Hati-hati bagi anda yang kebetulan memiliki nama yang ‘tidak disukai’ negara-negara Barat untuk pergi jalan-jalan ke sana. Demokrasi yang identik dengan menghargai orang lain, persamaan hak dan lainnya yang sering didengungkan negara-negara Barat dan Amerika ternyata hanya isapan jempol belaka. Ternyata, menghadapi kasus-kasus sensitif yang melibatkan sebagian umat Islam, Amerika yang mengklaim raja demokrasi masih bersikap kekanak-kanakan bahkan sangat picik. Itulah kenyataannya.!!

Contohnya, Kamis lalu, Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) menyebutkan, seorang bocah berusia 3 tahun, selama dua tahun lalu dilarang masuk ke Amerika karena memiliki nama yang sama dengan pendiri dan pemimpin gerakan HAMAS, Syaikh Ahmad Yasin, yang dibunuh secara keji oleh negara Zionis.

Penghentian proses berkas-berkas keimigrasian si bocah yang kini tinggal bersama salah seorang bibinya di Maroko itu telah berlangsung selama dua tahun lalu. Kasus inilah yang mendorong sejumlah petinggi CAIR turun tangan menuntut para petugas urusan imigrasi Amerika untuk segera mempersatukan kembali keluarga yang terpisah itu dan menjelaskan sebab pelarangan.

CAIR dalam keterangannya juga menyebutkan telah memantau sejumlah kasus lain yang dialami kebanyakan kaum Muslimin di sana. Mereka mengatakan telah mengalami kasus yang sama disebabkan nama-nama yang mereka bawa.

Ayah si bocah, Ahamad Yasin yang tinggal di distrik Pools George, di kawasan Virginia datang dari Maroko ke Amerika sebagai imigran tahun 1997 setelah memenangkan sayembara yang diadakan bagian keimigrasian Amerika. Ia kemudian mendapat kewarganegaraan Amerika pada tahun 2005. Sedangkan isterinya mendapatkan visa menetap secara permanen di sana tahun 2006.

Contoh lainnya, keluarga seorang pemuda Arab bernama Osama An-Najjar di New York terpaksa memeja-hijaukan para guru di sekolah putra mereka dengan tuduhan menindas sang murid hanya gara-gara namanya.

Dalam tuntutannya, keluarga itu mengatakan, perlakukan buruk para guru tersebut telah dilakukan berulang kali terhadap putra mereka sehingga ia mengalami beban berat, hingga harus merubah namanya. Bahkan sampai berupaya untuk bunuh diri. Seperti tuntutan yang dinyatakan ayah si murid di hadapan sebagian media massa Amerika, kedua orang tua si murid itu bertekad mengajukan lembaga pendidikan di sekolah yang bersangkutan ke meja hijau dengan tuduhan melakukan diskriminasi ras dan agama.

Berdasarkan sebagian laporan media, Osama yang berusia 16 tahun dan kini sudah berubah nama menjadi ‘Sami’ menyebutkan sejumlah sikap yang sering disiratkan para gurunya secara nakal kepadanya, gara-gara namanya yang mirip dengan Osama bin Laden (pemimpin Al Qaeda). Di antaranya ucapan seorang guru pengajar pendidikan olahraga suatu hari, “Saya kira kamu bersembunyi di salah satu gua di suatu tempat.”

Demikian pula, salah seorang pegawai keamanan di sekolah juga pernah mengatakan kepadanya, “Kami tidak menginginkan putra-putra Bin Laden di sekolah kami.”

Menurut sejumlah laporan media juga, teman-teman si murid malah bersikap sebaliknya. Mereka menyebut Osama sebagai anak yang penuh pengertian. Mereka juga mengatakan tidak dapat menerima tindakan yang dilakukan para guru mereka tersebut terhadap mereka. (ismo/AH)