Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ {1} اللَّهُ الصَّمَدُ {2} لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ {3} وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ{4}

“Katakanlah:”Dialah Allah, Yang Maha Esa,[1]. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan,[2]. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan,[3]. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”[4]

Informasi Umum

Surat ini dinamakan dengan surat al-Ikhlash, ash-Shamad dan Qul Huwallaahu Ahad.

Sedangkan jumlah ayatnya adalah 4 ayat, diturunkan di kota Mekkah. Menurut riwayat, ia diturunkan di kota Madinah.

Tema Surat

Surat ini mengangkat tentang masalah Tauhid

Keutamaan Surat

Surat ini memiliki keutamaan yang besar, di antaranya:
– Bahwa ia setara dengan sepertiga al-Qur’an. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhary dari Abu Sa’id, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda kepada para shahabatnya, “Apakah ada salah seorang di antara kamu tidak mampu membaca sepertiga al-Qur’an dalam semalam.?” Maka hal itu pun menyulitkan mereka sehingga mereka pun bertanya, ‘Siapa di antara kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah.?’ Lalu beliau menjawab, “Allaahul Waahid ash-Shamad (surat al-Ikhlash-red.,) senilai sepertiga al-Qur’an.” (Shahih al-Bukhary, no.5015)

– Bahwa ia dapat menumbuhkan kecintaan Allah. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-Bukhary mengenai kisah seorang yang mengkhatamkan shalatnya dengan surat ini. Tatkala Rasulullah SAW., bertanya kepadanya, dia menjawab, “Karena ia merupakan sifat ar-Rahmaan dan aku suka membacanya.” Lalu Nabi SAW., bersabda, “Beritahulah kepadanya bahwa Allah mencintainya.” (Shahih al-Bukhary, no.7375)

Sebab Turunnya

Di antara sebab turunnya adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dari Ubay bin Ka’b bahwasanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi SAW., “Wahai Muhammad, tolong sifatkan kepada kami Rabb-mu.” Maka turunlah ayat, Qul Huwallaahu Ahad. (al-Musnad, Jld.V, h.133)

Menerut riwayat lain, “Sesungguhnya yang menanyakan kepada Nabif mengenai hal tersebut adalah orang-orang Yahudi.”

Kapan Ia Dianjurkan Dibaca

Pada pembahasan mengenai surat al-Kaafiruun disebutkan beberapa letak dan shalat-shalat di mana surat ini dianjurkan dibaca, yaitu pada dua raka’at sebelum thawaf, dua raka’at sebelum shalat shubuh dan dua raka’at setelah shalat maghrib (ba’diyyah maghrib)

Makna Kosakata

الصَّمَد : Dzat tempat para makhluk bersandar kepada-Nya di dalam memenuhi kebutuhan dan permintaan mereka. Dia adalah Dzat Yang telah sempurna kemuliaan-Nya, Dia lah Allah SWT. Sifat ini tidak layak kecuali hanya untuk-Nya, tiada yang setara dengan-Nya dan Tidak sesuatu pun yang seperti seperti-Nya.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَد : Yakni Dia tidak memiliki anak, ayah atau pun pendamping (isteri)

كُفُوًا : Yakni yang sebanding dan semisal-Nya, tidak ada sesuatu pun yang seperti sepertinya-Nya, Dan Dia lah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.

Sebagian Pesan Yang Dapat Diambil

1. Bahwa surat ini memiliki keutamaan, yaitu setara dengan sepertiga al-Qur’an, hal ini karena ia berbicara tentang tauhid.

2. Batilnya menisbatkan Allah beranak atau berayah. Dia adalah Dzat Yang Maha Kaya secara mutlak (absolut). Artinya, ini merupakan bantahan terhadap klaim orang-orang Yahudi dan Nashrani bahwa Dia beranak.

3. Mengukuhkan tauhid Uluhiyyah

4. Wajib hukumnya menyucikan Allah dari memiliki pendamping (isteri) atau pun anak. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang seperti seperti-Nya, Dia lah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat

(SUMBER: Silsilah Manaahij Dawraat al-‘Uluum asy-Syar’iyyah –at-Tafsiir Li an-Naasyi`ah- karya Dr.Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil, h.54-56)