Penciptanya ber-istiwa’ di atas Arasy, Dia Maha Mengawasi, tidak samar bagiNya sesuatu dari perkataan dan perbuatan manusia, Maha Mengetahui di mana pun engkau berada, sekalipun engkau sedang sendiri di tempat tergelap, Maha Melihat di mana pun engkau bersembunyi, sekalipun engkau masuk ke lubang semut. “Inna Rabbaka labil Mirshad.” (Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi). “Fain lam Takun Tarahu Fainnahu Yaraka.” (Kalau pun kamu tidak melihatNya namun Dia melihatmu).

Benar, tidak ada tempat berlari dariNya, tidak ada tempat bersembunyi dariNya, tidak ada tempat yang luput dariNya dan tidak ada tempat yang bebas dari pengawasannya. Setelah ini, apa? Setelahnya adalah sikap muraqabah, merasa yakin diawasi oleh Allah Ta’ala.

Jika kamu sedang sendiri di suatu waktu
Maka jangan berkata, aku sedang sendiri
Akan tetapi katakanlah, ada yang mengawasiku.

Seorang Badui berkisah, “Di suatu malam yang gelap aku keluar. Aku bertemu dengan seorang gadis yang cantik. Aku merayunya.” Dia berkata kepadaku, “Celaka kamu, apakah kamu tidak mempunyai akal yang menjagamu dari perbuatan buruk karena kamu memang sudah tidak mempunyai agama yang mencegahmu dari perbuatan buruk?” Aku menjawab, “Demi Allah, tidak ada yang melihat kecuali hanya bintang-bintang.” Dia menjawab, “Lalu di mana penciptanya?”

Ibrahim bin al-Junaid menyebutkan bahwa seorang laki-laki merayu seorang wanita. Wanita itu berkata, “Kamu telah menyimak al-Qur’an dan hadits dan kamu lebih mengetahui.” Laki-laki itu berkata, “Kalau begitu tutuplah pintu.” Lalu dia menutup pintu. Ketika laki-laki itu mendekatinya dia berkata, “Ada satu pintu yang belum aku tutup?” Laki-laki itu bertanya, “Pintu yang mana?” Dia berkata, “Pintu antara dirimu dengan Allah.” Maka laki-laki itu membatalkan niatnya.

Dikisahkan bahwa ada seorang wanita yang melewati majlis Bani Numair. Lalu sebagian dari mereka memperhatikannya. Wanita itu berkata, “Wahai Bani Numair kalian tidak mendengarkan firman Allah dan tidak pula mengindahkan ucapan seorang penyair. Firman Allah, ‘Katakanlah kepada laki-laki beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya’.” (QS. An-Nur: 31).

Seorang penyair berkata,
“Tundukkan pandanganmu karena kamu dari Numair
kamu tidak akan menandingi Kaab atau Kilab.”

Seorang pemuda dan seorang gadis saling mencintai. Hal itu diketahui oleh banyak orang. Suatu hari keduanya bertemu. Pemuda itu berkata, “Ayo kita wujudkan apa yang dikatakan orang pada diri kita.” Gadis itu menjawab, “Demi Allah, tidak mungkin, selama aku membaca firman Allah, ‘Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa’.” (Az-Zukhruf: 67).

Seorang wanita ditanya setelah orang yang tergila-gila kepadanya wafat, “Apa yang menghalangi dirimu untuk memperlihatkan wajahmu kepadanya?”
Dia menjawab, “Yang menghalangiku adalah rasa malu, ucapan buruk tetangga dan rasa takut kepada Allah Yang Mahabesar. Apa yang ada di hatiku jauh lebih besar daripada apa yang ada di hatinya. Hanya saja menutupinya lebih melanggengkan cinta, lebih berakibat baik, lebih dekat kepada Tuhan dan lebih jauh dari dosa.”

Selalu ada peluang dan kesempatan untuk berbuat tidak baik, selalu ada ruang untuk bertindak tidak mulia, selalu ada cela untuk berlaku tidak terpuji, jika pengawasan, penglihatan dan pendengaran manusia yang menjadi pertimbangan, namun semua itu tiada jika pengawasan Allah adalah segalanya. Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)