Pada edisi ini akan dibahas dua topik terkait dengan tema di atas: Pertama; sarana-sarana pencegahan dan pengobatan Homoseksual secara umum. Ke dua; Sarana-sarana pencegahan dan pengobatan bagi para Homoseks (Pelaku Liwath).

A. Sarana-Sarana Pencegahan Dan Pengobatan Homoseksual. Antara lain:

1. Menanamkan Aqidah yang Benar.
Penyimpangan prilaku terjadi akibat penyimpangan dalam aqidah. Biasanya, prilaku merupakan buah dari pemikiran, agama dan keyakinan yang dibawa dan dianut seseorang. Maka aqidah yang benar, atas izin Allah subhanahu wata’ala merupakan benteng yang akan menjaga diri dari berbagai kesalahan dan penyimpangan.

2. Memberikan Perhatian terhadap Tema Homoseksual.
Sebagian orang sama sekali tidak mau membicarakan hal ini dengan alasan jiwa pasti membencinya dan enggan untuk menyinggungnya. Tidak disangkal lagi, ini adalah pandangan yang keliru.! Jika hal ini telah terjadi, tersebar dan menjadi endemis, maka merupakan suatu kewajiban untuk mencegahnya, menghalangi penyebarannya dan menjelaskan bahayanya.

3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Menyebar kan Spirit Saling Menasehati
Sangat diperlukan bagi mereka yang terjerumus ke dalam perbuatan keji, untuk mendapatkan nasehat dan petunjuk! Demikian juga sangat mendesak untuk mengingkari setiap kemungkaran yang terjadi di tengah kehidupan kita! Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar mengakibatkan datangnya adzab, mendorong tersebarnya kemungkaran, menjadi sebab dipecundangi oleh musuh dan tertolaknya do’a kita.

4. Mengoptimalkan Kajian-kajian Ilmiah
Adanya kajian-kajian ilmiah dapat mencegah terjadinya penyimpangan atas izin Allah subhanahu wata’ala. Semakin banyak tempat-tempat dan para penuntutnya, maka ilmu akan merata, keshalihan akan banyak, kejahilan akan berkurang, dan kerusakan dapat diminimalisir.

5. Mengoptimalkan Pengajian-pengajian al-Qur’an
Ini merupakan sarana mencegah terjadinya penyimpangan juga. Sebab bila anak sudah tumbuh di atas kecintaan terhadap al-Qur’an, maka hal ini akan menjaga waktunya dan akan membentenginya pula atas izin Allah subhanahu wata’ala dari kesalahan dan penyimpangan.

6. Memperhatikan Para Pemuda Secara Umum
Di antara caranya adalah:
a. Mendakwahi mereka dengan hikmah, mau’izhoh hasanah dan mujadalah (berdebat) dengan cara yang terbaik. b. Para da’i dan pendidik hendaknya membuka dada untuk mereka, menyambut mereka, dan mengarahkan mereka ke jalan yang baik dan shalih. c. Mengadakan kajian-kajian Tarbawi khusus buat para pemuda, membahas permasalahan mereka dan berusaha mencarikan solusinya. d. Menempa mereka untuk terbiasa memikul tanggung jawab, mencarikan lapangan kerja buat mereka agar dapat melakukan hal yang bermanfa’at. e. Menyelamatkan mereka dari sikap menyerah kepada nasib dengan memberikan sugesti, mengangkat mental mereka, membuka pintu harapan dan taubat, serta mengembalikan rasa percaya diri mereka. f. Menguak potensi positif mereka dan memberdayakannya seperti sifat pemberani, dermawan, malu, ksatria dan sebagainya.

7. Memperhatikan Pendidikan Anak
Rumah merupakan ‘sekolah’ pertama dan cikal bakal terbentuknya suatu masyarakat. Bila rumah baik, maka baiklah masyarakatnya. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para orangtua: a. Memohon pertolongan Allah subhanahu wata’ala dalam mendidik anak-anak, berdoa kepada-Nya agar menjadikan mereka baik dan menganugerahkan petunjuk bagi mereka. b. Menanamkan aqidah yang benar dan akhlak yang mulia dalam jiwa mereka. c. Memuaskan perasaan mereka dan memberikan kasih sayang terhadap mereka. d. Memberikan nafkah kepada mereka dengan yang baik. e. Menghindarkan mereka dari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan seksual. f. Menikahkan mereka dan menjaga kesucian mereka. g. Mengajak mereka shalat berjamaah di masjid sejak kecil. h. Mengidentifikasi teman mereka dan memilihkan teman-teman yang baik. i. Memonitor aktivitas mereka di sekolah. j. Mengisi waktu kosong mereka dengan hal yang bermanfa’at.

