan, atau hadits, atau dalil syar’i. Maka Inna Lillahi wainnaa ilaihi roji’un.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky