Kami meriwayatkan dalam Kitab Ibn as-Sunni, dari Sa’id bin al-Musayyib, dari Abu Ayyub al-Anshari radiyallahu ‘anhu,

أَنَّهُ تَنَاوَلَ مِنْ لِحْيَةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم أَذًى، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَسَحَ اللهُ عَنْكَ يَا أَبَا أَيُّوْبَ مَا تَكْرَهُ.

“Bahwasanya dia mengambil suatu kotoran dari jenggot Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Ayyub, semoga Allah menghapus darimu perkara yang kamu benci’.”

Dhaif: Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni, no. 281; dan Ibnu Asakir 16/48: dari jalur Utsman bin Fa`id, Ismail bin Muhammad as-Sahmi telah mengabarkan kepada kami, saya mendengar Ibnu al-Musayyib dengan riwayat tersebut. Ini adalah sanad yang tidak berharga, Utsman bin Fa`id, Al-Asqalani hanya mendhaifkannya, padahal orang yang melihat biografinya pasti akan memastikan bahwa dia seorang yang matruk atau dhaif sekali. Sedangkan as-Sahmi, saya tidak menemukan biografinya.

Dan diriwayatkan juga oleh Ibn as-Sunni, no. 282: dari jalur Abu Hilal ar-Rasibi, dari Qatadah, dari Ibnu al-Musayyib dengan riwayat semisalnya, dan hadits ini dhaif dari sisi Abu Hilal, pada dirinya terdapat kelemahan, terutama dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Qatadah.

Dan diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 4/130, no. 3890, dan dalam ad-Du’a`, no. 1933; Ibnu Adi dalam al-Kamil 7/2656; al-Hakim 3/462; dan Ibnu Asakir dalam at-Tarikh 16/47: dari jalur Yahya bin al-Ala` ar-Razi, dari Yahya bin Sa’id, dari Ibnu al-Musayyib dengan riwayat semisalnya. Al-Hakim menshahihkannya dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Dan ini benar-benar aneh, karena Yahya bin al-Ala` ini, dituduh oleh jamaah sebagai pemalsu! Akan tetapi dia diikuti oleh al-Mu’alla, dari Yahya pada riwayat Ibnu Asakir 16/48; dan saya belum tahu siapa al-Mu’alla ini secara yakin, sekalipun dugaan secara umum bahwa dia adalah Ibnu Abdirrahman al-Wasithi atau Ibnu Hilal bin Suwaid, dan sesungguhnya keduanya termasuk tingkatan ini, yang pertama tertuduh pemalsu, dan yang kedua disepakati atas kedustaannya.

Dan telah muncul hadits dari jalur yang lain pada ath-Thabrani 4/172, no. 4048: Ahmad bin al-Husain bin Mabharam al-Aidzaji telah menceritakan kepada kami, Abdul Quddus bin Muhammad al-‘Aththar telah menceritakan kepada kami, Nail bin Najih telah menceritakan kepada kami, Fitru bin Khalifah telah menceritakan kepada kami, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Abu Ayyub dengan riwayat semisalnya. Al-Haitsami 9/326 berkata, “Di dalamnya terdapat Nail bin Najih. Abu Hatim dan yang lainnya telah mentsiqahkannya, ad-Daruquthni dan yang lainnya telah mendhaifkannya, dan perawi lainnya tsiqah, kecuali bahwa Habib bin Abi Tsabit belum mendengar hadits dari Abu Ayyub,” Saya berkata, Saya belum menemukan biografi syaikh ath-Thabrani. Maka sanadnya sangat lemah.

Dan akhirnya, maka seluruh jalur sanad hadits ini adalah sangat lemah, dan mayoritasnya tidak layak dijadikan pedoman, maka kedhaifan adalah suatu kelaziman baginya dengan setiap perseorangannya dan dengan berkumpulnya beberapa jalurnya. Wallahu a’lam.

Dan dalam riwayat lain milik Sa’id bin al-Musayyib, Yakni, Ibnu al-Musayyib dan telah ditulis di semua sumber, “Dari Sa’ad,” dan yang benar adalah apa yang telah ditetap-kan sebagaimana ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah, no. 282.

أَنَّ أَبَا أَيُّوْبَ أَخَذَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم شَيْئًا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: لاَ يَكُنْ بِكَ السُّوءُ يَا أَبَا أَيُّوْبَ، لاَ يَكُنْ بِكَ السُّوْءُ.

“Bahwasanya Abu Ayyub menghilangkan sesuatu (gangguan) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Semoga tidak ada keburukan menimpa dirimu wahai Abu Ayyub, semoga tidak ada keburukan menimpamu’.”

Dhaif: Dan sanad ini semisal dengan jalur-jalur sanad hadits yang terdahulu, dan ia dhaif. Pembahasan ini telah di-kemukakan sebelum hasyiyah. (catatan kaki).

Dan kami meriwayatkan di dalamnya, dari Abdullah bin Bakar al-Bahili, dia berkata,

أَخَذَ عُمَرُ رضي الله عنه عَنْ لِحْيَةِ رَجُلٍ (أَوْ رَأْسِهِ شَيْئًا)، فَقَالَ الرَّجُلُ: صَرَفَ اللهُ عَنْكَ السُّوْءَ. فَقَالَ عُمَرُ رضي الله عنه: صَرَفَ عَنَّا السُّوْءَ مُنْذُ أَسْلَمْنَا، وَلكِنْ إِذَا أُخِذَ عَنْكَ شَيْءٌ، فَقُلْ أَخَذَتْ يَدَاكَ خَيْرًا.

“Umar menghilangkan suatu (kotoran) dari jenggot seorang laki-laki (atau suatu dari kepala-nya), maka laki-laki tersebut berkata, ‘Semoga Allah menghilangkan keburukan dari dirimu,’ maka Umar y menjawab, ‘Allah telah menghilangkan (segala) keburukan dari diri kita semenjak kita masuk Islam, akan tetapi bila suatu gangguan dihilangkan darimu, maka katakanlah, ‘Kedua tangan-mu telah mengambil kebaikan’.”

Mauquf Dhaif Sekali: Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni, no. 283: Abu al-Qasim bin Mani’ telah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Kulaib telah menceritakan kepada kami, Hassan bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Bakar dengannya.

Dan ini adalah sanad yang dhaif, Hassan bin Ibrahim apabila dia adalah qadhi Karman, maka dia adalah jujur, namun banyak melakukan kesalahan, dan riwayatnya dari Abdullah merupakan riwayat generasi tua dari generasi yang lebih muda. Jika tidak, maka saya tidak menemukan penyebutan (nama)nya. Abdullah bin Bakar adalah tsiqah konsisten pada martabat kesembilan. Maka secara umum antara dia dan Umar bin al-Khaththab terdapat dua perawi . maka di dalam sanad terdapat keterputusan dua rawi secara berurutan (I’dhal) dan kelemahan (dha’f) yang disebabkan ke-mauqufannya.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky