Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada pimpinan para rasul Muhammad bin Abdullah, keluarganya dan sahabat-sahabatnya semuanya. Amma ba’du:

Sesungguhnya hakikat ‘ain adalah bisa dibuktikan dan pengaruhnya juga ada, dan sesungguhnya ia dapat membunuh. Berapa banyak orang yang dimasukkan ke dalam kuburan olehnya, dan berapa banyak unta kuat yang dimasukkan ke dalam panci olehnya. Akan tetapi itu semua adalah dengan kehendak Allah Subhanahu wata’ala dan kekuasaanNya.

‘Ain terjadi jika seseorang menimpakan (penyakit, kerusakan dan semisalnya) melalui pandangan mata. Bila dikatakan ‘aana ar rajulu bi’ainihi ‘ainan maknanya adalah seseorang menimpakan penyakit dengan matanya, dan orang itu disebut aa’in (matanya memiliki kekuatan ‘ain), dan yang terkena pandangan disebut (ma’in) dengan wazan naqis, dan (ma’yun) dengan wazan sempurna; jika dia terkena ‘ain (Lihat Lisanu Al-Arab, oleh Ibnu Al-Manzhur (13/301)

Dikatakan: Seseorang terkena ain, jika dia dipandang oleh seorang musuh atau orang yang dengki, dan dia terkena pandangan (‘ain) itu, lalu sakit karenanya. Dan terkadang ‘ain disebut (an-Nafsu). Dikatakan: Seseorang terkena nafs, nafs maksudnya adalah ‘ain, dan an-naafis adalah orang yang bermata tajam. (Zaad al-Ma’ad 4/168).

Pada umumnya orang Najd menyebut ‘ain dengan (nudhul) karena orang yang memandang melemparkan (penyakit) dengan matanya. Barangkali itu diambil dari kalimat (nadhala al-ba’ir) yang berarti onta kurus, karena kurus adalah di antara dampak dari ain. Dan orang-orang arab menyebut (al-aa’in) dengan sebutaan (talqa’ah) dengan sighat mubalaghah, dari kata (al-laqa’u) yaitu melempar.

Sebagian orang awam di Najd menyebut ‘ain dengan sebutan (nuhuut) yang berarti menguliti dan meraut, dan ini sindiran kepada kekurusan yaitu karena pengaruh ain.

Fakta Adanya ‘Ain
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dampak ain adalah bisa dipastikan adanya, dan bisa menambah keparahan, dan ia dapat mempengaruhi jiwa.” (Fathul Bari 10/201 dan Umdatu Al-Qari 91/266)

Dan Al-Qasthalani berkata dalam menerangkan hakekat ain, “Jika seseorang memandang sesuatu dengan kekaguman dan dia (orang yang memandang) menyimpan kedengkian, maka yang dipandang bisa terkena bahaya, dengan ketentuan/kehendak yang dijalankan Allah Ta’ala.

Al-Qadhi Abu Bakar Ibnu Al-Arabi berkata, “Sesungguhnya pada saat seseorang memandang sesuatu dan kagum kepadanya, jika Allah subhanahu wata’ala berkehendak, maka Dia bisa saja menciptakan penyakit dan kebinasaan. Dan terkadang Allah menangkal hal itu sebelum terjadinya, dan itu bisa jadi dengan membaca Isti’adzah atau lainnya. Dan terkadang menangkalnya setelah adanya ruqyah (jampi-jampi) atau dicuci atau lainnya.( Lihat Fathul Bari (10/200) dan Aridhatu Al-Ahwadzi (8/217)

Ali bin Hamud rahimahullah Amirul mu’minin di Andalusia, adalah di antara orang yang bermata ‘ain, dan dia mempunyai beberapa anak gadis cantik-cantik. Dia sering menyuruh mereka supaya mengingatkannya agar membaca syahadat dan memohon barakah, supaya mereka tidak terkena ketajaman matanya. Dan Amirul mu’minin Hisyam bin Malik adalah juga termasuk salah seorang yang diberitakan bermata ‘ain.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Ain

  • Dari Al-Qur’an:

    1. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf melalui lisan Ya’kub AS, artinya, “(Dan Ya’kub berkata, “ Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dar (takdir) Allah.” (Surat Yusuf, ayat: 67).

    Ibnu Abbas dan beberapa ulama salaf berkata, “Sesungguhnya Ya’kub takut kalau mereka terkena ‘ain, yaitu karena mereka mempunyai wajah-wajah yang tampan dan postur tubuh yang bagus dan wibawa, maka Ya’kub mengkhawatirkan kalau orang-orang mencederai mereka dengan matanya, karena ain memang ada. (Tafsir Ibnu Katsir (2/484)

    2. Dan Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata, “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.” (QS. al-Qalam: 51-52)

    Ibnu Abbas dan lainnya berkata, “Menggelincirkan kamu.” Maksudnya menembusmu dengan pandangan mereka, yaitu menatapmu dengan mata ‘ain mereka. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini menunjukkan tentang kebenaran dan keberadaan ain, serangan dan pengaruhnya adalah terjadi dengan perintah dan kehendak Allah. Dan itu lebih dahulu ditetapkan oleh Al-Hafizh Al-Qurthubi dalam tafsirnya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/408, Ath-Thabari 16/165, dan Ruhul Bayan 29/127).

