Ketahuilah bahwa masalah ini sangat luas pembahasannya, dan nash-nash al- Qur`an, as-Sunnah, serta perbuatan generasi salaf dan khalaf saling mendukung untuk membolehkannya.

Allah Subhanahu waTa`ala telah mengabarkan kepada kita di berbagai tempat yang banyak dan diketahui dalam nash al-Qur`an dari para Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan doa-doa mereka atas orang-orang kafir.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Pada sebagian teks shahih.Dari Ali radiyallahu ‘anhu,

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم قَالَ يَوْمَ اْلأَحْزَابِ: مَلأَ اللهُ قُبُوْرَهُمْ وَبُيُوْتَهُمْ نَارًا كَمَا شَغَلُوْنَا عَنِ الصَّلاَةِ الْوُسْطَى.

“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa pada perang Ahzab, ‘Semoga Allah memenuhi kuburan dan rumah mereka dengan api sebagaimana mereka membuat kami sibuk dari shalat Ashar’.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari,

Kitab al-Jihad, Bab ad-Du’a` ala al-Musyrikin, 6/105, no. 2931; dan Muslim, Kitab al-Masajid, Bab at-Taghlizh Fi Fawat al-Ashr, 1/436, no. 627.

Kami meriwayatkan juga dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari berbagai jalur,

أَنَّهُ صلى الله عليه و سلم دَعَا عَلَى الَّذِيْنَ قَتَلُوا اْلقُرَّاءَ، وَأَدَامَ الدُّعَاءَ عَلَيْهِمْ شَهْرًا، يَقُوْلُ: اللّهُمَّ الْعَنْ رِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ.

“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan agar keburukan menimpa orang-orang yang membunuh para Qurra’ (para sahabat yang hafal al-Qur`an) dan melangsungkan doa tersebut selama sebulan; beliau berdoa, ‘Ya Allah, laknatlah bani Ri’l, Dzakwan, dan Ushayyah!'”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Witr, Bab al-Qunut qabla ar-Ruku’ wa Ba’dahu, 2/489, no. 1001-1003; dan Muslim, Kitab al-Masajid , Bab Istihbab al-Qunut fi Jami’i ash-Shalah, 1/468, no. 677: dari hadits Anas, dan juga telah muncul dari hadits selainnya.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim juga, dari Ibnu Mas’ud, dalam haditsnya yang panjang tentang kisah Abu Jahal dan teman-temannya dari kaum Quraisy ketika meletakkan Sala al-Jazur ( kotoran unta-ed ) di atas punggung Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bersujud pent.), maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa agar mereka mendapatkan keburukan. Nabi apabila berdoa, beliau berdoa sebanyak tiga kali. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,

اللّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ (ثَلاَثَ مَرَّاتٍ). ثُمَّ قَالَ: اللّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ وَعُتْبَةَ بْنِ رَبِيْعَةَ …
“Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy (sebanyak tiga kali) kemudian berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah…’.”
Dan beliau menyebutkan sampai tujuh orang dan sampai hadits ini lengkap.
السَّلَي: yaitu kantong atau lipatan selaput yang di dalamnya terdapat janin dalam perut unta yang mana plasenta bersandar kepadanya. Sedangkan al-Jazur: yaitu unta betina yang dikurbankan

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Wudhu’, Bab Idza Ulqiya ala Zhahri al-Mushalli Qadzar, 1/349, no. 240; dan Muslim, Kitab al-jihad, Bab Ma Laqiya Min Adza al-Musyrikin, 3/1418, no. 1794: dari hadits Ibnu Mas’ud.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يَدْعُو: اللّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ. اللّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِي يُوْسُفَ.

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa, ‘Ya Allah, pedihkanlah azabMu pada bani Mudhar, ya Allah, jadikanlah azabMu menimpa mereka selama beberapa tahun sebagaimana tahun pacekliknya Nabi Yusuf’.”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Istisqa`, Bab Du’a an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam , 2/492, no. 1006; dan Muslim dalam Kitab al-Masajid, Bab Istihbab al-Qunut, 1/466, no. 675.

