Nampaknya, aksi penentangan secara terang-terangan terhadap pemerintahan Turki pimpinan Rajab Thayeb Erdogan yang lebih condong kepada Islam terus berlanjut. Kebijakan pemerintah pro jilbab yang meniadakan larangan berjilbab di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus disambut para rektor sejumlah universitas ternama di Turki dengan pelarangan bahkan ancaman bagi mahasiswi berjilbab.

Situs ‘Turkey Today’ menyebutkan, sepuluh rektor universitas di Turki yang dikenal anti jilbab dan pada bulan Juli nanti akan berakhir masa tugas mereka, mengancam secara terang-terangan akan menggagalkan hasil ujian sejumlah mahasiswi bila tetap mengenakan jilbab.

Situs ‘Turk News’ mengatakan, “Sesungguhnya pergantian pucuk pimpinan di sejumlah universitas tersebut nantinya akan berpihak kepada para wanita berjilbab tersebut, apalagi setelah sebagian rektor secara terbuka menyatakan akan menggagalkan nilai ujian mahasiswi bila memasuki kampus dengan mengenakan jilbab.”

Lebih lanjut situs itu mengatakan, “Presiden Turki, Abdullah Gul (seorang Islamis yang isterinya juga berjilbab) adalah orang yang berwenang menggantikan siapa-siapa saja yang akan menjadi pengganti para rektor tersebut. Maka secara otomatis pula, ada kemungkinan besar para rektor-rektor pengganti yang akan ditunjuk nantinya adalah orang-orang yang dikenal bersimpati dengan jilbab di mana undang-undangnya telah direvisi dengan meniadakan larang mengenakan jilbab di sekolah-sekolah dan kampus-kampus.”

Seperti yang dirilis majalah ‘El Mujtama,’ yang terbit di Kuwait, dalam sidang voting kedua dan terakhir bebarapa waktu lalu, parlemen Turki telah menetapkan revisi Undang-Undang (UU) yang membolehkan mengenakan jilbab di kampus-kampus. Dalam voting itu, 403 anggota parlemen yang terdiri dari total 550 kursi alias lebih dari 2/3 persen memberikan suara untuk opsi merevisi UU. UU versi revisi itu menyatakan tidak boleh melarang siapa pun untuk belajar di perguruan tinggi. Ini jelas sebagai isyarat kepada para mahasiswi yang mengenakan jilbab. (almkhtsr/AS)