(1251) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,


اَللّهُمَّ عَافِنِيْ فِي جَسَدِيْ، وَعَافِنِيْ فِي بَصَرِيْ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنِّيْ. لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، وَالْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
[/r

‘Ya Allah, sehatkanlah jasmaniku, sehatkanlah penglihatanku dan jadikanlah ia pewaris bagiku, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau Yang Mahalembut lagi Maha-dermawan, Mahasuci Allah Rabb pemilik Arasy yang agung, dan segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam’.

Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Kitab ad-Da’awat, Bab 5/518, no. 3480; Ibnu Adi 2/815; dan al-Hakim 1/530: dari dua jalur, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Urwah, dari Aisyah dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib, saya mendengar Muhammad berkata, ‘Habib bin Abi Tsabit tidak mendengar suatu riwayat dari Urwah bin az-Zubair’.” Dan al-Hakim berkata, “ Isnadnya shahih apabila pendengaran Habib selamat dari Urwah, namun mereka berdua (al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.” Saya berkata, Bagaimana mungkin selamat, sedangkan Imam al-Bukhari telah memastikan bahwa dia tidak mendengar sesuatu pun darinya. Ibnu Abi Hatim telah menukilkan dari ayahnya bahwa mereka telah bersepakat atas hal tersebut. Benar, potongan pertama darinya memiliki jalur lain pada ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 1452 yang la ba’sa biha dalam asy-Syawahid. Sedangkan syawahid dari hadits sekumpulan sahabat, maka dia adalah shahih. Adapun hadits secara panjang, maka tidak demikian. Al-Albani telah mendhaifkannya.

(1252) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Abu ad-Darda` radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِيْ حُبَّكَ. اللّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ.

‘Di antara doa yang pernah diucapkan Dawud alaihissalam, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon cintaMu, cinta orang yang mencintaiMu dan perbuatan yang mengantarkanku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah ‘cintaMu’ lebih aku cintai daripada diriku sendiri, keluargaku dan dari air yang dingin’.”

Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/522, no. 3490; al-Hakim 2/433; Abu Nu’aim 1/226; dan Ibnu Asakir 17/86: Dari jalur Muhammad bin Fudhail, dari Muhammad bin Sa’ad, dari Abdullah bin Rabi’ah bin Yazid ad-Dimasyqi, Abu Idris al-Khaulani telah menceritakan kepada kami, dari Abu ad-Darda` dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib.” Dan an-Nawawi menyetujuinya, dan al-Hakim menshahihkannya, maka adz-Dzahabi mengoreksinya dengan perkataannya,”Abdullah ini kata Ahmad, hadits-haditsnya palsu.” Dan al-Albani mengoreksinya dalam ash-Shahihah, no. 707 dengan penjelasan yang memberi faidah bahwa pelaku pemalsu adalah selainnya, dan bahwa Abdullah ini hanya majhul saja. Saya berkata, Di dalamnya dia mudhtharib, maka suatu kali dia menjadikannya berasal dari doa Dawud ‘alaihissalam, dan suatu kali menjadikannya berasal dari doa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka hadits tersebut lemah.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”

(1253) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Sa’ad bin Abi Waqqash radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا رَبَّهُ وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوْتِ: لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ، إِلاَّ اسْتَجَابَ لَهُ.

‘Doa Dzunnun (Yunus ‘alaihis salam) ketika berdoa kepada Rabbnya sedang dia berada di dalam perut ikan paus ialah, ‘Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat aniaya; Sesungguhnya tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya dalam keadaan apa pun melainkan doanya akan dikabulkan untuknya’.”

Shahih: Telah dikemukakan takhrijnya secara terperinci pada no. 382.

Al-Hakim Abu Abdillah berkata, “Hadits ini isnadnya shahih.”

(1254) Kami meriwayatkan di dalamnya dan dalam kitab Ibnu Majah dari Anas radiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya,

يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: سَلْ رَبَّكَ الْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّانِي، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ. ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ. قَالَ: فَإِذَا أُعْطِيْتَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَأُعْطِيْتَهَا فِي اْلآخِرَةِ فَقَدْ أَفْلَحْتَ.

“Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Mintalah kepada Rabbmu keafiatan dan perlindungan di dunia dan akhirat.” Kemudian dia mendatangi beliau pada hari kedua, seraya bertanya, “Doa apakah yang paling utama?” Beliau menjawabnya seperti demikian, kemudian dia mendatangi beliau pada hari ketiga, dan beliau menjawabnya seperti demikian juga. Beliau bersabda, “Apabila kamu diberi keafiatan di dunia dan kamu diberi keafiyatan di akhirat, maka kamu telah beruntung.”

Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab ad-Du’a`, Bab ad-Du’a` bi al-Afwi wa al-‘Afiyah, 2/1265, no. 3848; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/533, no. 3512; ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 1298; Ibnu Adi 3/1181; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 2171: dari beberapa jalur, dari Salamah bin Wardan, dari Anas dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib dari jalur sanad ini, dan kami mengetahuinya dari hadits Salamah bin Wardan.” Saya berkata, Salamah ini seorang yang lemah haditsnya, akan tetapi haditsnya memiliki syahid hadits al-Abbas yang akan datang, sehingga dia menjadi hasan, insya Allah.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”

(1255) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari al-Abbas bin Abdul Muththalib radiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللهَ .تعالى قَالَ: سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ. فَمَكَثْتُ أَيَّامًا، ثُمَّ جِئْتُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللهَ .تعالى فَقَالَ: يَا عَبَّاسُ! يَا عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ! سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ.

“Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku suatu doa yang dengannya aku meminta kepada Allah Ta’ala.’ Beliau bersabda, ‘Mintalah kepada Allah keafiatan.’ Lalu aku tinggal beberapa hari, kemudian aku datang lagi seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku suatu doa yang dengannya aku meminta kepada Allah Ta’ala.’ Lalu beliau bersabda, ‘Wahai Abbas, Wahai paman Rasulullah, Mintalah kepada Allah keafiatan di dunia dan akhirat’.”

Shahih: Diriwayatkan oleh al-Humaidi dalam al-Musnad, no. 461; Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, no. 29176; Ahmad 1/209; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 726; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/534, no. 3514; Abu Ya’la, no. 6696 dan 6697; dan ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 1295: dari beberapa jalur, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari Abdullah bin al-Harits, dari al-Abbas bin Abdul Muththalib dengan hadits tersebut.

Sanad ini dhaif disebabkan Ibnu Abi Ziyad. Dia seorang yang dhaif. Dia beranjak tua sehingga berubah pikun dan terpengaruh oleh hadits orang lain. Akan tetapi ath-Thabrani meriwayatkannya 11/261, no. 11908; al-Hakim 1/529: dari jalan Hilal bin Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat al-Bukhari. Sedangkan al-Hilal seorang yang shaduq, namun di akhir hayatnya dia banyak berubah pikun, dia bukan termasuk perawi al-Bukhari, maka orang semisalnya tidak akan melampaui batas menjadi layak dalam syawahid. Ahmad meriwayatkannya 1/206: dari jalur Hatim bin Abi Shaghirah, dari sebagian bani al-Muththalib, dari Ali bin Abdullah bin Abbas, dari ayahnya, dari ayahnya. Sanadnya dhaif, di dalamnya terdapat jahalah. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, no. 951: dari jalur Hammad bin Salamah, Musa bin Salim menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia berkata, “Wahai Rasulullah…“. Hadits ini terputus. Musa tidak menjumpai Ibnu Abbas, dan dia telah menyelisihi, dan menjadikan sang penanya adalah Ibnu Abbas, bukan bapaknya! Hadits tersebut menjadi kuat dengan berkumpulnya jalur-jalur ini dan menjadi shahih. Al-Haitsami telah menguatkannya. At-Tirmidzi, an-Nawawi, dan al-Albani menshahihkannya.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini shahih.”

(1256) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Abu Umamah radiyallahu ‘anhu, dia berkata,

دَعَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِدُعَاءٍ كَثِيْرٍ لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئًا. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، دَعَوْتَ بِدُعَاءٍ كَثِيْرٍ لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئًا. فَقَالَ: أَلاَ أَدُلُّكُمْ مَا يَجْمَعُ ذلِكَ كُلَّهُ؟ نَقُوْلُ: اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلاَغُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa dengan doa yang banyak, tapi kami tidak dapat menghafal sesuatu pun darinya, kami bertanya, ‘Ya Rasulullah, engkau berdoa dengan doa yang banyak tapi kami tidak dapat menghafal sesuatu pun darinya.’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Maukah kamu saya tunjukkan doa yang mengumpulkan semua itu? Kami mengucapkan doa, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepadaMu kebaikan yang pernah diminta NabiMu, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan kami berlindung kepadaMu dari kejelekan yang Nabimu, Muhammad pernah berlindung darinya. Engkaulah tempat memohon pertolongan, dan Engkaulah yang menyampaikan kepada sesuatu yang diinginkan. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah’.”

Dalam sejumlah sumber: kami mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu”. Dan pembicaraannya tidak diwazankan demikian, oleh karena itu saya menetapkan lafazh at-Tirmidzi di atas.

Dhaif dengan susunan ini, dan doanya shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/537, no. 3521, dari jalur al-Laits bin Abi Sulaim, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.

Dan Abdurrahman bin Sabith, menurut Ibnu Ma’in, dia tidak mendengar dari Abu Umamah, dan Ibnu Abi Sulaim padanya terdapat kelemahan dan dia melakukan kegoyahan (idhthirab), dimana ath-Thabrani 8/192, no. 7791 meriwayatkannya dari jalur al-Laits, dari Tsabit bin Ajlan, dari al-Qasim, dari Abu Umamah. Benar, berdasarkan perkataan beliau, “Ya Allah… kami berlindung kepadaMu dari keburukan yang Nabimu, Muhammad berlindung darinya,” adalah syahid yang shahih dari hadits Aisyah pada Ahmad 6/134, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 639, Ibnu Majah, no. 3846. Dan lainnya mauquf shahih pada Ibnu Mas’ud dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah, no. 29249. Maka dia shahih dengan diperkuat oleh keduanya.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.