Otak memiliki tabiat yang dingin. Kemudian diperselisihkan mengenai hikmah di balik itu. Sebagian orang mengatakan bahwa otak sengaja dibuat dingin agar dapat mendinginkan panas yang ada dalam hati dan mengembalikannya apabila terlewat kepada batasnya. Pendapat ini dibantah oleh sebagian lainnya, mereka berkata : jika demikian halnya, seharusnya otak tidak boleh diletakkan jauh dari hati, bahkan seharusnya otak membungkus hati sebagaimana halnya paru-paru, atau minimal dekat dengannya di dalam dada agar dapat menurunkan panasnya hati.

Namun pernyataan ini dibantah lagi oleh golongan yang pertama, mereka berkata : jauhnya otak dari hati tidaklah meniadakan hikmah yang telah kami sebutkan tadi. Sebab, sekiranya otak diletakkan dekat dengan hati, tentu kekuatan panas yang dikeluarkan oleh hati akan mendominasi otak. Oleh karena itu, letak keduanya sengaja dibuat berjauhan agar tidak saling merusak, dan keduanya bisa saling menyelaraskan dengan tabiatnya masing-masing. Berbeda dengan paru-paru yang memang dibuat khusus untuk mendinginkan hati bukan untuk meredam panasnya hati.

Sementara itu, kelompok yang lainnya memilih jalan tengah, mereka berkata : sebenarnya otak itu panas, akan tetapi ia memiliki tabiat yang tenang. Di dalam otak ada pendingin khusus. Sebab otak merupakan alat berpikir, dan alat berpikir ini butuh tempat yang tenang, tentram, bersih dari kotoran dan najis, jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk. Oleh sebab itu pula, kejituan berpikir, mengingat dan menelurkan ide-ide yang benar hanya dapat diperoleh dengan ketenangan badan, ketenangan tindakan dan sedikitnya kebisingan dan kegaduhan. Tugas ini tidak mungkin dilakukan oleh hati. Sementara otak sangat tepat untuk mengembannya.

Oleh sebab itu, ide-ide cemerlang biasanya dapat ditemukan pada malam hari atau di tempat-tempat sepi. Dan ide itu akan rusak saat api syahwat dan kemarahan membara atau pada saat kesedihan yang sangat mendalam, keletihan karena aktifitas badan dan pikiran yang berat.

Pembahasan ini tentu berkaitan dengan pembahasan lain, yaitu pembahasan tentang apakah panca indera dan akal bersumber dari hati dan otak? Sebagian orang mengatakan bahwa semua aktifitas pusatnya adalah hati dan akan selau terkait dengannya. Antara hati dan panca indera terdapat beberapa celah dan jalur. Setiap anggota panca indera pasti memiliki hubungan langsung dengan hati, baik dihubungkan dengan syaraf atau dengan yang lainnya. Urat syaraf ini keluar berhilir dari hati dan bermuara kepada seluruh tubuh, termasuk diantaranya panca indera tersebut.

Mereka berkata : apabila mata melihat sesuatu maka ia akan mengirim pesan tersebut melalui urat syaraf ke hati, sebab urat syaraf ini berhubungan langsung dengan hati. Demikian pula halnya alat panca indera yang lainnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan, apa sebabnya setiap anggota tubuh yang memiliki karakter yang berbeda harus dibantu dengan beberapa alat panca indera yang beraneka ragam, sementara karakter panca indera itu sendiri berbeda? Kekuatannya juga berbeda satu sama lainnya. Mereka memberi jawaban bahwa seluruh urat syaraf yang berada di dalam badan pasti berhubungan dengan hati, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka mengatakan bahwa dari hati tersebut dialirkan melalui urat syaraf dan aliran darah kekuatan kepada mata untuk mempergunakan alat penglihatan, kepada telinga untuk mendengar, kepada kulit untuk merasa dan kepada setiap anggota tubuh lainnya, hati mengalirkan kekuatan untuk menjaga setiap anggota tubuh tersebut. Hati merupakan unsur pembentuk anggota tubuh, alat panca indera dan kekuatan. Oleh sebab itulah, menurut pendapat yang benar hati merupakan anggota tubuh yang pertama kali dibentuk. Tidak diragukan lagi, kekuatan berpikir bersumber dari hati. Meskipun ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa sumbernya adalah akal yang ada di kepala, namun yang benar adalah sumber dan pusatnya adalah di hati sementara cabangnya ada di kepala. Allah telah mengisyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya :

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا

”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami?” (al-Hajj : 46)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ

”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.” (Qaaf : 37)
Yang dimaksud hati di sini bukanlah gumpalan daging yang dimiliki oleh setiap hewan, mamun yang dimaksud adalah akal pikiran.

Kelompok lainnya berpendapat lain, mereka mengatakan bahwa pusat alat panca indera adalah otak. Mereka mengingkari adanya hubungan antara hati dengan mata, telinga dan hidung melalui urat syaraf dan aliran darah. Mereka mengatakan bahwa pendapat seperti itu merupakan kebohongan yang tidak sesuai dengan anatomi manusia itu sendiri!

Yang benar adalah pendapat pertengahan antara dua kelompok di atas, yaitu hati merupakan sumber kekuatan bagi alat panca indera tersebut. Kekuatan ini adalah kekuatan maknawi yang tidak butuh urat syaraf tertentu untuk membawanya kepada alat panca indera tersebut. Karena kekuatan tersebut sampai kepada alat panca indera dan anggota tubuh lainnya hanya bergantung kepada kesiapannya menerima sinyal dari hati. Dan sinyal hati itu tidak akan dialirkan melalui urat syaraf maupun aliran darah. Dengan demikian selesailah segala kerancuan dalam permasalahan yang banyak dibicarakan dan dipersoalkan ini. Wallahu a’lam bish shawab, hanya Allah-lah yang kuasa memberi taufik kepada kebenaran.

Kemudian, seandainya Anda melihat otak dan meneliti komposisinya niscaya Anda akan menyaksikan suatu perkara yang menakjubkan. Anda akan melihat suatu komposisi yang membuat akal terheran. Otak dibungkus oleh selaput-selaput dan penutup yang saling bertumpang tindih untuk menjaganya dari kegoncangan. Kemudian dibungkus dengan tulang kepala seperti topi baja dan helm yang berfungsi untuk menjaganya dari benturan, kejatuhan dan pukulan.

Pelindung tersebut akan menahannya seperti halnya topi baja melindungi kepala dalam pertempuran. Kemudian tulang tersebut dibungkus dengan kulit untuk melindungi tulang tersebut agar tidak terkena gangguan. Kemudian kulit tersebut dihiasi dengan rambut yang lebat untuk menjaganya dan menutupinya dari cuaca panas dan dingin dan dari berbagai gangguan, dan juga berfungsi sebagai keindahan dan perhiasan. Tanyakanlah kepada ahli ta’thil (para pengingkar sifat Allah) [dan juga orang atheis dan sekuler, pen] : Siapakah yang melindungi otak seperti ini? Dan siapakah yang telah menetapkannya? Dalam ruangan ini (otak) tersimpan berbagai jenis manfaat, kekuatan dan keajaiban lainnya. Kemudian ruangan ini ditutup dengan rapi dan dijaga sedemikian sempurna. Allah telah menjaganya dengan baik dan menjadikannya sebagai pusat pergerakan alat perasa dan panca indera. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.

Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah melanjutkan lagi perkataannya : Tujuan membeberkan hal ini semua hanyalah untuk mengingatkan tentang adanya hikmah pada penciptaan manusia. Meski sebenarnya hikmah di balik itu terlalu besar untuk diungkap oleh akal dan kata-kata.

(Keajaiban-keajaiban Makhluk dalam Pandangan al-Imam Ibnul Qayyim, Pustaka Darul Haq)