Rambut

Rambut merupakan salah satu perhiasan bagi manusia sekaligus pelindung bagi kepala, tanpa perhatian dan perawatan: disisir, dibersihkan dan dicuci, ia tidak akan tumbuh baik dan alami, bahkan ia mungkin rusak, tidak sampai pada batas ini, membiarkan rambut tanpa dibersihkan menjadikannya sebagai sarang bagi debu dan keringat yang pada akhirnya berubah menjadi daki, selanjutnya kulit kepala menebal lalu muncul gata-gatal yang jika digaruk mungkin mengakibatkan lecet, di samping itu tumpukan daki ini bisa melahirkan kutu yang membuat kepala menjadi sangat tidak nyaman.

Rambut dalam kehidupan suami istri memiliki peran dalam menjaga kedekatan dan kemesraan, bukankah ada ungkapan, “Kubelai rambutmu.” Membelai rambut merupakan salah satu ekpresi cinta kasih suami kepada istri atau sebaliknya, oleh karena itu rata-rata pria lebih menyukai wanita yang berambut panjang sehingga dia bisa membelainya sebagai bahasa perhatian dan kasih sayang kepadanya, sekarang bayangkan jika rambut yang Anda belai kusam, awut-awutan,kumal dan berbau? Jika Anda sebagai suami atau istri, penulis yakin Anda pasti malas melalukannya, padahal dengan itu suami atau istri telah kehilangan salah satu bahasa cinta kepada pasangannya.

Ada satu lagi ekspresi kasih sayang dan kemesraan suami istri yang berhubungan dengan rambut yaitu berpelukan, jika suami istri berpelukan maka posisi kepala istri biasanya di dada atau di leher suami, hal ini karena pada umumnya wanita lebih pendek postur tubuhnya daripada laki-laki, dalam kondisi demikian maka yang berada di depan hidung adalah kepala dengan rambutnya, bagaimana jika rambut itu selama satu minggu tidak di cuci? Silakan dinikmati, anggaplah itu sebagai bagian Anda, itu kalau Anda setuju.

Ada satu lagi ekspresi kasih sayang dan kemesraan suami istri yang berhubungan dengan rambut yaitu menyandarkan kepala di dada, ini bukan saja kesukaan suami, tetapi istri juga menyukainya, biasanya istri melakukan ini sebagai wujud dari kemanjaannya atau karena dia merasa aman dengan perlindungan dari suami, maka dia mengungkapkannya dengan menyandarkan kepalanya ke dada suami.

Kalau bagi suami, perkara menyandarkan kepala adalah salah satu kesukaannya, karena di samping dia tidak mendapatkan tempat lain dan itu merupakan tempat yang paling pas, adakah menyandarkan kepala di punggung atau di kaki atau di tempat lain? Suami juga mendapatkan kedamaian, ketenangan, belaian kasih dan hal lain yang hanya diketahui dan dirasakan oleh suami sendiri.

Nah, dalam posisi suami atau istri menyandarkan kepala di dada, apa yang ada di depan hidung Anda? Bagaimana jika kepala pasangan berbau tengik karena dia lalai dalam merawat dan memperhatikan rambutnya? Bisa dipastikan acara menyandarkan kepala di dada tidak berlangsung lama, bahkan langsung bubar pada saat itu juga. Sebaliknya jika rambut pasangan harum, lembut dan teratur maka Anda akan merasakan betapa pendeknya waktu, atau bisa-bisa Anda melupakan yang lain, tidak perlu khawatir masih ada kesempatan di depan, perkaranya ada di tangan Anda.

Dengan keterangan penulis ini masihkah Anda wahai suami muslim, wahai istri muslimah, menyia-nyiakan dan menelantarkan rambut Anda?

Kalau begitu penulis akan menambahkan keterangan tentang perkara ini dengan menukil sebagian hadits-hadits Rasulullah saw yang mendorong dan mengajak seorang muslim agar memperhatikan dan menata rambutnya, penulis berharap pembaca mengetahui betapa sempurna dan luhurnya agama Islam, sampai urusan rambut tidak luput dari perhatiannya, hal ini semata-mata agar setiap muslim berpenampilan bersih dan rapi sebagai cermin bagi agamanya yang memang mengajak kepada kebersihan.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki rambut maka hendaknya dia memuliakannya.” Memuliakan rambut adalah dengan menyisir dan membersihkannya.

Dari Abu Qatadah bahwa dia mempunyai rambut yang tebal, dia bertanya kepada Nabi saw, maka beliau memintanya agar merawatnya dan menyisirnya setiap hari. (HR. an-Nasa`i).

Dua jalan

Siapa pun mengetahui bahwa dua jalan: depan dan belakang merupakan saluran pembuangan bagi sesuatu yang najis dan kotor, hasil dari proses kerja tubuh terhadap apa yang diserapnya, yang keluar dari dua jalan ini di samping kotor dan najis, ia juga mengandung banyak mikroba dan virus yang membahayakan lebih-lebih yang keluar dari jalan belakang, di samping itu letak kedua anggota ini yang berada pada lipatan tubuh membuatnya menjadi tempat ngendon bagi keringat yang memicu bau yang tidak sedap.

Dari sini maka perhatian terhadap kebersihan kedua anggota tubuh ini merupakan keharusan atas setiap muslim yang tidak mungkin di tawar, karena jika tidak maka yang bersangkutan di samping sangat riskan terjangkit penyakit, dari sisi agama dia telah melalaikan salah satu kewajibannya yaitu beristinja`, perlu diketahui bahwa melalaikan istinja` adalah salah satu sebab azab kubur.

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw melewati dua kuburan, beliau bersabda, “Keduanya di azab dan keduanya tidak di azab karena sesuatu yang berat, yang pertama karena dia tidak menutupi diri dari kencing.” Dalam sebuah riwayat, “Tidak membersihkan diri dari kencing.” (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir nomor 2440 dan 2441).

Islam sendiri sebagai agama kebersihan telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana membersihkan diri dari dua kotoran ini, karena penulis telah memaparkan perkara ini di tempat lain maka di sini penulis tidak mengulangnya. (Pembaca bisa merujuk apa yang penulis paparkan tentang istinja` dalam situs ini di link fikih).

Dalam kehidupan suami istri kebersihan dua jalan merupakan perkara yang sangat penting, lebih-lebih jalan depan, lebih-lebih punya istri, suami istri mana pun mengetahui mengapanya, maka penulis tidak perlu berkata menjelaskannya, hanya saja penulis ingin menurunkan sebuah petunjuk Nabi saw tentang pentingnya menjaga jalan depan bagi istri lebih-lebih setelah dia menyelesaikan tamu bulanannya, ini harus di perhatikan oleh para istri demi suami, sebab kita semua mengetahui bahwa selama tamu bulanan istri hadir, suami harus libur dan istirahat, dia harus bersabar menunggu masa suci istri, begitu masa ini tiba lalu suami mendapatkan istri dalam keadaan bersih dan harum, jelas hal ini menambah cinta suami kepadanya, sebaliknya setelah satu minggu menunggu ternyata pada diri istri tidak ada perbedaan kecuali hanya dalam boleh dan tidaknya melakukan, bisa-bisa keinginan suami menurun.

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah bahwa Asma` bertanya kepada Rasulullah saw tentang bersuci dari haid, Rasulullah saw menjelaskan, “Hendaknya salah seorang dari kalian mengambil air dengan daun bidara, lalu dia bersuci dengan baik, lalu mengguyur kepalanya seraya menggosok-ngosok kepalanya sehingga air membasahi kepalanya, lalu mengguyurkan air ke kepalanya, setelah itu dia mengambil kapas yang telah diolesi wewangian dan bersuci dengannya.” Dia bertanya, “Bagaimana bersuci dengannya?” Nabi saw menjawab, “Subhanallah, bersucilah dengannya.” Aisyah berkata, “Sepertinya dia belum mengerti, aku berkata kepadanya, ‘Bersihkanlah bekas-bekas darah dengan kapas itu.” Wallahu a’lam.
(Izzudin Karimi)