Manusia yang bahagia adalah manusia yang berpegang teguh kepada agama Allah subhanahu wata’ala dan kembali kepada-Nya. Seseorang yang berpegang teguh terhadap agamanya dialah mukmin yang benar keimanannya. Dan seorang mukmin yang benar keimanannya dia akan senantiasa konsisten dengan agamanya dalam posisi sempit maupun lapang. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-Ankabut: 2-3).

Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada mu (cobaan) sebagaimana halnya orang- orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al-Baqarah: 214).

Dan firman-Nya yang artinya,
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”. (QS. Al-A’raf: 168).

Sesungguhnya dalam pergantian kondisi sempit dan lapang, senang dan susah, akan membuka jati diri dan watak hati yang sebenarnya. Dengan pergantian kondisi-kondisi itu pula tampak jelaslah golongan orang-orang yang beriman dan terbongkarlah topeng kepalsuan golongan penipu (orang-orang munafik). Maka barangsiapa yang mengetahui hikmah pergantian kondisi dan perjalanan taqdir, ia tidak akan menemukan celah dalam hatinya untuk berputus asa. Meskipun jalan-jalan menjadi gelap, munculnya problematika hidup yang senantiasa datang silih berganti dan senantiasa dirundung musibah, semua itu tidaklah membuatnya lemah dan berpatah arang. Namun sebaliknya, akan semakin menambah keteguhan hatinya. Kepada Allah subhanahu wata’ala lah manusia kembali. Dengan keimanannya seorang mukmin berpegang teguh dan dengan taqdir Allah subhanahu wata’ala dia berpasrah diri.

Sesungguhnya di antara perkara yang diseru oleh Islam dan senantiasa diagung-agungkan oleh Al-Qur’an adalah berpegang teguh di atas agama Allah subhanahu wata’ala dan istiqomah di atasnya. Teguh di atas agama Allah subhanahu wata’ala yakni istiqomah di atas petunjuk, berpegang teguh dengan ketaqwaan, membatasi diri dengan hanya menempuh jalan kebenaran dan kebaikan, menjauhkan diri dari dosa-dosa, maksiat-maksiat serta memalingkan diri dari seruan hawa nafsu dan syetan. Islam sangat memperhatikan dan mengagung kan perkara keteguhan hati karena sesungguhnya keteguhan hati di atas agama Allah subhanahu wata’ala merupakan sebuah bukti kuat yang menunjukkan kesempurnaan iman, bagusnya Islam, dan baiknya prasangka kepada Allah subhanahu wata’ala.

Tidaklah Allah subhanahu wata’ala menyia-nyiakan keimanan dan keteguhan seorang hamba, melainkan Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan balasan baginya di dunia berupa pertolongan dan konsisten di jalan Islam serta menganugerahkan kenikmatan abadi di akhirat kelak. Allah subhanahu wata’ala telah mejelaskannya dalam firman-Nya yang artinya, ”
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka”. (QS. Muhammad:7-8).

Itulah balasan yang dijanjikan Allah subhanahu wata’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih.

Sesungguhnya konsisten di atas agama Allah subhanahu wata’ala merupakan akhlaq yang sangat mulia. Sesungguhnya konsisten di jalan Islam dan terus-menerus berada di atas manhaj yang benar merupakan sebuah nikmat yang sangat agung yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Alangkah indahnya kehidupan orang-orang yang beriman kepada Allah, karena Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan para Malaikat-Nya yang mulia agar memberi keteguhan kepada ahli keimanan. Sebagai mana yang telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala yang artinya,
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyu kan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggal lah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”. (QS. Al-Anfal:12).

Ketahuilah wahai saudaraku seiman, -semoga Allah melimpahkan kepada kita surga yang penuh dengan kenikmatan- bahwasanya Allah subhanahu wata’ala telah menggariskan bagi kita banyak jalan, barangsiapa menitinya niscaya Allah subhanahu wata’ala akan memberikan kepadanya keteguhan di jalan Islam.

1. Keimanan yang benar, agama yang kuat, dan senantiasa berusaha menegakkan agama Allah subhanahu wata’ala. Seorang insan, setiap kali ia kuat keimanan dan agamanya, jujur kepada Tuhannya, maka setiap kali itu pula bertambahlah keteguhannya, kuat tekadnya, dan semakin mantaplah argumentasinya. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 27 yang artinya,
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.
Juga dijelaskan di dalam hadits Rasulullahshallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda, “Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Dan dalam setiap keduanya ada kebaikan”. (HR. Muslim).

2. Kata yang teguh dan benar. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
“Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dunia dan di akhirat”. (QS. Ibrahim: 27).
Makin benar dan baik perkataan dan perbuatan seorang hamba, maka keteguhannya semakin tinggi.

3. Berdo’a dan bersandar kepada Allah. Memohon kepada Allah subhanahu wata’ala dan bersandar kepada-Nya merupakan faktor penyebab yang paling kuat untuk menolak sesuatu yang dibenci dan meraih sesuatu yang didamba-dambakan. Ia juga merupakan faktor yang paling kuat untuk meraih keteguhan di atas agama Allah. Tentunya dengan syarat seseorang yang berdo’a itu ikhlas dalam doanya.

4. Yakin dan ridha terhadap takdir Allah subhanahu wata’ala. Begitu pula rasa yakin dan ridha terhadap Qadha dan Qadar Allah merupakan salah satu sebab yang paling agung yang menolong seseorang untuk tetap teguh di atas Agama Allah. Berkata Alqomah bin Qais radhiyallahu’anhudi dalam menafsirkan firman Allah subhanahu wata’ala yang artinya,
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. At-Taghabun:11). Dia berkata, “Ia adalah seorang laki-laki yang ditimpa musibah maka ia tahu bahwasanya musibah itu dari sisi Allah I lalu ia ridha dan pasrah (berserah diri).

5. Mentadabburi (menghayati) Al-Qur’an. Wahai hamba Allah, ketauhilah bahwa materi pokok dari konsisten di jalan Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
“Katakanlah, “Ruhul Quddus (Jibril) menurun kan Al-Qur’an itu dari tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. An-Nahl: 102).

6. Meneladani orang-orang shalih dan para da’i terdahulu. Allahsubhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya,
“Dan semua kisah tentang rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Hud: 120).

7. Berinfaq di jalan Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan hati mereka”. (QS. Al-Baqarah: 265).

8. Cinta Allah dan Rasul-Nya.

9. Cinta dan benci karena Allah.

10. Benci terhadap kekafiran.

11. Saling menasihati dengan kebenaran.

12. Saling menasihati dengan kesabaran.

13. Saling menasihati dengan kasih sayang.
Sesungguhnya kemuliaan umat ini dan ketinggian derajat penyeru kebenaran (ahlul haq) tidak akan terwujud kecuali dengan berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam, baik dalam masalah aqidah maupun syariat. Berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan, berteguh hati dalam kondisi apa pun juga, serta jujur kepada Allah. Allahsubhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya, ”
”‘Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imran: 139).

Allah subhanahu wata’ala juga telah berfirman yang artinya,
“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (QS. Muhammad: 38).

Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Ia menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang tetap teguh di atas agama-Nya serta menjaga kita dengan penjagaan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan sahabatnya. (Zainal Abidin)

Sumber:
– Ats-Tsabat ‘Ala ad-Din wa atsaruhu Fi Hayatil Ummah, Muhammad Ibn Ahmad Sayyid Ahmad,
– Ats-Tsabat ‘Alal Islam Edisi Indonesia (Konsisten di Jalan Islam, Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali.