Allah Subhanahu waTa`ala berfirman,

وَمِنْ ءَايَاتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَتَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلاَلِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36).

Dan Firman Allah ‘Azza Wa Jalla,

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)

Dan Firman Allah ‘Azza Wa Jalla,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُوْلاَئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتُُ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)”

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali Imran: 135-136)

(1206) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: بِاللاَّتِ وَالْعُزَّى، فَلْيَقُلْ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. وَمَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ: تَعَالَ أُقَامِرْكَ، فَلْيَتَصَدَّقْ.

“Barangsiapa yang bersumpah, dan dia berkata dalam sumpahnya, ‘Demi Lata dan Uzza’, maka hendaklah dia mengucapkan, ‘La Ilaha Illallah‘. Dan barangsiapa yang berkata, ‘Datanglah kemari, niscaya saya akan mengajakmu berjudi,’ maka hendaklah dia bersedekah.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab Wa an-Najm, Afara`aitum al-Lata wa al-Uzza, 8/611, no. 4860; dan Muslim, Kitab al-Aiman, Bab Man Halafa bi al-Lata, 3/1267, no. 1647.

Ketahuilah bahwa barangsiapa yang berkata dengan perkataan yang haram atau melakukan perbuatan yang haram, maka wajib baginya untuk segera bertaubat. Taubat mempunyai tiga rukun : dia melepaskan diri dari perbuatan maksiat sekarang juga, menyesali perbuatannya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi selamanya. Apabila maksiat tersebut berhubungan dengan hak anak adam, maka dia wajib melakukan yang keempat bersama tiga rukun ini, yaitu mengembalikan kezhaliman kepada pemiliknya atau mengusahakan untuk mendapatkan kebebasan dari hak anak Adam tersebut. Dan penjelasannya telah dikemukakan.

Apabila dia bertaubat dari suatu dosa, maka seyogyanya dia bertaubat dari segala dosa. Namun apabila dia bertaubat dari satu dosa saja, maka taubat darinya sah.

Apabila dia bertaubat dengan taubat yang sebenarnya sebagaimana kami sebutkan, kemudian dia mengulangi lagi perbuatan maksiat pada suatu waktu, maka dia berdosa pada perbuatan yang kedua kali saja, dan wajib baginya bertaubat darinya, sedangkan taubatnya yang pertama tidak batal.

Ini adalah madzhab Ahlu as-Sunnah, berbeda dengan mu’tazilah dalam dua masalah.

Wabillahi at-Taufiq.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.