Sejumlah komunitas Muslim di BELGIA menuntut perlunya tersedia lebih banyak lagi rumah-rumah ibadah dan masjid-masjid guna melengkapi syiar shalat, di samping untuk dipergunakan sebagai lembaga-lembaga keislaman. Sementara itu, para pejabat di sana saat ini tengah membicarakan pengalihan fungsi sejumlah gereja –karena ‘krisis’ jemaat- menjadi masjid

Surat kabar ‘Daily Telegrahph,’ yang terbit di Inggeris mengungkap, komunitas Muslim di BELGIA ngotot menuntut agar disediakannya lebih banyak lagi rumah-rumah ibadah, di saat di mana para pejabat di sana malah menuntut pengurangan jumlah gereja akibat ‘krisis’ jemaat. Hal ini menjadi sebab dialih-fungsikannya sejumlah gereja tersebut menjadi masjid-masjid di masa yang akan datang. Demikian seperti yang diklaim surat kabar tersebut.

Surat kabar itu menambahkan, wakil walikota Antwerp, Philip Helen meminta kepada dewan kota agar mengesampingkan masalah larangan terkait dengan sejumlah gereja yang tidak dipergunakan lagi. Ia mengatakan, “Sesungguhnya masalah ini sudah terjadi di depan mata, akan tetapi nampaknya mustahil mengadakan dialog khusus mengenai masalah ini.” Ia menyiratkan, gereja-gereja itu dibangun karena ia merupakan rumah-rumah ibadah, dan tidak seharusnya dipergunakan sebagai sentra-sentra perbelanjaan.

Helen menegaskan, mereka mendapatkan respons yang positif dari sejumlah elemen komunitas Muslim yang menginginkan dialih-fungsikannya gereja-gereja itu menjadi masjid-masjid.

Di kota Antwerp sendiri ada 36 buah masjid, hanya saja bangunan-bangunannya sudah tua dan sangat sempit, atau masih membutuhkan jalan keluar emergency.

Surat kabar itu juga tidak lupa menyinggung bahwa sebagian umat Islam di Antwerp menampakkan rasa kekhawatiran mereka bilamana langkah tersesbut akan mempertajam suhu ketegangan SARA di kota tersebut. (almkhtsr/AS)