Termasuk menyintai Rasulullah adalah menyintai keluarga beliau, dari sini maka di antara prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mencintai keluarga Rasulullah karena dua alasan: Iman dan hubungan kekerabatan dengan Rasulullah, Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak membenci ahli bait. Hanya saja Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak sependapat dengan Rafidhah yang berkata: Siapapun yang mencintai Abu Bakar dan Umar berarti membenci Ali. Jadi tidak mungkin mencintai Ali tanpa membenci Abu Bakar dan Umar. Seolah-olah Abu Bakar dan Umar adalah musuh Ali padahal riwayat-riwayat yang mutawatir menetapkan pujian Ali kepada keduanya di atas mimbarnya.

Kami katakan, kami menjadikan Allah sebagai saksi atas kecintaan kami kepada keluarga dan kerabat Rasulullah, kami mencintai mereka karena kecintaan kepada Allah dan RasulNya.

Termasuk keluarga Nabi adalah istri-istri beliau, firman Allah, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: ‘Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan RasulNya serta (kesenangan) di negeri Akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan RasulNya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizki yang mulia. Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 28-33). Ahli bait di dalam ayat ini mencakup istri-istri Rasulullah tanpa ragu.

Termasuk kerabat Rasulullah adalah Fatimah, Ali, al-Hasan, al-Husain, al-Abbas dan anak-anaknya serta lain-lainnya.

Kami mencintai mereka karena kekerabatan mereka dengan Rasulullah dan iman mereka kepada Allah. Kalau mereka kafir maka kita tidak mencintai mereka meskipun dia adalah kerabat Rasulullah seperti Abu Lahab. Kita tidak boleh mencintainya dalam kondisi apapun justru kita wajib membencinya karena kekufurannya dan sikap buruknya kepada Rasulullah. Sama halnya dengan Abu Thalib, kita wajib membencinya karena kekufurannya akan tetapi kita mengakui perlindungan dan bantuannya yang diberikan kepada Rasulullah.

Ahlus Sunnah melaksanakan pesan Rasulullah kepada kaum muslimin saat beliau berkhutbah di Ghadir Khum, sebuah tempat antara Makkah dan Madinah, di sana beliau singgah sepulang haji wada’, “Aku mengingatkan kalian kepada Allah terhadap ahli baitku.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah kepada ahli bait adalah mencintai, bersikap loyal, menjaga wasiat Rasulullah pada mereka agar selalu ingat Allah kepada mereka, tidak mendudukkan mereka di atas posisi mereka yang sebenarnya, berlepas diri dari orang-orang yang mengkultuskan mereka sampai mendudukkan mereka ke kursi ketuhanan.

Istri Rasulullah yang paling mulia adalah Khadijah bin Khuwailid dan Aisyah. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah, Rasulullah menikahinya dalam usia dua puluh lima tahun sementara dia empat puluh tahun. Dia adalah wanita cerdas. Nabi banyak mengambil manfaat darinya karena dia adalah wanita pintar dan cerdik. Selama Khadijah hidup Rasulullah tidak berpoligami.

Rasulllah mempunyai putra dan putri darinya selain Ibrahim. Anak Rasulullah dari Khadijah ada enam orang: dua laki-laki dan empat wanita. Yang laki-laki adalah: al-Qasim dan Abdullah yang dikenal dengan ath-Thayib dan ath-Thahir. Putri-putrinya adalah: Zaenab, Ummu Kultsum, Fatimah dan Ruqayah. Putra terbesar al-Qasim dan putri terbesar adalah Zaenab.

Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi karena ketika Nabi pulang dari goa Hira dan menyampaikan apa yang didapatkan di sana, dia berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Aku beriman kepadamu.” Lalu Khadijah membawa Nabi kepada Waraqah bin Naufal dan menceritakan berita Nabi kepadanya. Waraqah berkata kepadanya, “Ini adalah namus yang turun kepada Musa.” Namus adalah pemilik rahasia. Waraqah pun beriman kepada Nabi.

Wanita pertama yang beriman adalah Khadijah dan laki-laki pertama yang beriman adalah Waraqah bin Naufal. Dia adalah pendukung setia Nabi. Siapa pun yang membaca sirah Nabi maka dia pasti mengakui bahwa dukungan Khadijah kepada Nabi tidak diungguli oleh seorang pun dari istri-istri Nabi.

Dia memiliki kedudukan yang tinggi di hati Rasulullah, sampai-sampai Nabi tetap mengingatnya setelah dia wafat, beliau mengirim hadiah kepada teman-teman Khadijah dan bersabda, “Dia itu begini begini dan aku memiliki anak darinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Adapun Aisyah maka dia adalah ash-Shiddiqah karena imannya yang sempurna kepada Rasulullah dan karena kejujurannya dalam bergaul dengan Rasulullah serta kesabarannya dalam menghadapi tekanan berat karena kisah dusta yang ditujukan kepadanya. Kamu bisa mengetahui kebenarannya dan kebenaran imannya dari ucapannya ketika Allah menurunkan kesaksian kebebasannya atas kisah dusta tersebut, dia berkata, “Sesungguhnya aku tidak memuji kecuali Allah.” Ini adalah bukti kejujuran dan kesempurnaan imannya.

Dia adalah binti ash-Shiddiq karena hal yang sama, ayahnya adalah ash-Shiddiq di tubuh umat ini bahkan dia adalah siddiq dari seluruh umat karena umat ini adalah umat terbaik, jika dia adalah siddiq umat ini berarti dia juga siddiq umat-umat yang lain.

Siapa yang lebih utama, Khadijah atau Aisyah? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian berkata: Khadijah afdhal karena dia memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki Aisyah. Yang lain berkata: Aisyah afdhal berdasarkan hadits ini, dia memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh Khadijah.

Sebagian ulama membuat perincian. Mereka berkata, masing-masing memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh yang lain. Di awal dakwah Nabi Khadijah memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh Aisyah dan tersaingi olehnya akan tetapi setelah itu dan setelah Rasulullah wafat Aisyah berjasa besar dalam menyebarkan Sunnah dan ilmu serta hidayah kepada umat yang tidak dimiliki oleh Khadijah. Jadi tidak sah mengunggulkan salah satunya di atas yang lain secara mutlak, akan tetapi kita katakan, ini afdhal dari segi ini dan itu afdhal dari segi itu. Dengan ini kita berjalan di atas keadilan, kita tidak melupakan keistimewaan-keistimewaan ini, kita juga tidak melupakan keistimewaan-keistimewaan itu, dengan merinci apa yang kita ingin raih tercapai. Khadijah, Aisyah dan istri-istri Rasul yang lain semuanya di Surga.

Dari Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.