Di tengah perayaan yang hiruk pikuk dalam rangka peringatan terampasnya bumi palestina di tangan Zionist yahudi seperti yang yang ditunjukkan oleh hasil survey bahwa mayoritas dari kalangan pemuda Yahudi tidak menginginkan hidup di negara Zionist Israel.

Surat kabar Yahudi “Haartz” mempublikasikan hasil survei yang menunjukkan bahwa 30% dari kalangan pemuda Zionist yang berusia antara 12-18 tahun tidak menginginkan tinggal di Negara Israel dan mereka akan berimigrasi ke negara lain, jika kondisinya tidak nyaman dan aman, dengan alasan mereka hanya menanti masa depan yang suram di negara Yahudi

Mencari Sikon yang Lebih Tenang:
Survey menunjukkan bahwa 45% dari Kalangan pemuda Zionist ingin meninggalkan entitas Zionist dalam rangka untuk mencari pola dan gaya hidup baru di negara lain, dan bahwa situasi dan kondisi di negara lain akan lebih tenang daripada kondisi di dalam entitas Zionist.

Masih menurut kabar “Haaretz”, survey telah membuktikan bahwa hanya 22% saja dari kalangan pemuda Zionist yang ingin tetap tinggal di dalam negara Yahudi, dan ini merupakan prosentase yang sangat kecil dibandingkan dengan survey-survey yang dilakukan di negara-negara lain.

Para Tim survei menjelaskan kekhawatiran mereka tentang konsekuensi dari semua itu, apalagi seperempat kalangan pemuda Yahudi di “Israel” tidak berharap masa depan yang cerah padanya, seperti yang dijelaskan bahwa 45% dari mereka menyatakan ragu-ragu untuk hidup di sana atau mereka akan meninggalkan Israel untuk selamanya.

Dan sebelumnya Para Pemimpin Yahudi telah menyerukan Pemerintah Zionist untuk meninggalkan rencana-rencana yang dapat menyebabkan bertambahnya imigran Yahudi ke Negara lain yang disebabkan kurangnya keamanan di sana dan melihat keberadaan warga yahudi yang begitu besar di negara-negara lain, khususnya di Amerika Serikat dan Perancis dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di kalangan negara-negara tersebut, masih menurut mereka.

Pada waktu yang lalu di tahun ini, Central Intelligence Agency US (CIA) melaporkan prediksi kehancuran “Israel” selama dua puluh tahun mendatang, dengan asumsi bahwa hal ini pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. (Isme/An)