(1286) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab at-Taubah, Bab Suquth adz-Dzunub bi al-Istighfar, 4/2106, no. 2749. Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا، لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ، فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللهَ تعالى فَيَغْفِرُ لَهُمْ.

‘Dan demi Dzat Yang jiwaku berada di TanganNya, kalau kalian tidak berdosa niscaya Allah akan memusnahkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang berdosa, lalu mereka beristighfar kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka’.”

(1287) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawuddari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ يَدْعُوَ ثَلاَثًا وَيَسْتَغْفِرَ ثَلاَثًا.

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai berdoa (dengan mengulang) tiga kali dan beristighfar tiga kali.

Dan hadits ini baru saja telah dikemukakan pada Kitab Doa-doa simpel dan padat makna.

(1288) Kami meriwayatkan dalam kitab Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari bekas sahaya Abu Bakar, dari Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا أَصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ، وَإِنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةٍ.

‘Tidaklah disebut sebagai mushir orang yang (terus-menerus berbuat dosa), orang yang beristighfar, walaupun dia mengulanginya tujuh puluh kali dalam sehari’.”

Hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Istighfar, 1/475, no. 1514; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/558, no. 3559; Abu Ya’la, no. 137-139; Ibn as-Sunni, no. 361; dan al-Baghawi, no. 1297: dari beberapa jalur, dari Utsman bin Waqid, Abu Nushairah telah menceritakan kepada kami, dari bekas sahaya Abu Bakar, dari Abu Bakar dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib, sesungguhnya kami hanya mengetahuinya dari hadits Abu Nushairah, dan isnadnya tidak kuat.” Al-Baghawi dan al-Mundziri menyetujuinya. Saya berkata, “Abu Nushairah adalah Muslim bin Ubaid al-Wasithi, dia seorang yang tsiqah atau lebih rendah sedikit dari itu. Illat pada hadits tersebut adalah pada kemajhulan bekas sahaya Abu Bakar, maka sanadnya dhaif disebabkan olehnya. Al-Albani mendhaifkannya. Kemudian aku mendapatkan syahid untuknya dalam riwayat ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 1797 dari hadits Ibnu Abbas dengan lafazhnya dengan sanad la ba`sa bihi maka ini menjadikannya minimal dalam kategori hasan.

At-Tirmidzi berkata, “Isnadnya tidak kuat.”

(1289) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Anas radiyallahu ‘anhu, dia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

قَالَ اللهُ تعالى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي، غَفَرْتُ لَك مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ. يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ، ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ، غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ أَتَيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya kamu, selama masih berdoa kepadaKu dan mengharapkanKu, niscaya Aku akan mengampuni segala dosamu (sebanyak apapun) dan Aku tidak peduli. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya dosamu (menumpuk) mencapai awan di langit kemudian kamu meminta ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni segala dosamu. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya kamu mendatangiKu dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu mendatangiKu, dengan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi’.”

Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab Fadhlu at-Taubah wa al-Istighfar, 5/458, no. 3540: dari jalur Katsir bin Faid, Sa’id bin Ubaid telah menceritakan kepada kami, saya mendengar Bakar bin Abdullah al-Muzani, Anas telah menceritakan kepada kami dengan hadits tersebut.

Dan sanad ini di dalamnya terdapat kelemahan dari sisi Katsir bin Faid, maka padanya terdapat kemajhulan, dan al-Asqalani telah menerimanya dalam al-Mutaba’at. Akan tetapi dia mempunyai syahid dalam riwayat Ahmad 5/147, 148, 153, 154,155, 167,169, 172 dan 180; ad-Darimi 2/322; ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 13; al-Hakim 4/241; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 1040-1042: secara panjang lebar maupun secara ringkas dari hadits Abu Dzar. Sanadnya layak untuk menguatkan hadits Anas. Maka hadits tersebut dengan adanya hadits Anas menjadi hasan sebagaimana dikatakan oleh at-Tirmidzi, dan disepakati oleh al-Mundziri, an-Nawawi, as-Sakhawi, dan al-Albani. Benar, kosa kata hadits keseluruhannya adalah telah shahih disebabkan berbagai jalur lainnya. Adapun hadits tersebut secara panjang, maka derajatnya hanya hasan. Wallahu a’lam.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”

Saya berkata, عَنَانُ السَّمَاءِdengan memfathahkan ‘ain adalah awan, bentuk tunggalnya adalah عَنَانَةٌ dan menurut pendapat lain dikatakan العَنَانُ bermakna sesuatu yang tampak kepadamu (dari kata عَنَّ), maksudnya apa yang nampak jika kamu mengangkat kepalamu. Sedangkan قُرَابُ اْلأَرْضِ diriwayatkan dengan mendhammahkan dan mengkasrahkan qaf, dan riwayat yang mendhammahkan adalah yang masyhur- dan maknanya adalah yang mendekati penuhnya, dan di antara yang meriwayatkan dengan mengkasrahkannya adalah penulis al-Mathali‘.

(1290) Kami meriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah dengan isnad yang jayyid (baik) dari Abdullah bin Busr radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.

‘Beruntunglah bagi orang yang mendapatkan dalam shahifah (catatan amalan)nya istighfar yang banyak’.

Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab al-Istighfar, 2/1254, no. 3817; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 459; ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 1789; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 647: dari dua jalur, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Irq, dari Abdullah bin Busr dengan hadits tersebut.

Al-Mundziri berkata, “Isnadnya shahih.” Dan an-Nawawi menilainya jayyid (baik), al-Bushiri berkata, “Isnadnya shahih, para perawinya tsiqah.” Dan al-Albani menshahihkannya, dan dia sebagaimana yang mereka katakan.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.