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Salamah bin al-Akwa’ radiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ بِشِمَالِهِ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم. فَقَالَ: كُلْ بِيَمِيْنِكَ. قَالَ: لاَ أَسْتَطِيْعُ. قَالَ: لاَ اسْتَطَعْتَ، مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيْهِ.

“Bahwasanya seorang laki-laki makan dengan menggunakan tangan kirinya di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ Dia menjawab, ‘Saya tidak bisa.’ Rasulullah bersabda, ‘Semoga kamu tidak bisa, tidak ada yang menghalanginya untuk makan dengan tangan kanan melainkan kesombongan.’ Salamah berkata, ‘Maka dia tidak bisa mengangkatnya ke mulutnya’.”

Telah dikemukakan teks dan takhrijnya pada no. 692.

Saya berkata, ‘Laki-laki ini adalah Busr bin Ra’i al-Air al-Asyja’i, seorang sahabat. Maka di dalam hadits ini terkandung legalitas mendoakan orang yang menentang hukum syar’i agar mendapat keburukan.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Jabir bin Samurah, dia berkata,

شَكَا أَهْلُ الْكُوْفَةِ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ رضي الله عنه إِلَى عُمَرَ رضي الله عنه، فَعَزَلَهُ، وَاسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ… وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ إِلَى أَنْ قَالَ: أَرْسَلَ مَعَهُ عُمَرُ رِجَالاً (أَوْ: رَجُلاً) إِلَى الْكُوْفَةِ يَسْأَلُ عَنْهُ، فَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلاَّ سَأَلَ عَنْهُ، وَيُثْنَوْنَ مَعْرُوْفًا، حَتَّى دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِي عَبْسٍ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ، يُقَالُ لَهُ: أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ، يُكْنَى أَبَا سَعْدَةَ، فَقَالَ: أَمَا إِذَا نَشَدْتَنَا، فَإِنَّ سَعْدًا: لاَ يَسِيْرُ بِالسَّرِيَّةِ، وَلاَ يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ، وَلاَ يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ، قَالَ سَعْدٌ: أَمَا وَاللهِ لاَدْعُوَنَّ بِثَلاَثٍ: اللّهُمَّ إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هذَا كَاذِبًا، قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَأَطِلْ عُمُرَهُ، وَأَطِلْ فَقْرَهُ، وَعَرِّضْهُ لِلْفِتَنِ. فَكَانَ بَعْدَ ذلِكَ يَقُوْلُ: شَيْخٌ مَفْتُوْنٌ أَصَابَتْنِيْ دَعْوَةُ سَعْدٍ. قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ الرَّاوِي عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ. فَأَنَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ، قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنَ الْكِبَرِ، وَإِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ فَيَغْمِزُهُنَّ.

“Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqqash radiyallahu ‘anhu kepada Umar radiyallahu ‘anhu, (tentang shalatnya yang jelek pent.) maka Umar mencopot jabatannya, dan mengangkat Ammar sebagai amir mereka… dan dia menyebutkan hadits sampai ucapannya, ‘Umar mengutus beberapa orang utusan (atau satu orang) bersamanya ke Kufah untuk menyelidikinya, maka dia tidak meninggalkan satu masjid pun melainkan dia menanyakannya, namun mereka memujinya sampai dia masuk sebuah masjid milik bani Absi, lalu salah seorang dari mereka berdiri -dia dikenal bernama Usamah bin Qatadah yang diberi kuniyah Abu Sa’adah- seraya berkata, ‘Adapun apabila kamu meminta kami untuk bersaksi, maka sesungguhnya Sa’ad tidak pernah berjalan bersama sebagian pasukan sariyah, tidak membagi harta rampasan dengan adil, tidak berlaku adil dalam peradilan.’ Sa’ad berkata, ‘Demi Allah, sungguh saya akan mendoakannya dengan tiga perkara: ya Allah, apabila hambamu ini bohong, melakukan riya’ (melakukan pekerjaan agar dilihat orang lain) dan sum’ah (melakukan perbuatan agar didengar orang lain), maka panjangkanlah umurnya, langgeng-kanlah kemiskinannya, jerumuskan dia ke dalam fitnah. Maka setelah beberapa waktu dia berkata, ‘Saya seorang tua yang terfitnah, doa Sa’ad telah menimpaku.’ Abdul Malik bin Umair, seorang perawi, dari Jabir bin Samurah berkata, ‘Maka setelah itu saya melihatnya, bulu alisnya jatuh di atas kedua matanya disebabkan karena tua renta, dan sungguh dia mengganggu para wanita di jalan-jalan dan berlaku buruk pada mereka.”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan, Bab Wujub al-Qira`ah Li al-Imam wa al-Ma’mum, 2/236, no. 755, dan Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab al-Qira`ah fi adz-Dzuhr wa al-Ashr, 1/334, no. 453, secara ringkas.