  • Dalil-dalil dari Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

    1. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
    bersabda, “Ain adalah haq.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

    2. Dari Aisyah RA bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Berlindunglah kamu kepada Allah dari ‘ain, karena sesungguhnya ’ain adalah benar adanya/ haq.” (HR Ibnu Majah (3508) dan ia adalah shahih).

    3. Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain adalah benar adanya, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu ain telah mendahuluinya, dan jika kamu diminta untuk mandi, maka hendaklah mandi.” (HR. Muslim). Maksudnya jika salah seorang di antara kamu diminta untuk mandi oleh saudaranya muslim yang lain, karena dia terkena ain, maka hendaklah dia memenuhi permintaannya dan mandi karena permintaannya tersebut.

    4. Dari Asma’ binti Umais Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja’far terkena ‘ain. Bolehkan saya meruqyah mereka?” Lalu Rasulullah berkata, ”Ya, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului qadha (keputusan Allah) tentu ‘ain telah mendahuluinya.”( HR. Ahmad (6/438) dan at-Tirmidzi (2059) dan dia berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih”)

    5. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain adalah benar dapat menjatuhkan orang yang berada di atas.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani dan al-Hakim dan ia adalah hadits hasan). Maksudnya pengaruh ‘ain dapat menjatuhkan orang dari atas gunung (tempat) yang tinggi.

    6. Dari Jabir RA, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ain dapat memasukkan seseorang ke dalam kuburan, dan dapat memasukkan unta ke dalam panici.” (HR. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah dan al Albani mengatakan hadits hasan dalam Shahih al-Jami’ no. 4023). Maksudnya bahwa ‘ain dapat mengenai seseorang lalu membunuhnya sehingga ia mati dan dimakamkan di dalam kubur, dan dapat mengenai unta sampai hampir mati, lalu disembelih dan dimasak di dalam panci.

    7. Dari Jabir bin Abdullah Rhadhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kebanyakan orang yang mati dari umatku setelah keputusan Allah dan takdir-Nya adalah karena ‘ain.” (HR. al-Bukhari dan lainnya)

    8. Dari Aisyah Rhadiyallahu ‘anha, dia berkata, “Rasulullah ]Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyuruh, supaya aku meruqyah (menjampi diri) dari ‘ain” (HR. al-Bukhari (10/170) dan Muslim, no.2195).

    Hadits-hadits seperti ini sudah terkenal dan telah dimaklumi, dan apa yang kami sebutkan insya Allah sudah cukup.

    Bagaimana Menjaga Diri dari Sihir dan ‘Ain

    1. Tawakkal kepada Allah Subhanahu wata’ala. Inilah penolakan bencana yang paling bermanfaat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.ath-Thalaq: 3)

    2. Mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Rasulullah saw bersabda, “Jagalah (agama) Allah niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. at-Tirmidzi)

    3. Banyak dzikrullah dengan membaca al-Qur’an, bertasbih, tahmid, tahlil (membaca la ilaha illallah), takbir, istighfar, membaca shalawat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

    4. Membaca ayat kursi ketika hendak tidur dan seusai shalat fardhu.

    5. Membaca surat al-Baqarah karena setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.

    6. Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah.

    7. Dzikir-dzikir teratur ketika pagi dan sore, ketika datang ke rumah dan masuk dan keluar rumah, naik kendaraan dan lain-lain.

    8. Membacakan kalimat perlindungan pada anak anak sebagaimana Rasulullah saw memintakan perlindungan kepada Allah untuk al-Hasan dan al-Husain

    9. Memperbanyak ta’awudz, dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna.

    Mengobati Orang Tertimpa ‘Ain

    1. Menjampi diri sendiri dengan ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a yang berkaitan dengan kesembuhan (dapat dirujuk dalam kitab-kitab do’a dan adzkar, red) atau dijampi orang lain.

    2. Meminta mandi kepada orang yang dikira penyebab ‘ain (mata jahat) karena sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ain itu benar adanya, dan seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir maka ‘ain itu telah mendahuluinya, dan apabila kalian diminta mandi maka mandilah.” (HR. Muslim). Sifat mandi seperti yang ada dalam hadits yakni orang yang menjadi peyebab ‘ain diminta berwudhu lalu membasuh muka dan dua tangan sampai siku dan dua lutut dan memercikkan bagian dalam kainnya kemudian sisa air diguyurkan kepada orang yang terkena ‘ain. Dalam perkataan lain sisa air wudhunya diguyurkan kepada yang terkena ‘ain secara tiba-tiba dari belakang. (Abu Ahmad Kholif Mutaqin)

    Sumber:
    1. Al-‘Ainu Haqq, Syaikh Ibrahim bin Abdullah al-Hazimi
    2. As-Sihru wal “Ainu Wa ar-Ruqyah Minhuma, Syaikh Fahd bin Sulaiman al-Qadhi.