Persatuan Yahudi Perancis Untuk Perdamaian (PYPUP), hari ini, Kamis mengutuk dengan keras bombardir yang dilakukan Israel terhadap rakyat Lebanon dan Palestina yang mengakibat jatuhnya banyak korban jiwa. Mereka mengutuk serangan terhadap warga sipil manapun, baik rakyat Palestina, Lebanon atau pun Israel sendiri.!!

PYPUP meminta dijatuhkannya sanksi internasional terhadap Israel dan pemboikotan terhadap seluruh produk-produk dan jasa pelayanan Israel hingga pendudukan Israel tersebut dihentikan.

Dalam keterangan yang berhasil diperoleh kantor berita Italia, PYPUP mengatakan, “Serangan Hizbullah terhadap para warga sipil Israel merupakan bentuk balasan atas pemboman yang dilakukan pasukan Israel secara intensif terhadap warga sipil di Lebanon.!!”

Lebih jauh, PYPUP menjelaskan, “Penculikan yang dilakukan kelompok Hizbullah terhadap dua prajurit Israel merupakan operasi perang, bukan serangan terhadap warga sipil sementara Israel membalasnya dengan membom warga sipil.!!”

Keterangan itu menyatakan, “Bagi Israel yang merupakan negara rasis dan egois, membebaskan sebagian prajuritnya yang mengabdi untuk kepentingan politiknya dapat menjadi alasan pembunuhan sebuah bangsa secara keseluruhan, tak peduli apakah itu bangsa Lebanon atau Palestina. Caranya, dengan menghancurkan infrastruktur-infrastruktur, rumah-rumah dan warga-warga sipil.!!??”

PYPUP menambahkan, Israel meyakini bahwa dirinya tengah membela prinsip-prinsip dunia barat -yang mengklaim diri ‘berperadaban’- di kawasan timur tengah yang dipandangnya berbeda dalam hal kebudayaan. Maka, selama pandangan yang didasarkan pada keyakinan akan terjadinya perbenturan antar peradaban masih santer dan selama Israel tetap berposisi sebagai ‘alat’ bagi Amerika Serikat di kawasan tersebut, maka perang akan terus berlanjut.!?

PYPUP menyerukan adanya ‘pengakuan terhadap hak-hak bangsa Palestina’ dan mengingatkan bahwa bila masih terbersit niat untuk menghancurkan Palestina dan mencegah timbulnya solidaritas dari sebagian bangsa di kawasan itu, maka Israel tidak akan mengurungkan niatnya itu kecuali bila tiba-tiba muncul kekuatan lawan yang memaksanya untuk mundur sebagaimana yang terjadi di Afrika Selatan pada masa rezim aphartheit dulu. (ismo/AS)