Dan kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Urwah bin az-Zubair,

أَنَّ سَعِيْدَ بْنَ زَيْدٍ رضي الله عنه خَاصَمَتْهُ أَرْوَى بِنْتُ أَوْسٍ (وَقِيْلَ: أُوَيْسٍ) إِلَى مَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ، وادَّعَتْ أَنَّهُ أَخَذَ شَيْئًا مِنْ أَرْضِهَا، فَقَالَ سَعِيْدٌ رضي الله عنه أَنَا كُنْتُ آخُذُ مِنْ أَرْضِهَا شَيْئًا بَعْدَ الَّذِي سَمِعْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم؟ قَالَ: وَمَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ اْلأَرْضِ ظُلْمًا، طُوِّقَهُ إِلَى سَبْعِ أَرَضِيْنَ. فَقَالَ لَهُ مَرْوَانُ: لاَ أَسْأَلُكَ بَيِّنَةً بَعْدَ هذَا. فَقَالَ سَعِيْدٌ: اللّهُمَّ إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً، فَاعْمِ بَصَرَهَا، وَاقْتُلْهَا فِي أَرْضِهَا. قَالَ: فَمَا مَاتَتْ حَتَّى ذَهَبَ بَصَرُهَا، وَبَيْنَمَا هِيَ تَمْشِي فِي أَرْضِهَا، إِذْ وَقَعَتْ فِي حُفْرَةٍ فَمَاتَتْ.

“Bahwa Sa’id bin Zaid didakwa oleh Arwa binti Aus (dalam suatu riwayat dikatakan ‘Uwais’) di hadapan Marwan bin al-Hakam, dia mendakwa bahwa Sa’id telah mengambil sebagian dari tanahnya. Said radiyallahu ‘anhu berkata, ‘Apakah aku akan mengambil sesuatu dari tanahnya setelah aku mendengar (hadits) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?’ Marwan bertanya, ‘Apa yang kamu dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?’ Dia menjawab, ‘Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa saja yang mengambil sejengkal tanah secara zhalim, niscaya dia dibelenggu dengannya sampai tujuh lapis bumi.’ Maka Marwan berkata kepadanya, ‘Aku tidak meminta bukti setelah ini.’ Lalu Sa’id berdoa, ‘Ya Allah, Jika Arwa berbohong, maka butakanlah penglihatannya dan bunuhlah dia di atas tanahnya.’ Perawi berkata, ‘Tidaklah wanita tersebut meninggal sehingga penglihatannya hilang, dan ketika dia berjalan di tanahnya, tiba-tiba dia terperosok ke dalam sebuah lubang sehingga meninggal.”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Bad`u al-Khalqi, Bab Ma Ja`a fi Sab’i Aradhin, 6/293, no. 3198; dan Muslim, Kitab al-Musaqah, Bab Tahrim azh-Zhulmi, 3/1230, no. 1610.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky