Sebuah lembaga Belanda, Senin mengatakan, sekolah Belanda telah melakukan kesalahan ketika melarang wanita Muslimah untuk belajar hanya gara-gara menolak berjabat tangan dengan kaum laki-laki.

Pusat Pendidikan Usia Lanjut (PPUL) di kota ‘Amersfoar’ yang terletak di bagian tengah negeri Belanda telah menolak permintaan seorang wanita Muslimah untuk masuk kelas. Pihak PPUL beralasan, “Jabat tangan merupakan bagian dari pengajaran sehari-hari.!?”

Namun lembaga itu akhirnya menyimpulkan, berjabat tangan di sekolah-sekolah bukanlah sesuatu yang esensial sebab ada cara lain untuk menghormati kaum laki-laki.

Lebih lanjut, lembaga itu menambahkan, “Setiap sekolah harus terbebas dari tindak diskriminatif dan memperlakukan sama antara kaum laki-laki dan wanita. Keharusan ini mencakup juga para pelajar laki-laki yang menolak untuk melakukan kontak jasad (seperti jabat tangan-red) karena faktor-faktor agama.” Demikian seperti yang dilansir kantor berita REUTERS.

Masalah penolakan kaum Muslimin atas kebiasaan jabat tangan antara kaum laki-laki dan wanita memenuhi halaman-halaman muka surat-surat kabar di negara kincir angin itu beberapa waktu terakhir ini. Khususnya, setelah seorang imam masjid menolak berjabat tangan dengan seorang menteri wanita yang menjabat menteri imigrasi, Reeta Ferdonk.

Di Belanda, tinggal sekitar satu juta Muslim, mayoritas mereka berasal dari etnis Turki atau Maroko. Persentase jumlah mereka dari total jumlah penduduk Belanda mencapai 6%. (ismo/AS)