Ketahuilah bahwa dianjurkan bagi orang yang menasihati jamaah atau menyampaikan kepada mereka suatu ilmu, hendaklah dia menyampaikan dengan ringkas (simpel), dan tidak berpanjanglebar sehingga membuat mereka bosan, tidak membuat mereka gelisah sehingga hilang rasa manis dan keluhuran dari hati mereka, dan agar mereka tidak membenci ilmu dan menyimak kebaikan sehingga terjerumus pada hal-hal yang diharamkan.

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Ilm, Bab Man Ja’ala Li Ahli al-Ilm Ayyaman, 1/163, no. 70; dan Muslim, Kitab al-Munafiqin, Bab al-Iqtishad fi al-Mau’izhah, 4/2172, no. 2821.dari Syaqiq bin Salamah, dia berkata,

كَانَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه يُذَكِّرُنَا فِي كُلِّ خَمِيْسٍ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ، لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ. فَقَالَ: أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِيْ مِنْ ذلِكَ أَنِّيْ أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ، وَإِنِّيْ أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا.

“Ibnu Mas’ud pernah mengajarkan kepada kami pada setiap hari Kamis, maka seorang laki-laki bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Abdurrahman, Demi Allah sungguh saya berkeinginan agar kamu mengajar kami setiap hari,’ maka dia menjawab, ‘Ketahuilah, yang menghalangiku untuk melakukan hal tersebut adalah karena saya takut akan membuat kalian bosan, dan saya memilihkan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memilihkan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat karena takut terjadi kebosanan pada kami’.”

أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ bermakna memilihkan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat dari waktu ke waktu, السَّآمَةُ bermakna kebosanan.

Dan kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim,Kitab al-Jumu’ah ,Bab Takhfif ash-Shalah wa al-Khutbah, 2/592, no. 867. dari Ammar bin Yasir radiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ، فَأَطِيْلُوْا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا الْخُطْبَةَ.

“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khuthbah seseorang merupakan salah satu tanda pemahamannya (terhadap agama), maka perpanjanglah shalat dan perpendeklah khutbah.”

Saya berkata, “Kata “مَئِنَّةٌ” bermakna tanda yang menunjukkan bahwa seseorang memahami Agama (dengan benar).

Dan kami meriwayatkan dari Ibnu Syihab az-Zuhri rahimahullah, dia berkata,

إذَا طَالَ الْمَجْلِسُ، كَانَ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ نَصِيْبٌ.

“Apabila suatu majlis berlangsung terlalu lama, maka setan mempunyai bagian di dalamnya.”

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 3/366, dan Ibnu Asakir dalam at-Tarikh 55/365.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky