; JAKARTA, Siwakz , Hari itu 10 Maret 2009 Risman benar-benar senang. Bagaimana tidak? Pada hari itu ia adalah pengusaha warung makan dan bukan lagi pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan.

Sebelumnya Risman memang pernah memiliki usaha warung makan namun karena ia harus menanggung biaya perawatan kakak kandungnya di rumah sakit maka seluruh hasil usaha dan modal yang telah ia kumpulkan itu lambat laun habis.

Praktis setelahnya Risman menjadi pengangguran yang harus menanggung tidak hanya hidupnya sendiri namun juga keluarga kakaknya yang selama ini bergantung kepada usaha warung makan miliknya.

Setelah mendengar keluhan Risman dan keluarga serta keterangan dari para tetangga di lingkungan keluarga Risman, Yayasan Al-Sofwa memutuskan memberikan bantuan permodalan untuk memulai kembali usahanya. Jadilah hari itu 10 Maret 2009, Risman memulai kembali usahanya dengan membuka warung makan di Stasiun Kereta Api Lenteng Agung Jakarta Selatan.

“Alhamdulillah, pada hari pertama saya buka, saya sudah menjual 20-an porsi dan pada hari kedua meningkat menjadi 30-an porsi. Saya bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Yayasan Al-Sofwa yang peduli kepada nasib kami. Mudah-mudahan usaha ini ke depan akan lebih baik,” ujarnya ketika ditemui tim Al-Sofwa beberapa hari setelah ia mulai membuka warungnya.

Ada lagi kisah Bapak Henry Wijaya di Depok, seorang muslim muallaf Tionghoa. Bermodalkan bantuan dana Rp. 1.500.000,- dari Yayasan Al-Sofwa, ia yang pada awalnya tidak punya pekerjaan bahkan bersama istri dan anaknya terancam terusir dari rumah kontrakan, akhirnya dapat membeli gerobak dan berjualan bubur ayam. Alhamdulillah sekarang ia dapat menghidupi keluarganya dan melunasi kontrakan rumah di samping itu anak dan istrinya tak perlu lagi berjualan kantong plastik (tempat sandal/sepatu) di pelataran masjid Istiqlal.

Bapak Muhammad Abdullah di Tambun adalah kisah berbeda. Sebagai mantan napi dan baru masuk Islam, ia menghadapi kenyataan sulitnya mendapatkan pekerjaan karena latar belakangnya yang kelam itu. Berkali-kali ia dicemooh orang dan dianggap sebagai penipu atas nama agama. Setelah yakin dan menyaksikan sendiri kehidupan keluarganya, Yayasan Al-Sofwa memberikan permodalan Rp. 1.000.000,- untuk usaha mikro kecil bagi Bapak Muhammad Abdullah. Ia pun membuka warung indomie tak jauh dari rumah tempat ia mengontrak. Walaupun tidak seketika berhasil ataupun lancar, namun ia saat ini dapat memenuhi kebutuhan harian rumah tangganya.

Bapak Erizon adalah di antar mereka yang mendapatkan bantuan dari Program Dhuafa Mandiri ini. Asalnya adalah pedagang perkakas rumah tangga. Ketika tiba di Yayasan Al-Sofwa, ia tidak memiliki pekerjaan tetap dan akan diusir dari kontrakannya. Sementara istrinya tengah hamil tua. Anaknya, pelajar SLTP, berjualan kantong plastik di Pasar Cisalak Depok.

Setelah diberi bantuan modal oleh Yayasan Al-Sofwa, ia membeli perkakas dan mulai berjualan kaki lima di jalan Raya Bogor. Setelah berjalan selama satu bulan ia merasa dagangannya mulai sepi karena berdampingan dengan pedagang yang sama yang berani menjual lebih murah. Berdasarkan pengamatan Depsos, pedagang lain tersebut memiliki dagangan yang cukup banyak dan berani menjual lebih murah. Selain itu berjualan sebagai PKL beresiko tergusur aparat Tramtib. Akhirnya ia pun memutuskan untuk berdagang dengan sepeda hingga sekarang.

Sebelum diberi modal Yayasan Al-Sofwa, Bapak Dadang Sudrajat, warga Pamulang, tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan memiliki hutang untuk biaya pendidikan anak-anaknya. Beruntung seorang tetangga meminjami bangunan kecil di halaman rumahnya untuk digunakan sebagai kios. Segera saja ia bersama anaknya memanfaatkannya untuk usaha rental komputer. Namun usaha ini tidak cukup berhasil guna menutupi kehidupan keluarganya.

Bapak Dadang juga memiliki keahlian lain yaitu pangkas rambut. Setelah diberi modal, ia mencoba membuka kios pangkas rambut dengan membagi dua bangunan tersebut menjadi dua usaha yaitu rental komputer (1 unit) dan kios pangkas rambut. Ia pun membeli peralatan pangkas rambut bekas untuk digunakan sebagai awal usaha.

Alhamdulillah usaha ini masih berjalan lancar hingga sekarang.

Itulah sebagian dari belasan kisah mereka para dhuafa yang mendapatkan bantuan permodalan dari Program Dhuafa Mandiri yang diluncurkan oleh Yayasan Al-Sofwa. Saat ini masih banyak lagi para dhuafa yang membutuhkan uluran tangan kita. Mereka adalah kaum marjinal, miskin atau korban PHK yang semuanya tidak memiliki kekuatan guna menopang keluarga mereka yang membutuhkan suapan nasi untuk bertahan hidup. Mereka membutuhkan kail untuk meraih kemandirian dan kesejahteraan.

Berkaca pada keadaan di atas, Yayasan Al-Sofwa mengajak siapa saja dari kaum muslimin untuk bergabung dalam Program Dhuafa Mandiri dengan menyisihkan sebagian rizkinya untuk mereka yang akan bangkit meraih kemandirian. Pada tahun 2009 ini Yayasan Al-Sofwa mentargetkan dari Program Dhuafa Mandiri ini 15 Unit Usaha Mikro Kecil dapat berjalan untuk kaum dhuafa dengan biaya per unit adalah Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Jadi kebutuhan Program Dhuafa Mandiri untuk tahun 2009 ini 15 unit usaha x Rp. 2.000.000,- = Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

Para muhsinin atau donatur yang berminat bisa menyalurkan donasi mulai dari minimal Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) melalui :

Bank Muamalat rekening no. 304.001.8515 a/n Yayasan Al-Sofwa qq. Siwakz

Contact Person Program:

Partisipasi Program : Aldrin Manaf 021-78836327 / 0852-85792802

Pelaksana Program : Sandhi 021-78836327 / 021-32006233