Pertanyaan:
Ada orang-orang yang sibuk mendatangkan arwah dan menempuh jalan-jalan yang berbeda-beda. Sebagian mereka memegang gelas kecil, bejana, atau huruf-huruf yang dituliskan di atas jendela, yang berisi jawaban-jawaban arwah yang didatang-kan atas pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada mereka dari kumpulan huruf-huruf menurut urutan berpindahnya gelas atau bejana di dalamnya. Sebagian yang lain memakai lewat bak sampah, yang diujungnya diletakkan pena untuk menulis ja-waban-jawaban atas pertanyaan para penanya (jelangkung, pent.) Apakah memang ruh yang dihadirkan, sebagaimana mereka kira, ataukah qarin atau setan? Dan apa hukum syar’i mengenai hal itu?

Jawaban:
Yang dimaksud dengan arwah di sini adalah bangsa jin yang diciptakan Allah dari api. Mereka adalah ruh dengan tanpa jasad. Dan, yang dimaksud dengan menghadirkannya ialah memang-gilnya dan meminta kehadirannya sehingga berbicara dan manusia mendengar ucapannya. Seperti diketahui bahwa Allah telah menutupi mereka dari kita dan bahwa penglihatan kita dapat membakar mereka, sebagaimana firmanNya tentang Iblis,

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Al-A`raf: 27).

Yang dimaksud dengan kabilahnya ialah bangsanya dan yang semisal penciptaannya, seperti malaikat dan jin. Allah mem-beri kepada mereka kemampuan untuk merubah wujud menjadi jasad-jasad yang bermacam-macam. Mereka dapat menampakkan diri dalam rupa hewan, serangga, singa dan lain-lain. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menyerupai manusia, sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala ,
“Tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang ke-masukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275).
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنْ اِبْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Setan mengalir dalam diri manusia pada aliran darah.”

Selama muslim membentengi dirinya dengan berdzikir kepada Allah, berdoa kepadaNya, membaca kitabNya, beramal shalih dan jauh dari keharaman, maka Allah melindunginya, dan jin tidak mampu mengganggunya serta menguasainya kecuali bila Allah menghendaki.

Adapun menghadirkan ruh yang dimaksud dalam pertanyaan maka tidak diragukan lagi bahwa yang diha-dirkan itu kemungkinan prajurit setan (khadam), yang kepada merekalah manusia mendekatkan diri dengan apa yang mereka sukai atau menulis huruf-huruf yang tidak dipahami yang berisikan kesyirikan atau doa kepada selain Allah. Lalu jin menjawabnya dan orang-orang yang hadir mendengarkan ucapannya. Biasanya ia menghadirkan seseorang yang lemah akal dan agamanya, kurang peduli dengan dzikir dan doa, sehingga jin bisa mera-sukinya dan berbicara lewat lisannya. Tidak ada yang melakukan hal itu kecuali para penyihir, dukun, dan sejenisnya. Bukan mustahil manusia dapat mendengar ucapan jin muslim, sebagai-mana disaksikan bahwa mereka membangunkannya untuk shalat dan tahajjud, sedangkan ia tidak melihat mereka. Wallahu a’lam.

Fatwa Syaikh Abdullah al-Jibrin yang ditandatanganinya