Dua sahabat karib sekaligus dua orang suami bersepakat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan, pekerjaan keduanya adalah mengendus dan memata-matai wanita-wanita lengah hatinya dan lemah imannya untuk selanjutnya menyeretnya dalam kubangan lumpur perbuatan keji, jika si karib mendapatkan mangsa maka dia akan mengopernya kepada sohibnnya setelah dia menuntaskan keinginan setan pada mangsa tersebut dan selanjutnya sohib ini akan meneguk sisa minuman setan dari karibnya dan begitu sebaliknya.

Dalam suatu kesempatan salah seorang dari dua sahabat ini berhasil menjerat seorang wanita ke dalam jaring perangkap nafsunya, setelah berbasa-basi, berbicara ke sana ke mari, ngobrol ngalor ngidul, akhirnya dua orang yang sedang dikipasi oleh setan ini sepakat untuk bertemu, waktu telah dirancang, pada hari anu jam ini, tidak lupa tempat disiapkan, di tempat begini, semuanya matang dan rapi tertata dan terencana.

Demi memuluskan perbuatan setan sahabat ini meminta istrinya pulang ke rumah orang tuanya dengan alasan pekerjaan kantor yang memaksanya bekerja ekstra waktu sehingga dia akan pulang larut malam, dia tidak ingin istrinya kesepian menunggunya, itulah alasan yang dikatakannya kepada istrinya. Istrinya manut dan nurut, dia tidak mengerti kalau suaminya memiliki hasrat menunaikan hajat setan pada wanita lain.

Pada waktu hari anu, waktu ini dan tempat begini nampak sepasang anak manusia yang sedang terbius rayuan setan yang sepintas manis akan tetapi ia adalah racun yang berbisa, dua orang berlainan jenis ini akhirnya sepakat untuk melanjutkan dosa ke level yang lebih tinggi, si laki-laki hidung belang ini menawarkan sebuah tempat aman lagi nyaman, rumahnya, dan si wanita hanya membuntut di belakangnya ketika dia beranjak ke mobil untuk selanjutnya melaju ke tempat yang telah disiapkan.

Tiba di rumah, wanita meminta laki-laki untuk keluar membeli sesuatu sementara dirinya akan mempersiapkan diri. Tetapi manusia berencana dan yang menentukan keberhasilannya bukan dia, ada dzat Maha Kuasa yang kehendakNya di atas kehendak siapa pun, Dia mengatur sesuatu sesuai dengan hikmahNya. Sepulang membeli pesanan pasangannya, laki-laki ini dicegat oleh pak polisi karena melanggar rambu lalu lintas, dia digelandang ke kantor polisi untuk menyelesaikan perkara. Naas bagi dia, proses perkaranya berlarut-larut, dia sangat cemas, dia meminta waktu sesaat kepada polisi untuk menghubungi seseorang, di sudut kantor dengan HP dia berbicara kepada seseorang.
“Tolong … saya mempunyai mangsa di rumah …aku sedang ada urusan begini begini di tempat ini dan ini, aku khawatir terbongkar, istriku bisa tahu, tetangga bisa curiga, tolong sesegera mungkin kamu ke rumah, gantikan aku, setelah kamu memangsanya pulangkan dia, biar lain waktu giliranku.”

Sahabat yang baik membantu kesulitan sohibnya, dia yang juga hidung belang tanpa menunggu ini itu langsung meluncur ke rumah kawannya, tetapi apa yang dia dapatkan? Apa yang dia lihat setelah pintu rumah terbuka? Ternyata wanita yang dimaksud oleh karibnya, yang sedang berada di rumahnya malam itu, yang menjadi mangsa karibnya adalah istrinya. Sebuah martil besar menghantam kepalannya dan dia berteriak, “Talak seribu kali.” (Dari Fatayat wa Dzi`ab la Tarham, Khalid Abu Shalih).

Membaca kisah ini penulis teringat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Umamah berkata, seorang anak muda datang kepada Nabi saw, dia berkata, “Ya Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Maka orang-orang berkumpul di sekelilingnya, mereka menghardiknya, mereka berkata, “Diamlah kamu, diamlah kamu.” Nabi saw bersabda, “Dekatkanlah dia ke mari.” Maka anak muda itu didekatkan, Nabi saw bersabda, “Duduklah.” Anak muda tersebut duduk. Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk ibumu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk ibu mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk putrimu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk putri mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk saudara perempuanmu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk saudara perempuan mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk bibimu dari bapakmu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk bibi dari bapak mereka.” Nabi bertanya, “Apakah kamu menyukai zina untuk bibi dari ibumu?” Dia menjawab, “Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu.” Nabi bersabda, “Orang-orang juga tidak menyukainya untuk bibi dari ibu mereka.” Lalu Nabi saw meletakkan tanganya di atasnya sambil bersabda, “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan jagalah kehormatannya.” Dia berkata, “Setelah itu anak muda tersebut tidak melirik kepada apa pun.”

Ucapan Nabi saw, “Apakah kamu menyukai zina untuk ibumu?” Sebuah isyarat dari beliau bahwa jika kamu berzina maka bisa jadi kamu berzina dengan ibu seseorang dan selanjutnya perbuatanmu akan berbalas dengan dizinahinya ibumu sendiri oleh orang lain, pada saat itu kamu tidak akan rela.

Jagalah dirimu niscaya keluargamu juga terjaga
Jauhilah perkara yang tidak patut bagi seorang muslim
Zina itu adalah hutang, jika kamu berhutang maka
Kamu pasti akan membayarnya dari keluargamu
Siapa berzina pada suatu kaum dengan dua ribu dirham
Niscaya akan terjadi zina pada keluarganya dengan gratis.

(Izzudin Karimi)