Dr. Muhammad Al-Shaghir

Sebagian manusia cenderung berlebih-lebihan dalam menggunakan ungkapan kata untuk menggeneralisir sesuatu, gebyah uyah (Bhs Jawa: menyamaratakan/menggeneralisir dll.). Mereka sering mengatakan, “Setiap yang demikian ….” atau “Seluruh perilakumu ….” atau pun “Tidak ada seorang pun yang …..” dan sebagainya. Dan mereka menjelaskan dengan ungkapan itu persepsi atau kesimpulan tertentu yang tidak detail. Padahal, hal ini bisa mengakibatkan gambaran tentang sesuatu yang dihasilkan, tidak benar.

Mayoritas laki-laki ketika melecehkan perempuan dan menyamaratakan kekurangan sebagian kecil perempuan yang mereka temui, dengan mengatakan, “Setiap perempuan selalu boros….!!!” Padahal dia tidak menemui hal ini kecuali pada adik-kakaknya atau isterinya, atau pun anak gadisnya. Maka dengan ungkapan tersebut, terkesan beberapa perempuan itu mewakili seluruh perempuan, yaitu bahwa seluruh perempuan bersifat boros.

Sebagian lainnya lagi berkata, “Setiap sopir asal India tidak becus ketika membawa kendaraan !!!” Padahal ia tidak pernah menemui yang demikian kecuali satu atau dua sopir asal India.

Contoh lainnya, “Sekarang ini tidak ada satu ulama atau satu fuqaha pun …!!!”

Sifat menyamaratakan atau gebyah uyah ini terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut:

  • Menyamaratakan kejelekan dengan satu atau dua kejadian;
  • Menyamaratakan kelebihan sesuatu dengan satu atau dua kejadian;
  • Menyamaratakan mayoritas untuk sebagian kecil atau seseorang tertentu (Misalnya mayoritas mahasiswa jurusan A malas, maka fulan dari jurusan A berarti fulan malas).

Berdasarkan hasil sejumlah penelitian ilmiah dan penelitian lapangan dalam segmen data dan penelitian tentang manusia (seperti ilmu psikologi, sosial, dan pendidikan) menunjukkan bahwa hukum yang dihasilkan dari generalisir banyak mengalami kesalahan.!!!

Akan tetapi apabila kita ingin mengambil sejumlah data dari kumpulan orang yang sangat besar, agar data tersebut representatif (mewakili seluruh orang tersebut), maka generalisir harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  • Jenis atau identitas sesuatu tersebut (orang; sesuatu; pendapat). Misalnya, apabila kita ingin mengetahui tabiat TKW Indonesia yang ada di Saudi, maka kita harus benar-benar mempelajari dan mengidentifikasi jumlah dan perbedaan masing-masing TKW Indonesia (Misalnya: TKW yang bekerja pada keluarga kaya; pada keluarga menengah; pada … dst). Hal ini berbeda dengan misalnya, kita ambil satu atau dua kasus TKW lalu kita generalisir (gebyah uyah) dengan ungkapan, “Setiap TKW Indonesia akhlaqnya rusak!!”
  • Dan mayoritas kelompok yang terjebak dalam sikap gebyah uyah ini adalah orang yang sudah lanjut usia dan para perempuan serta orang-orang yang tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan dan hanya menyandarkan diri kepada fikiran dasar atau fikiran yang sedang menyelimutinya dan sempitnya cakrawala pandangan. Dan betapa banyak generalisir (gebyah uyah) akhirnya menghasilkan kesalahan dan perselisihan.

Kenapa kita tidak memulai dari sekarang, kita teliti dan seksama dalam berbicara dan berperilaku. Dan padahal ini adalah metodologi yang demikian gamblang bagi siapapun yang mau memtadabburi Al-Qur’an dan Al-Sunnah !!! (abm)

Sumber: Majalah Al-Usrah No. 115 Syawwal 1423 H