Kesehatan merupakan salah satu nikmat besar dari Allah yang patut dijaga di samping ia merupakan sumber ketenangan rumah tangga, bagaimana tidak demikian sementara segala aktifitas dan kegiatan kita demi menjaga kelangsungan rumah tangga tidak terlaksana dengan maksimal tanpanya, ia bukan satu-satunya sumber ketenangan rumah tangga akan tetapi percayalah bahwa tanpanya rumah tangga akan berkurang ketenangan dan kebahagiaannya sesuai dengan kadar hilangnya nikmat Allah yang satu ini.

Bayangkan diri Anda sebagai suami sementara istri sedang sakit, Anda dituntut menunaikan tugas sehari-hari istri di rumah sementara Anda juga harus menunaikan tugas Anda sebagai pencari nafkah di luar rumah, bukankah Anda akan kelimpungan? Atau sebaliknya Anda sebagai istri sementara sementara suami sedang sakit, Anda di tuntut merawat suami di samping Anda tetap harus menunaikan tugas-tugas Anda sebagai istri, belum lagi jika dengan sakitnya tersebut suami tidak bisa bekerja padahal penghasilannya tergantung kepada pekerjaannya itu, betapa kacaunya Anda.

Tidak ada jalan lain bagi suami istri agar hal seperti ini tidak terjadi selain berusaha menjaga kesehatan, karena ilmu kesehatan menyatakan bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan, maka menjaga kesehatan identik dengan menjaga kebersihan dan kita semua mengetahui bahwa penyakit berikut pemicunya identik dengan kekotoran dan kejorokan.

Sebagai suami istri muslim tentunya kita telah memahami dan mengetahui bahwa kebersihan merupakan perkara yang ditekankan oleh Islam dalam kehidupan sehari-hari, ia sudah disuarakan oleh Islam sejak empat belas abad yang silam, pada zaman di mana manusia belum ada yang mengenal dasar-dasar kesehatan, disyariatkanya bersuci atau thaharah di mana ia menjadi sebuah bab tersendiri yang dikaji panjang lebar sekaligus mendetail oleh para fuqaha adalah bukti kongkrit yang berbicara tentang hal itu.

Berikut ini penulis paparkan sisi-sisi kebersihan yang patut diperhatikan oleh suami istri:

Kedua tangan

Siapa pun mengetahui bahwa tangan adalah anggota tubuh yang paling beresiko dan paling rentan terkena kotoran, hal ini karena tangan merupakan alat bekerja dan beraktifitas, hampir semua pekerjaan dan aktifitas dikerjakan dengan tangan, pada saat yang sama tangan merupakan anggota yang paling akrab dengan anggota tubuh yang lain, misalnya kita mengucek mata dengan tangan, mengupil dengan tangan, menggaruk dengan tangan bahkan apa yang kita suapkan ke mulut lalu selanjutnya masuk ke dalam perut sebagai makanan yang menjadi sumber hidup kita melalui perantara tangan.

Setelah ini silakan Anda membayangkan sendiri jika kebersihan kedua tangan tidak diberi perhatian yang memadahi oleh suami istri, bukankah ia bisa menjadi sarang kuman pemicu penyakit yang menyerang tubuh? Lebih-lebih istri yang menyiapkan makanan keluarga, jika yang bersangkutan tidak memperhatikan kebersihan kedua tangannya maka dia bisa meracuni dirinya sendiri, suami dan anak-anaknya.

Dari sini Islam mengajak umatnya memperhatikan kebersihan kedua tangan, Islam menjadikan membasuh kedua tangan sebagai salah satu sunnah wudhu, menjadikan menyentuh kelamin, bagian tubuh yang paling erat kaitannya dengan kotoran karena ia adalah saluran pembuangan –menurut pendapat yang rajih- sebagai salah satu pembatal wudhu, kalau wudhu batal maka otomatis yang bersangkutan akan membasuh tangannya pada saat wudhu berikutnya.

Islam mengajak membersihkan kedua tangan dalam kondisi di mana kita tidak mengetahui status kebersihan keduanya, dalam kondisi tidur misalnya, kita tidak memastikan keberadaan kedua tangan kita dan keduanya menyentuh apa, tidak menutup kemungkinan keduanya atau salah satunya menyentuh salah satu dari dua jalan, dari sini maka Rasulullah saw mengajak umatnya mencuci kedua tangan sehabis bangun tidur.

إِذَا سْـتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلاَ يَغْـمِسْ يَدَهُ فِي الإِنَاءِ حَتىَّ يَغْـسِلَهَا فَإِنَّهُ لاَيَدْرِيْ أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ .

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga dia membasuhnya karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Islam mengajak membersihkan kedua tangan sebelum makan, hal ini bisa kita pahami dari kewajiban makan dengan tangan kanan, sebab bagaimanapun tangan kanan lebih kecil interaksinya dengan kotoran, karena pada prinsipnya tangan kanan memang digunakan untuk perkara-perkara yang baik dan bersih, dari sini pula kita mengetahui bahwa orang yang melalaikan kewajiban makan dengan tangan kanan dan dia dia makan dengan tangan kiri lebih beresiko terkena bibit penyakit karena interaksi tangan kiri dengan kotoran lebih intens.

Islam juga mengajak umatnya agar tidak membiarkan sisa-sisa makanan yang menempel di tangan tanpa membersihkannya, karena hal itu bisa menjadi perantara lahirnya kuman penyakit.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bermalam sementara di tangannya terdapat sisa-sisa makanan lalu dia terkena sesuatu maka janganlah dia menyalahkan selain dirinya sendiri.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir nomor 6115).

Kita juga mengetahui bahwa beristinja` dengan tangan kanan dilarang, karena apa yang keluar dari dua jalan merupakan kotoran yang berbahaya jika tersentuh dengan tangan kanan lalu tangan tersebut dipakai menyuapkan makanan ke dalam mulut atau menyentuh bagian tubuh lain yang sensitif, mata misalnya.

Kita mengetahui bahwa kedua tangan dengan jari-jarinya memiliki kuku yang tumbuh, di baliknya bisa tersimpan kotoran yang menjadi bibit bagi penyakit yang tidak nampak oleh mata telanjang walaupun sepintas ia bersih, akan tetapi tetap tidak ada yang bisa menjamin bahwa ia steril dari bibit-bibit penyakit.

Islam mengajak umatnya memotong kuku, Islam menjadikannya sebagai salah satu sunnah fitrah.
Sabda Nabi saw,

الفِطْرَةُ خَمْسٌ : الخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبِطِ .

“Fitrah ada lima: khitan, mencukur bulu kelamin, menggunting kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).

Dari sini merawat dengan cara memanjangkan kuku bukan termasuk tuntunan Islam walaupun sebagian kaum muslimin khususnya para wanita melakukannya, pelakunya menyelisihi fitrah, di samping dia lebih beresiko terjangkit penyakit akibat kuman yang tersimpan di balik kukunya. Islam memang agama yang menyayangi manusia lebih dari manusia kepada dirinya, adakah yang mengambil pelajaran? (Bersambung / Izzudin Karimi).