Abdullah bin Umar

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah saw bersabda, “Di antara pohon-pohon ada satu pohon yang tidak rontok daunnya, ia seperti seorang muslim, katakan kepadaku pohon apa itu?” Abdullah berkata, “Pikiran orang-orang yang hadir menjelajah pohon-pohon di daerah pedalaman, namun di hatiku terbetik jawaban bahwa ia adalah pohon kurma, namun aku tidak mengatakannya karena aku malu, di antara yang hadir aku yang paling muda.” Kemudian hadirin bertanya, “Katakan kepada kami ya Rasulullah pohon apa itu?” Maka Nabi saw menjawab, “Pohon kurma.” Abdullah berkata, “Setelah pulang aku menceritakan hal itu kepada Umar, maka dia berkata, ‘Kalau kamu menjawab maka hal itu lebih aku sukai daripada ini dan ini.”

Zaid bin Tsabit

Al-Bukhari meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahwa kaumnya berkata kepada Nabi SAW, “Di lingkungan kami terdapat seorang anak dari Bani Najjar yang menghafal antara tiga belas sampai sembilan belas surat,” Lalu beliau saw memintaku untuk membaca, lalu aku membaca surat Qaaf, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya aku menulis kepada suatu kaum dan aku khawatir mereka menambah atau mengurangi, maka belajarlah kamu bahasa Siryaniyah.” Lalu Zaid belahar dan berhasil menguasainya dalam waktu tujuh belas hari. Dalam riwayat yang lain dalam lima belas hari.

Abdullah bin az-Zubair

Dia sedang bermain-main bersama anak-anak sebayanya di jalanan kota Madinah, tiba-tiba Amirul Mukminin Umar bin al-Khatthab melewati jalan itu, kawan-kawan mainnya berlari menyembunyikan diri karena takut kepada Umar, tetapi tidak dengan anak ini, dia bergeming di tempatnya. Umar bertanya kepadanya, “Mengapa kamu tetap di tempatmu, tidak lari seperti kawan-kawanmu?” Dia menjawab, “Jalan ini bukan jalan yang sempit sehingga aku harus meluaskannya untukmu dan aku tidak melakukan kesalahan yang membuatku harus takut kepadamu.”

Anak Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz melihat seorang anaknya pada hari raya dengan pakaian yang usang, maka dia menangis. Anaknya berkata, “Apa yang membuatmu menangis ya Amirul Mukminin?”

Umar menjawab, “Putraku, aku takut hatimu bersedih pada hari raya ini, jika kamu melihat anak-anak yang lain dengan baju bagus, sementara kamu dengan baju seperti ini.”

Anaknya berkata, “Ya Amirul Mukminin, yang patut bersedih adalah orang yang tidak memperoleh ridho Allah atau dia durhaka kepada ibu bapaknya. Dan aku berharap Allah meridhoiku dengan ridhomu.” Umar menangis, dia memeluknya dan mencium keningnya. Dia mendoakannya dengan kebaikan dan keberkahan. Maka dia termasuk orang terkaya sesudah bapaknya.
(Izzudin Karimi)