Pertimbangan-pertimbangan

Beberapa pertimbangan mengapa berpaling ini bisa membatal iman:

1- Allah Taala menafikan iman dari orang yang berpaling dan memunggungi agama Allah dalam firmanNya, “Dan mereka berkata, ‘Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (An-Nur: 47).

Ibnu Hazm berkata tentang ayat-ayat ini, “Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat muhkamat, ia tidak membiarkan alasan bagi siapapun untuk dijadikan tempat bergantung di dalamnya, Allah menjelaskan sifat riil orang-orang zaman ini, mereka berkata kami adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kami taat kepada Allah dan rasulNya kemudian sekelompok orang dari mereka berpaling setelah pengakuan ini, maka mereka menyelisihi apa yang datang dari Allah dan rasulNya saw, mereka itu berdasarkan teks hukum Allah bukanlah orang-orang yang beriman.”

Ibnu Taimiyah berkata tentang ayat-ayat ini dan yang sepertinya, “Allah menafikan iman dari orang yang berpaling dari amal perbuatan walaupun dia telah berkata, ‘Kami beriman.’ Di dalam al-Qur`an dan sunnah terdapat penafian iman dari orang yang tidak beramal di banyak tempat.”

Ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat-ayat ini, “Allah Taala mengabarkan sifat-sifat orang munafik yang menampakkan apa yang menyelisihi apa yang mereka sembunyikan, mereka berkata dengan lisan mereka, ‘Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya).’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu,’ Ucapan mereka menyelisihi perbuatan mereka, mereka berkata apa yang tidak mereka lakukan oleh karena itu Allah Taala berfirman, ‘Sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.’ (An-Nur: 47).”

Sebagian mufassirin berpendapat bahwa makna ayat tersebut lebih mendalam dari apa yang telah disebutkan, di mana sebagian ahli tafsir itu menetapkan bahwa iman lenyap dari mereka semua walaupun berpaling dan memunggunginya hanya terjadi dari sebagian dari mereka hal itu karena yang tidak berpaling juga rela terhadap mereka yang berpaling.

An-Nasafi berkata, “Firman Allah “Sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” Yakni yang ikhlas (murni), ia adalah isyarat kepada orang-orang yang berkata, kami beriman dan menaati bukan kepada kelompok yang berpaling semata. Ini mengandung pemberitahuan dari Allah bahwa iman lenyap dari mereka semua karena mereka meyakini hal yang sama, walaupun yang berpaling hanya sebagian akan tetapi kerelaan terhadap berpaling terjadi dari mereka semua.”

2- Iman berarti ketaatan dan ketundukan, penerimaan dan berserah diri, respon positif dan kepatuhan kepada agama Allah Taala, maka berpaling bertentangan dan menafikan hal itu, ia berpaling dan menghalang-halangi, meninggalkan dan menolak, berpaling dari petunjuk, tidak menginginkannya, tidak mengamalkannya dan konsekuensinya. Dan telah ditetapkan di kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah bahwa iman bukan sekedar pembenaran hati, akan tetapi harus disertai dengan ketundukan dan kepatuhan.

Ibnu Taimiyah berkata, “Ilmu yang ada didalam hati harus diiringi dengan amal perbuatan yang merupakan konsekuensinya yaitu kecintaan, pengagungan, ketundukan dan sebagainya, sebagaimana pernyataan lahir harus diiringi dengan penyerahan diri dan kepasrahan kepada orang-orang yang taat yang merupakan konsekuensinya.”

Di samping itu orang yang berpaling dari agama Allah Taala tidak menyintai agama ini dan tidak membencinya, tidak membenarkan nabi dan tidak mendustakan, oleh karena itu dia berpaling, tidak mengikuti dan tidak menaati disebabkan oleh kosongnya hati dari kecintaan atau keinginan ini dan sudah dimaklumi bahw jika kecintaan dan keinginan yang benar ini ada niscaya konsekuensinya terlihat yaitu ketaatan dan ketundukan.

3- Allah Taala menyatakan bahwa berpaling dan membelakangi ketaatan kepada Allah adalah kufur. Firman Allah Taala, “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan RasulNya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 32).

Ibnu Katsir di Tafsirnya berkata, “Jika mereka berpaling’ Yakni menyelisihi perintahNya. ‘Maka Allah tidak menyukai orang-orang kafir.’ Ini menunjukkan bahwa menyelisihi jalanNya adalah kufur dan Allah tidak menyukai orang-orang yang bersifat demikian meskipun dia mengklaim dan mengaku dalam jiwanya bahwa dia menyintai Allah, mendekatkan diri kepadanya sehingga dia mengikuti rasul nabi ummi penutup para rasul dan utusan Allah kepada seluruh jin dan manusia.”

Di antara dalil bahwa berpaling dari agama Allah dan menolak menaati merupakan kekufuran adalah bahwa Allah mengancam orang yang berpaling dan memunggungi dengan memasukkannya ke dalam neraka, tinggal dan kekal terus menerus di dalamnya sebagaimana firman Allah Taala, “Maka Kami memperingatkanmu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan dan berpaling.” (Al-Lail: 14-16).

Orang yang berpaling dari ketaatan adalah kafir, ia tercakup ke dalam ancaman yang keras ini sebagaimana orang yang mendustakan adalah kafir termasuk ke dalam ancaman ini juga.

4- Al-Qur`an al-Karim menetapkan bahwa berpaling dari agama Allah Taala termasuk sifat orang-orang munfaik, brepaling dari ketaatan kepadanya termasuk kemunafikan.

Firman Allah Taala, “Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi dengan sekuat-kuatnya.” (An-Nisa`: 61).

Ibnu Taimiyah berkata tentang ayat di atas, “Allah menjelaskan bahwa barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Rasulullah dan berpaling dari hukumnya maka dia termasuk orang-orang munafik, bukan mukmin, bahwa mukmin itu adalah orang yang berkata kami dengarkan dan kami taati, kemunafikan bersemayam dan iman lenyap dengan hanya berpaling dari hukum rasul dan keinginan berhukum kepada selainnya.” Wallahu a’lam.