Perbuatan ini termasuk kekufuran, mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam dan membuatnya divonis murtad. Perbuatan ini tidak ringan, tidak remeh sebaliknya ia berat dan besar, sekalipun dilakukan hanya sekedar iseng dan main-main. Karena agama bukan untuk main-main dan bukan bahan keisengan. Agama dibuat dan diturunkan oleh Pemiliknya guna menata dan mengatur kehidupan mereka sehingga kehidupan mereka menjadi baik dan masalahat melalui pengamalan terhadap ajaran-ajarannya. Jika ajaran- ajaran agama ditinggalkan, aturan-aturannya dikesampingkan dan nilai-nilainya di singkirkan maka kehidupan manusia menjadi berantakan dan tidak karuan, lalu bagaimana jika semua itu dihina, dilecehkan dan diolok-olok?

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka tentang apa yang mereka lakukan itu, tentulah mereka akan manjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66).

Di antara bukti yang menetapkan bahwa menghina agama adalah kekufuran adalah bahwa perbuatan ini dilakukan oleh orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Orang-orang yang dimaksud oleh Allah dengan ayat di atas adalah orang-orang munafik yang berkata, “Kami belum pernah melihat seperti para ahli baca al-Qur`an itu, mereka paling buncit perutnya, paling dusta ucapannya dan paling penakut dalam perang.”

Demikian pula orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini, mereka adalah orang-orang munafik yang gemar memperolok-olok agama dan pengikutnya yang teguh berpegang kepadanya. “Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka.” (At-Taubah: 79).

Manakala seorang mukmin hadir dengan membawa sedekah suka rela dalam jumlah besar, maka orang-orang munafik itu akan berkomentar sumbang, “Dia melakukan itu atas dasar riya`.” Namun ketika seorang mukmin hadir dengan membawa sebatas kemampuannya, mereka pun berkoar miring, “Allah tidak membutuhkan yang sedikit.” Memang benar, mencela agama dan orang-orang yang mengamalkannya merupakan ciri khas orang-orang munafik.

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat.” (Al-Mutthaffifin: 29-32).

Berikut ini beberapa ucapan yang sering terdengar di bidang ini:

1- Agama Islam adalah agama kuno, ketinggalan zaman, tidak bisa diterapkan di abad modern, hanya layak untuk zaman unta dan padang pasir.

2- Agama Islam kejam, bengis dan barbar karena ia mensyariatkan hukuman qishash, potong tangan, rajam dan hukuman-hukuman lainnya yang tidak manusiawi yang bertentangan dengan HAM.

3- Dalam Islam kaum wanita teraniaya karena harus menutup tubuhnya, terampas haknya karena warisannya hanya setengah dari warisan laki-laki, terpasung kebebasannya karena tidak memegang hak talak dan dia harus taat kepada laki-laki serta harus rela dimadu.

4- Penghinaan bisa melalui perbuatan, misalnya mengedipkan mata, atau mengeluarkan lidah atau memanjangkan bibir atau memberi isyarat manakala Islam disebut atau al-Qur`an dibacakan atau sunnah dikaji dan diterapkan.

5- Penghinaan ini tidak hanya sebatas kepada Islam sebagai agama, namun merambat kepada orang-orang muslim yang berupaya menerapkan Islam dengan baik. Mereka ini mendapatkan cibiran dan stigma tidak bagus dari para penghina Islam, dikatakan kepada mereka, “Teroris atau ekstrimis.” Kepada orang-orang yang menyeru kepada tauhid dikatakan, “Pemecah belah umat.” Orang-orang yang menerapkan sunnah janggut disamakan dengan domba dan masih banyak lagi. Semoga Allah memberi petunjuk dan kekuatan.

Dari Kitab Tauhid karya Dr. Shalih al-Fauzan Juz 3.