Sejumlah organisasi sipil dan pejabat lokal di Somalia menyerukan kepada dunia agar ikut mengulurkan tangan kepada sekitar 60.000 pengungsi yang lari dari kekerasan yang meletus baru-baru ini di ibukota Somalia, Mogadishu. Mereka kini hidup dalam kondisi memprihatinkan setelah sebelumnya tinggal di kawasan pinggiran barat laut kota itu.

Seperti yang dilansir sebuah jaringan berita kemanusiaan, Acha Ogas, seorang anggota kelompok masyarakat sipil terkemuka di Mogadishu mengatakan, “Sekitar 10.000 keluarga alias sebanyak 60.000 jiwa tinggal di perkemahan seputar kawasan tersebut. Mereka hanya mendapatkan sedikit bantuan. Terkadang tidak pernah sama sekali.”

Ogas menambahkan, kondisi para pengungsi di kawasan Danili tambah memprihatinkan. Mereka memerlukan bantuan segera.

Mengenai kondisi para pengungsi tersebut, Ameeno Sed, seorang wanita berusia 50 tahun mengatakan, dirinya bersama 26 orang anggota keluarganya tiba pada bulan September di perkemahan pengungsian di Danili yang terletak sekitar 15 km dari sebelah barat laut Mogadishu. “Kami hidup dari bantuan yang diberikan lembaga-lembaga sosial lokal dan para pengusaha Somalia sepanjang bulan Ramadhan dan hari Raya.”

Ameeno yang mengungsi dari kawasan Hureya, utara Mogadishu menambahkan, bahwa itu adalah kali kedua ia melarikan dari dari rumahnya karena terjadinya kekerasan di kota.

Ia menyiratkan bahwa para pengungsi sangat membutuhkan bantuan, “Tidak ada satu pun yang dapat melindungi kami selain daun-daun pohon dan plastik yang sudah sobek.”

Seperti yang banyak diberitakan sejumlah media massa, sekitar 1000 orang tewas sementara 400.000 orang mengungsi sejak pecahnya perang antara pasukan pemerintah yang didukung pasukan pendudukan Ethiopia dan kelompok perlawanan Somalia pada bulan Februari yang lalu.

Pasca penggulingan terhadap pemerintahan Mahakim Islamiah, Somalia mengalami krisis keamanan di seluruh penjuru negara. (almkhtsr/AH)