Teks Ayat

Katakanlah:”Hai orang-orang kafir!” [1].aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.[2] Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah.[3] Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.[4] dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah.[5] Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.”[6]

Info Umum

Surat ini diturunkan di kota Mekkah dan jumlah ayatnya 6 ayat.

Keutamaannya

Terdapat banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan surat ini, di antaranya:

Ia Senilai Seperempat al-Qur’an

Imam at-Turmudziy meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Mâlik bahwasanya Rasulullah SAW., berkata kepada seorang shahabatnya, “Bukankah kamu hafal [Qul Yâ Ayyuhal Kâfirûn].?” Orang itu menjawab, “Benar.” Beliau menjawab, “[Ia senilai] seperempat al-Qur’an.” (HR.at-Turmudziy, no.2895, beliau berkata, Hadîts Hasan)

Ia Membebaskan Diri Dari Kesyirikan

Hal ini berdasarkan riwayat ath-Thabaraniy dengan sanadnya dari Jibillah bin Hâritsah bahwasanya Nabi SAW., bersabda, “Bila kamu telah bergegas ke tempat tidurmu, maka bacalah [Qul Yâ Ayyuhal Kâfirûn] hingga kamu membacanya sampai akhir, sebab ia membebaskan diri dari kesyirikan.” (al-Mu’jam al-Kabîr, jld.II, h.278. Al-Haytsamiy berkata di dalam Majma’ az-Zawâ`id, jld.I, h.121, “Para periwayatnya telah dinilai Tsiqah.”

Disunnahkan Membacanya Bersama Surat al-Ikhlash Dalam Shalat

Disunnahkan membacanya dalam shalat dua raka’at sebelum Thawaf. Hal ini berdasarkan riwayat Imam Muslim di dalam Shahîh-nya dari Jabir bahwasanya Rasulullah SAW., pernah membaca keduanya. (Shahîh Muslim, no.1218)
Demikian juga, disunnahkan membaca keduanya pada shalat sunnah Qabliyyah shubuh berdasarkan hadits dari Abu Hurairah dalam Shahîh Muslim.

Keduanya juga boleh dibaca pada shalat sunnah ba’diyyah Maghrib. Hal ini berdasarkan riwayat Ahmad dengan sanadnya dari Ibn ‘Umar RA., bahwasanya Rasulullah SAW., membaca keduanya duapuluh-an kali atau belas-an kali pada shalat qabliyyah shubuh dan ba’diyyah Maghrib.

Terakhir, ia (surat al-Kâfirûn) juga boleh dibaca ketika akan tidur sebagaimana telah disinggung mengenai keutamaan surat ini tadi.

Sebab Turunnya

Ibn Abi Hâtim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas RA., bahwasanya orang Quraisy telah mengundang Nabi SAW., untuk memberinya harta yang banyak sehingga beliau bisa menjadi orang terkaya di Mekkah, lalu mengawinkannya dengan wanita mana saja yang beliau sukai. Mereka berkata, “Inilah untukmu, wahai Muhammad tetapi (sebagai imbalannya) kamu berhenti menghina tuhan-tuhan kami dan tidak menjelek-jelekkannya. Jika kamu tidak bersedia, maka mari kita bergiliran; kamu menyembah tuhan-tuhan kami selama setahun, lalu setahun berikutnya giliran kami yang menyembah tuhan-mu.” Maka, Rasulullah SAW., menjawab, “Nanti dulu hingga wahyu diturunkan Rabbku kepadaku.” Lalu Allah menurunkan, [Qul Yâ Ayyuhal Kâfirûn] dan juga turun ayat lainnya, yaitu [Qul Afaghairallâhi Ta`murûûni A’budu Ayyuhal Jâhilûn; “Katakanlah, ‘maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan.’”]-az-Zumar:64

Renungan Bersama Surat Ini

Surat ini adalah surat pembebasan diri dari perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang Musyrik dan memerintahkan agar berbuat ikhlash. Karena itu, ia disebut juga dengan surat al-Ikhlash.

Rasulullah SAW., diperintahkan agar mengatakan dan mengumumkan kepada setiap orang kafir di seluruh muka bumi ini bahwa beliau telah berlepas diri dari ibadah dan tuhan-tuhan yang mereka sembah selain-Nya, baik secara zhahir maupun bathin sebagaimana firman-Nya, “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” Di sini, beliau berlepas diri secara total dari agama mereka; berhala-berhala dan sekutu-sekutu. Beliau seakan mengatakan, “Aku hanya menyembah Allah berdasarkan cara yang disukai dan diridlai-Nya.”

Dengan gaya pengulangan yang ada di dalam ayat ini, beliau telah berhasil memupuskan keinginan mereka agar memenuhi ajakan mereka untuk menyembah tuhan-tuhan mereka itu. Hal ini, sebagai bentuk penegasan akan perlunya berbuat ikhlash di dalam beribadah, semata karena Allah Ta’ala dan membuang selain-Nya.

Pesan Moral Surat Ini

1. Menjelaskan keterjagaan Rasul dan penyucian dirinya dari mengikuti orang-orang Musyrik.

2. Bahwa jalan Mukmin tidak akan bertemu dengan jalan orang kafir sebab si Mukmin mengikuti jalan Allah sedangkan si Kafir mengikuti jalan syaithan.

3. Betapa menjulang dan tingginya derajat seorang Mukmin di mana ia tidak akan sujud kepada berhala dan tidak akan ridla beribadah kepada selain-Nya.

4. Perlunya penegasan ucapan dengan cara mengulang-ulanginya terhadap hal-hal yang maha penting.

5. Balasan terhadap semua perbuatan akan didapat kelak pada hari Kiamat. Firman-Nya, “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.”

(SUMBER: Silsilah Manâhij Dawrât asy-Syar’iyyah- at-Tafsîr- Fi`ah an-Nâsyi`ah oleh Dr.Ibrâhim al-Huwaimil, h.50-53)