Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, rakyat tertimpa kelaparan. Dirwas bin Habib Al-Ajali mendatanginya bersama beberapa orang dari kaumnya.
Dirwas berkata, “Ya Amirul Mukminin. Tiga tahun berturut-turut kami para rakyat memikul beban berat. Tahun pertama memakan daging kami. Tahun kedua mencairkan lemak, dan tahun ketiga menghisap tulang kami. Padahal di tangan kalian terdapat harta yang melimpah. Jika harta itu milik Allah maka sayangilah hamba-hambaNya dengannya. Jika harta itu milik rakyat mengapa engkau menahannya sementara kalian membelanjakannya secara cepat dan berlebih-lebihan, padahal Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Dan jika harta itu milik kalian maka bersedekahlah kepada mereka. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.”

Hisyam berkata, “Benar-benar mengagumkan. Kamu tidak menyisakan satu pun dari tiga perkara itu bagi kami.” Lalu dia memerintahkan seratus ribu agar dibagi-bagikan kepada rakyat. Dirwas sendiri diberi seratus ribu dirham.

Dirwas bertanya, “Ya Amirul Mukminin, apakah setiap muslim diberi yang sama?”
Hisyam menjawab, “Tidak, Baitul Mal tidak mampu membayarnya.”
Dirwas berkata, “Kalau begitu aku tidak memerlukan sesuatu yang bisa membuatmu dicela.” Tetapi Hisyam memaksanya.

Ketika Dirwas sampai di rumah, dia membagi sembilan puluh ribu kepada kabilah-kabilah Arab. Dan sisanya untuk dirinya dan kaumnya. Hal itu didengar oleh Hisyam.
Dia berkata, “Berbuat baik kepada orang sepertinya membangkitkan akhlak-akhlak yang mulia.”

SISI BALAGHAH
1. Ucapan Dirwas, “Tiga tahun berturut-turut kami para rakyat memikul beban berat. Tahun pertama memakan daging kami. Tahun kedua mencairkan lemak, dan tahun ketiga menghisap tulang kami.”
Ini adalah ucapan dengan nilai balaghah yang tinggi. Dirwas mampu menjelaskan dampak buruk paceklik yang berlangsung tiga tahun berturut-turut dengan bahasa kiasan yang tinggi. Katanya, tahun pertama memakan daging, yakni membuat kami kurus, meskipun demikian kami masih mampu bertahan hidup. Katanya, tahun kedua mencairkan lemak, yakni ini lebih berat, membuat kami lebih kurus lagi meskipun kami masih mampu bertahan, akan tetapi pada tahun ketiga kami tidak mampu lagi tegak karena tulang yang menjadi penyangga hidup kami telah dihisap oleh paceklik.

2. Ucapan Dirwas tentang harta yang dipegang oleh kepala negara bahwa harta tersebut tidak keluar dari tiga kemungkinan sekaligus tuntutan dari masing-masing kemungkinan. Ketiga kemungkinan tersebut adalah harta tersebut milik Allah atau harta tersebut milik rakyat atau harta tersebut milik penguasa. Jika yang pertama maka Dirwas meminta kepala negara membagi harta kepada hamba-hamba Allah. Jika yang kedua maka Dirwas meminta kepala negara memberikannya kepada rakyat karena ia milik rakyat. Jika yang ketiga maka Dirwas mendorong kepala negara bersedekah kepada rakyatnya. Pembagian Dirwas ini tidak menyisakan ruang berkelit bagi kepala negara, walaupun begitu kepala negara tidak merasa disudutkan, justru dia mengagumi ucapan Dirwas.

SISI KETELADANAN AKHLAK
a) Kemampuan berdiplomasi di hadapan kepala negara dengan bahasa luhur yang tidak merendahkan.
b) Nasihat rakyat kepada pemimpin dengan cara yang baik.
c) Hendaknya kepala negara berempati kepada rakyat.
d) Zuhud Dirwas dalam perkara harta, meskipun khalifah memberinya hadiah secara khusus akan tetapi dia membagi-bagikannya kepada sesamanya, dia melihat dirinya tidak lebih berhak dari yang lain.
Wallahu a’lam.