8. Lembaga-Lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga ini harus menjalan kan fungsi dan perannya dengan sebaik-baiknya seperti menanamkan aqidah pada jiwa siswa, menebarkan kondisi imani di lingkungan sekolah, memberikan penyuluhan akan bahaya perbuatan kotor ini, menyeleksi para pendidik yang kapabel, agamis dan profesional serta hal lainnya

B. Sarana-sarana Pencegahan dan Pengobatan bagi Para Pelaku Liwath

1. Taubat Nashuha
Siapa saja yang melakukan perbuatan keji ini, maka hendaknya ia segera bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan taubat yang sebenar-benarnya sebab pintu taubat tetap terbuka dan harapan masih ada. Janganlah menunda-nunda dan berandai-andai. Ketahuilah, bahwa yang menjadi tolok ukur adalah akhir yang sempurna bukan permulaan yang kurang.!

2. Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala
Bila seseorang hatinya ikhlas, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberinya taufiq, menolong nya dan memalingkannya dari perbuatan keji. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Demikianl ah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih.” (QS.Yusuf:24).

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala memberitakan, bahwa Dia-lah yang telah memalingkan Yusuf dari keburukan berupa mabok cinta dan perbuatan keji dengan berbuat ikhlas kepada-Nya.

3. Kesabaran
Kesabaran merupakan sifat terpuji, tabi’at yang disukai dan pekerti nomor wahid. Ia memiliki akhir yang baik, pengaruh yang terpuji, dan faedah yang banyak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa mau bersabar, maka Allah akan membuatnya sabar.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Mujahadah dan Melawan Hawa Nafsu
Orang yang bermujahadah dalam Dzat Allah subhanahu wata’ala, maka bergembiralah dengan kebaikan dan hidayah yang akan diraih. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs.al-‘Ankabut:69)

5. Merasakan Pengawasan Allah subhanahu wata’ala
Orang yang melakukan hal ini dan menghindar dari pandangan mata orang, tidak luput dari dua kondisi: Pertama, bahwa ia berkeyakinan Allah subhanahu wata’ala tidak melihat dan mengawasinya; bila demikian halnya, maka ia telah kafir kepada Allah subhanahu wata’ala! Ke dua, ia berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala melihat dan mengawasinya; bila demikian halnya, maka tidak pantas baginya melakukan perbuatan maksiat ini.

6. Mengisi Hati dengan Kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala
Syaikhul Ibn Taimiyah berkata, “Hati tidak akan baik, beruntung, merasakan kenikmatan, gembira, lega, tenang, dan tenteram kecuali dengan beribadah kepada Rabbnya, mencintai-Nya dan kembali kepada-Nya. Andaikata ia mendapatkan semua makhluq yang dapat dinikmati, pastilah ia tidak akan tenteram dan tenang sebab hal itu sudah terpatri secara asal kebutuhan akan Rabb-nya, dan karena Dia adalah sesembahannya, Kekasih dan Dambaannya. Dengan begitu, ia akan menggapai kesenangan, kegembiraan, kelezatan, kenikmatan, ketenangan dan ketenteraman.”

7. Menjaga Shalat Berjama’ah
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.al-‘Ankabut:45). Syaikhul Islam berkata, “Sesungguhnya di antara manfaat shalat adalah mencegah hal-hal yang dibenci, yaitu perbuatan keji dan munkar. Juga meraih sesuatu yang dicintai, yaitu mengingat Allah subhanahu wata’ala.”

8. Puasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai para pemuda, siapa saja yang mampu di antara kamu untuk menikah, maka menikahlah; sebab ia dapat manahan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan siapa saja yang tidak mampu melakukannya, maka hendaklah ia berpuasa sebab ia merupakan obat baginya.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)

9. Banyak Membaca al-Qur’an
Al-Qur’an adalah hidangan Allah subhanahu wata’ala di bumi dan obat dari segala penyakit. ‘Utsman bin Affan zberkata, “Andaikata hati kita semua telah menjadi suci, niscaya tidak akan merasa kenyang dari Kalamullah.”

10. Jagalah Allah, Pasti Dia Menjagamu
Barangsiapa yang menjaga Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, maka Dia akan menjaganya dari kejahatan setan jin dan manusia, serta dari nafsunya yang mengajak kepada keburukan, menjaga agamanya, kesuciannya dan kehormatannya. Sebab balasan itu sesuai dengan amal yang dikerjakan.!

11. Menguatkan Kemauan dan Tidak Berputus Asa
Orang yang diuji dengan penyakit ini terkadang tidak berdaya dan menyerah terhadap keinginan-keinginannya, terlena lalu terjerumus jauh. Hal ini membuatnya berputus asa untuk memperbaiki kondisinya. Ia menganggap bencana ini tak terhindarkan dan terkadang rasa putus asa membuatnya berputus asa dari bertaubat.

12. Menjauhi Hal-Hal Yang Merangsang Secara Umum
Yaitu menjauhi semua hal yang dapat merangsang dan membangkitkan gairah serta mengajak kepada perbuatan keji dengan cara menghindari berbaur dengan bukan mahram dan menonton film porno, memutus kontak dengan perbuatan keji yang dapat mengingatkannya kembali. Caranya, memusnahkan semua yang terkait dengan itu agar tidak melemahkan jiwanya! [Hanif Yahya Asy’ari,Lc]

SUMBER: Al-Fahisyah ‘Amal Qaum Luth, Muhammad Ibrahim Hamd