Statement yang dilontarkan penguasa distrik Carinthia, Austria Selatan, Joerg Haider seputar keputusannya melarang pembangunan masjid di distrik yang diperintahnya mendapatkan reaksi keras dan kemarahan dari Dewan Resmi Urusan Agama Islam (DRUAI) di negara itu dan juga dari berbagai elemen masyarakat Muslim di Wina.

Ir Omar Al-Rawi, anggota parlemen di distrik Wina dari partai Sosialis-Demokrat, yang juga ketua program percepatan proses pembauran di DRUAI melontarkan kritik pedas terhadap Joerg. Ia menyebut keputusannya mengenai larangan membangun masjid dan menara di distrtik Carinthia itu sebagai hal memalukan.!

Al-Rawi mengatakan, “Kebebasan beragama bagi seluruh warga negara Austria telah dijamin dalam konstitusi Austria. Dan Islam adalah agama yang diakui secara resmi di Austria sejak hampir seabad yang lalu.” Demikian seperti yang disampaikannya kepada salah satu kantor berita Italia.

Ia juga menyebut keputusan Haider itu bila jadi dilaksanakan sebagai keputusan yang tak bertanggung jawab. Ia menegaskan, motif utama di balik sikap Haider murni politis, sebab mayoritas penduduk Austria yang tinggal di distrik Keirentein, yang mencapai 11.000 jiwa tidak lagi mendukung kebijakan politiknya.!

Al-Rawi menyiratkan, sikap yang ditunjukkan Joerg Haider terkait dengan larangan membangun masjid di distrik yang dipimpinnya itu bukanlah hal baru. Belum lama ini, ia telah mengirimkan sinyal ke arah pengambilan sikap seperti itu.!

Ia mengungkap keyakinannya, motif utama di balik sikap penguasa distrik Carinthia yang tidak bertanggung jawab itu tidak hanya berangkat dari rasa kekhawatiran yang tanpa dasar, tetapi juga lebih karena melorotnya popularitasnya di tengah kaum Muslimin. Ia menyiratkan, “Sekarang belum ada langkah-langkah konkrit dari masyarakat Muslim untuk membangun masjid di distrik itu.”

Joerg Haeder yang merupakan salah seorang pemimpin terkemuka dan pendiri partai koalisi untuk masa depan Austria serta juga mantan ketua partai kebebasan berhaluan kanan ekstrem pernah menyatakan tengah berencana melarang pembangunan masjid dan menaranya di distrik yang ia pimpin. Ia juga menjelaskan, dirinya anti terhadap apa yang disebutnya ‘pertarungan antar peradaban.’ Di samping itu, ia juga menentang dengan keras apa yang menurutnya sebagai fenomena aliran Islam radikal.

Soal keputusannya itu, Haeder berdalih, dirinya sangat konsern agar pendirian masjid itu tidak ikut andil dalam mengacaukan ciri keberagamanan hidup dan pemandangan lokal yang ideal di dalam tatanan masyarakat Austria di distrik Carinthia.

Haeder mengutarakan keyakinannya yang kuat bahwa dirinya ingin melihat Austria menjadi pionir di negara-negara Eropa yang berkeras untuk memelihara model eropa dalam hal kebudayaan yang berkembang dan kekuasaan. (almkhtsr/AS)