Ketahuilah bahwa tujuan berdoa adalah hadirnya hati sebagaimana penjelasan yang telah lalu, dan dalil-dalil tentang hal ini lebih banyak dari apa yang dapat dihitung, dan pengetahuan tentangnya adalah lebih jelas daripada harus disebutkan, akan tetapi kami mencari berkah dengan menyebutkan satu hadits di dalamnya.

(1269) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تعالى لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ.

‘Berdoalah kepada Allah, dan kamu yakin dikabulkan, serta ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai (dari Allah) lagi main-main’.”

La ba`sa bihi: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/517, no. 3479; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 5105 dan ad-Du’a`, no. 62; Ibnu Adi 4/1380; al-Hakim 1/493: dari beberapa jalur, dari Shalih al-Murri, dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib, kami tidak mengetahuinya melainkan dari jalur ini”. Ath-Thabrani berkata, “Tidak seorang pun meriwayatkan dari Hisyam melainkan Shalih”. Al-Hakim berkata, “Hadits tersebut sanadnya lurus”. Adz-Dzahabi mengoreksinya dengan berkata, “Shalih adalah matruk “. Saya berkata, “Ia adalah hadits dhaif atau lebih rendah dari itu, akan tetapi tanpa ada tuduhan. Boleh jadi hadits tersebut menjadi kuat dengan adanya hadits Ibnu Amru pada Ahmad 2/177 dengan sanad la ba`sa bihi dalam syawahid. Dengan syahid tersebut al-Albani menghasankannya. Kemudian saya mendapatkan untuk makna hadits tersebut sebuah syahid pada Muslim no. 832 dari hadits Amru bin Abasah dengan lafazh “وَفَرَّغَ قَلْبَهُ للهِ” (dan dia mengkonsentrasikan hatinya kepada Allah). Maka saya bertambah yakin dengan hasannya pokok hadits ini.

Pada isnadnya terdapat kelemahan.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.