Imam al-Bukhari berkata di dalam Shahihnya, Kitab al-Ilm Bab al-Khuruj fi Thalab al-Ilm, “Jabir bin Abdullah melakukan perjalanan selama satu bulan kepada Abdullah bin Unais demi satu hadits.”

Ucapan al-Bukhari ini mengisyaratkan kepada hadits yang dia riwayatkan di dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad, Bab al-Mu’anaqah hal. 338 dari jalan Abdullah bin Muhammad bin Aqil bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, aku mendengar ada sebuah hadits pada seorang laki-laki sahabat Nabi saw, laki-laki tersebut mendengarnya dari beliau, maka aku membeli seekor unta lalu aku mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan, aku berangkat kepadanya selama satu bulan sehingga aku tiba di Syam, ternyata orang itu adalah Abdullah bin Unais, maka aku berkata kepada penjaga pintunya, “Katakan kepadanya, ‘Jabir sedang di pintu.” Dia bertanya, “Ibnu Abdullah?” Aku menjawab, “Ya.”

Lalu Abdullah bin Unais keluar dan dia merangkulku, aku berkata, “Sebuah hadits, aku mendengarnya ada padamu, kamu mendengarnya dari Rasulullah saw, aku khawatir mati atau kamu mati sebelum aku mendengarnya.” Dia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah mengumpulkan manusia pada Hari Kiamat dalam keadaan telanjang, belum dikhitan dan buhm.” Kami bertanya, “Apa itu buhm?” Beliau menjawab, “Tidak memiliki apa pun…” Al-Hadits.

Di Dalam biografi Said bin al-Musayyib, sayid para tabiin, ulama besar Madinah al-Munawwarah, salah satu dari tujuh fuqaha` besar dari kalangan tabiin, lahir tahun 13 H dan wafat tahun 94, semoga Allah merahmati dan meridhainya, biografi ini tercantum di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah IX/100 karya Hafizh Ibnu Katsir, Malik berkata dari Yahya bin Said dari Said bin al-Musayyib berkata, “Aku melakukan perjalanan siang malam demi mencari satu hadits.”

Hafizh ar-Ramahurmuzi meriwayatkan di dalam kitabnya al-Muhaddits al-Fashil baina ar-Rawi wa al-Wa’i hal. 224 dari asy-Sya’bi seorang tabiin yang mulia, Amir bin Syarahil al-Kufi al-Hamdani, lahir tahun 19 H dan wafat tahun 103 H, semoga Allah merahmatinya bahwa dia keluar dari Kufah ke Makkah demi mencari tiga hadits yang dengar, dia berkata, “Semoga aku bertemu dengan orang yang bertemu dengan Nabi saw atau salah seorang sahabat Nabi saw.”

Hafizh adz-Dzahabi berkata di dalam Tadzkirah al-Huffazh I/81 dan 84 tentang biografi Imam asy-Sya’bi Amir bin Syarahil al-Kufi al-Hamdani -semoga Allah merahmatinya- Ibnu Syubrumah berkata, aku mendengar asy-Sya’bi berkata, “Aku tidak menulis hitam di atas putih sampai hari ini, tidak seorang pun menyampaikan sebuah hadits kepadaku kecuali aku menghafalnya dan aku tidak ingin dia mengulanginya untukku, sungguh seandainya ilmu yang terlupakan olehku dihafal oleh seseorang niscaya dia menjadi seorang alim.”

Dari Wada` ar-Rabisi dari asy-Sya’bi berkata, “Aku tidak meriwayatkan sesuatu yang lebih sedikit daripada syair, kalau aku mau niscaya aku bisa menyampaikan bait-bait syair selama sebulan tanpa aku mengulangnya.”

Ibnu al-Madini berkata, asy-Sya’bi ditanya, “Dari mana kamu mendapatkan semua ilmu ini?” Dia menjawab, “Dengan tidak berpangku tangan, berjalan di bumi, kesabaran seperti kesabaran benda mati dan berangkat di awal waktu seperti berangkatnya gagak.”

Tercantum di dalam an-Manhaj al-Ahmad, I/8 karya Abu al-Yumni al-Ulaimi al-Hanbali, yang bersangkutan membuka bukunya dengan biografi Imam Ahmad, dia berkata, Imam Ahmad mencari hadits dalam usia enam belas tahun, beliau pergi ke Kufah pada tahun 183 H, ini adalah perjalanan pertama beliau, beliau pergi ke Bashrah tahun 186 H, beliau pergi ke Sufyan bin Uyainah di Makkah pada tahun 187, ini adalah haji beliau yang pertama, beliau pergi ke Abdurrazzaq di Shan’a Yaman tahun 197, beliau menyertai Yahya bin Ma’in dalam perjalanannya kepadanya.

Al-Fakih Ahmad bin Hamdan al-Hanbali berkata di dalam kitabnya Shifatu al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti hal. 78, Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku melakukan perjalanan mencari hadits dan sunnah ke perbatasan-perbatasan, kota-kota di Syam, pesisir-pesisir, Maghrib, Aljazair, Makkah, Madinah, Hejaz, Yaman, dua Irak sekaligus, Persia, Khurasan, daerah-daerah pegunungan dan pingiran-pinggiran lalu aku kembali ke Baghdad.”

Tercantum di dalam Tahdzib at-Tahdzib karya Hafizh Ibnu Hajar I/73 tentang biografi Imam Ahmad bin Hanbal, Ahmad berkata, “Aku haji lima kali, tiga di antaranya dengan berjalan kaki –dan kamu tahu bahwa kotanya adalah Baghdad-, pada salah satu haji tersebut aku membelanjakan sebanyak tiga puluh dirham.”

Ibnul Jauzi berkata di dalam Shaid al-Khathir pada pasal 18, “Ahmad bin Hanbal berkeliling dunia dua kali sehingga beliau mengumpulkan al-Musnad.”
Dari Shafahat min Shabri al-Ulama` ala Syadaaid al-Ilmi wa at-Tahshil, Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah.
(Izzudin Karimi)