Sebuah bangunan atau sebuah pohon tegak dengan kokoh karena ia ditopang dengan pondasi atau akar yang kuat dan mantap. Pondasi bagi bangunan atau akar bagi pohon inilah iman dalam agama. Agama tanpa dasar iman tidak akan tegak dan kebaikan tanpa landasan iman akan sia-sia.

Dari sini maka ahli ilmu menyatakan bahwa salah satu syarat sah sebuah amal kebaikan adalah hendaknya pelakunya beriman. Firman Allah,artinya, “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Al-Furqan: 23).

Allah berfirman,artinya, “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang, mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan di dunia, yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (Ibrahim: 18).

Imam Muslim menulis sebuah bab di Shahihnya, ‘Bab Man lam Yu’min lam Yanfahu Amalun Shalih’ bab barangsiapa tidak beriman maka amal shalih tidak berguna baginya. Kemudian dia meriwayatkan hadits Aisyah berkata, aku berkata kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, “Ibnu Jud’an semasa jahiliyah bersilaturrahim dan memberi makan orang miskin, apakah ia berguna baginya?” Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak berguna baginya karena dia tidak pernah berkata di suatu hari, ‘Ya Rabbi ampunilah kesalahanku pada Hari Pembalasan.” Maksudnya dia tidak beriman.

Jika memang kedudukan iman adalah demikian maka tidak sekedar layak, akan tetapi harus, bagi seorang muslim untuk mengetahui ilmu iman karena amal-amal kebaikannya bertumpu kepadanya.

Makna Iman

Iman dari sudut bahasa berarti iqrar, pengakuan dan tidak ada iqrar tanpa tashdiq pembenaran. Iman secara syara’ adalah ucapan dan perbuatan. Yang pertama adalah ucapan hati dan lisan. Yang kedua adalah perbuatan hati dan anggota badan.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan ucapan hati adalah pengakuan dan pembenarannya.
Yang dimaksud dengan ucapan lisan adalah ucapan syahadatain.
Yang dimaksud dengan perbuatan hati adalah keinginannya seperti keikhlasan, tawakal, menyintai dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan perbuatan anggota badan adalah jelas.

Perbuatan Amal Termasuk Iman?

Ya, termasuk iman dan inilah pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah dan ia adalah pendapat yang benar karena ditopang oleh banyak dalil dari al-Qur`an dan hadits.

Firman Allah,artinya, “Dan Allah tidak menyia-nyiakan imanmu.” (Al-Baqarah: 143). Iman dalam ayat ini adalah shalat ke Baitul Maqdis menurut para ulama ahli tafsir, shalat adalah amal perbuatan dan Allah menyebutnya dengan iman, berarti amal perbuatan adalah iman.

Sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam,

الإيْمَانُ بضْعٌ وَسَبْعُونَ أوْ بضْعٌ وَستونَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاإلهَ إلا الله وَأَدْناهَا إمَاطَةُ الأَذَى عَن الطَريْق وَالحَياءُ شُعْبَةٌ منَ الإيْمَان .

Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan ‘La ilaha illallah’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedang rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Hadits ini menetapkan bahwa iman mencakup ucapan lisan, perbuatan anggota badan dan perbuatan hati.

Di kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah ada yang berpendapat bahwa amal perbuatan bukan termasuk ke dalam iman, walaupun termasuk konsekuensinya, alasan pendapat ini karena iman adalah mempercayai dan membenarkan, maka perbuatan bukan merupakan bagian darinya.

Pendapat ini jauh dari definisi syar’i bagi iman, karena iman bukan sekedar mempercayai atau membenarkan, akan tetapi lebih dari itu, syariat telah mengalihkan kata iman dari penggunaan bahasa kepada terminologi syariat di mana ia mencakup amal perbuatan, sebagaimana dibuktikan oleh dalil-dalil di atas.

Iman Bertambah

Salaf shalih berpendapat bahwa iman bertambah dan berkurang, secara umum ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiyatan.

Di antara dalil yang menetapkan bertambahnya iman adalah firman Allah,artinya, “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara orang-orang munafik ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan turannya surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah iman mereka dan mereka merasa gembira.” (At-Taubah: 124).

Di antara dalil yang menetapkan berkurangnya iman adalah sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam di ash-Shahihain tentang nasihat beliau kepada para wanita, “Aku tidak melihat wanita-wanita yang kurang akal dan agamanya yang bisa mengacaukan akal seorang laki-laki yang teguh daripada salah seorang dari kalian.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Hadits ini menetapkan kekurangan agama bagi wanita yang berarti kekurangan iman.

Sebab-sebab Bertambahnya Iman

1- Ma’rifatullah dengan nama-nama dan sifat-sifatNya. Jika pengetahuan seorang muslim tentang Allah bertambah maka bertambah pula imannya.

2- Mengkaji ayat-ayat Allah, baik kauniah maupun dan syar’iah. Firman Allah,artinya, “Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus: 101).

Semakin dalam seseorang mengkaji alam semesta ciptaan Allah maka dia semakin tahu dan akan bertambah imannya. Begitu pula jika dia mengkaji ayat-ayat Allah syariyah, niscaya dia akan menemukan tuntunan-tuntunan dan ajaran-ajaran yang tidak bertentangan dengan akal, justru mengagumkan akal, maka imannya akan bertambah.

3- Meningkatnya ketaatan dan kebaikan, karena ketaatan termasuk iman maka jika ia bertambah, bertambah pula iman.

4- Menjauhi dosa-dosa karena Allah, karena dosa mengurangi iman, jika tidak dijauhi maka iman tidak bertambah. Wallahu a’lam.