Kami meriwayatkan dalam Kitab Ibnu Majah dan Ibn as-Sunni dengan isnad yang jayyid, dari Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ، قَالَ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ. وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ، قَالَ: الْحَمْدُ لله عَلَى كُلِّ حَالٍ.

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat suatu hal yang disukai beliau mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang mana dengan nikmatNya sempurnalah kebaikan,’ dan apabila beliau melihat suatu hal yang beliau benci, maka beliau mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah dalam segala kondisi’.”

Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Fadhlu al-Hamidin, 2/1250, no. 3803; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 6659; Ibn as-Sunni, no. 378; al-Hakim 1/499; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 4375: dari berbagai jalur, dari Hisyam bin Khalid al-Azraq, al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami, Zuhair bin Muhammad telah menceritakan kepada kami, dari Manshur bin Abdurrahman al-Hajabi, dari ibunya shafiyyah binti Syaibah, dari Aisyah dengan hadits tersebut.

Al-Hakim berkata, “Isnadnya shahih.” Dan al-Bushiri mengikutinya dalam az-Zawa`id, dan adz-Dzahabi mengikutinya dengan ucapannya, ‘Zuhair memiliki manakir.’ Ibnu Ma’in berkata, ‘Dia seorang yang dhaif, lalu darimana dia mendapatkannya shahih?’ Saya berkata, “Zuhair seorang yang dhaif dalam periwayatan kaum Syam darinya, sedangkan hadits ini darinya. Adapun al-Walid maka dia telah menegaskan dengan tahdits (fulan menceritakan kepadaku), namun bukan pada semua periode, akan tetapi mereka tsiqah yang dikenal dengan periwayatan salah seorang dari mereka dari lainnya. Dan illatnya bukan di sini. Apapun kondisinya, dia mempunyai syahid dari hadits Ali pada Abu asy-Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hal. 68, al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah, no. 1380, dengan sanad yang di dalamnya terdapat kemajhulan. Dan yang lain dari hadits Muhshan al-Fahri, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara mursal. Diriwayatkan oleh al-Baghawi, no. 1379 dengan isnad yang jayyid. Dan dia mengisyaratkan bahwa dia meriwayatkannya secara maushul. Dan hadits tersebut shahih, insya Allah, dengan dua syahid ini, dan apabila tidak maka dia tidak akan turun kepada derajat hasan. Al-Albani tawaqquf (tidak memberikan derajat) baginya. Wallahu A’lam.

Al-Hakim Abu Abdillah berkata, “Hadits ini isnadnya shahih.”

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky