Umar mengutus seorang laki-laki dengan membawa seratus dinar, Umar berkata kepadanya, “Berangkatlah kepada Umair, tinggallah bersamanya seolah-olah kamu adalah tamu baginya, jika kamu melihat tanda-tanda kecukupan maka pulanglah, jika kamu melihat keadaan yang sulit maka serahkanlah seratus dinar ini kepadanya.”

Laki-laki itu berangkat, dia menemui Umair yang sedang memperbaiki bajunya di baliok sebuah kebun, Umair berkata kepadanya, “Singgahlah, semoga Allah merahmatimu.” Maka dia singgah, Umair bertanya kepadanya, “Dari mana kamu datang?” Dia menjawab, “Madinah.” Umair bertanya, “Bagaimana kamu meninggalkan Amirul Mukminin?” Dia menjawab, “Baik.” Umair bertanya, “Bagaimana kamu meninggalkan kaum muslimin?” Dia menjawab, “Mereka baik-baik.” Umair bertanya, “Bukankah Umar menegakkan hudud?” Dia menjawab, “Benar, dia telah mencambuk anaknya karena melakukan perbuatan keji.” Maka Umair berkata, “Ya Allah, bantulah Umar, sesungguhnya aku tidak mengetahui kecuali dia sangat menyintaiMu.”

Maka laki-laki itu tinggal bersama Umair sebagai tamu selama tiga hari, yang dipunyai oleh Umair hanya biji-biji gandum, Umair memberikannya kepadanya sementara dirinya dan keluarganya tidak makan sampai mereka kelelahan, maka Umair berkata kepadanya, “Kamu telah membuat kami lapar, sekiranya kamu berpindah kepada orang lain.” Maka laki-laki mengeluarkan dinar dan menyerahkannya kepada Umair sambil berkata, “Amirul Mukminin mengirimkannya kepadamu, gunakan ia untuk keperluanmu.” Maka Umair berteriak, “Aku tidak memerlukannya.” Umair menolaknya.

Istri Umair berkata, “Jika kamu memerlukannya, jika tidak maka berikan ia kepada yang berhak menerimanya.” Umair berkata, “Demi Allah, aku tidak mempunyai apa pun sebagai tempat uang-uang ini.” Maka istrinya merobek bagian bawah jubahnya dan memberikannya kepada Umair, Umair meletakkan uang itu di dalam kain tersebut lalu membawanya keluar dan membagikannya kepada anak-anak para syuhada` dan orang-orang miskin.

Laki-laki itu pulang kepada Umar, Umar bertanya kepadanya, “Apa yang kamu lihat?” Dia menjawab, “Ya Amirul Mukminin, aku melihat kekurangan hidup yang sangat parah.” Umar bertanya, “Lalu apa yang dia lakukan terhadap dinar-dinar itu?” Dia menjawab, “Aku tidak tahu.”

Maka Umar menulis kepada Umair, “Jika suratku ini datang kepadamu maka jangan meletakkannya sehingga kamu datang kepadaku.” Maka Umair datang kepada Umar, Umar bertanya kepadanya, “Apa yang kamu lakukan terhadap dinar-dinar itu?” Umair menjawab, “Aku telah melakukan apa yang telah aku lakukan, lalu mengapa engkau masih menanyakannya?” Umar berkata, “Aku memohon dengan sangat, katakan kepadaku apa yang telah kamu lakukan terhadap dinar-dinar itu?” Umair menjawab, “Aku memberikannya untuk diriku sebagai persiapan menghadapi suatu hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi berguna.” Umar berkata, “Semoga Allah merahmatimu.”

Lalu Umar memberikan satu wasaq bahan makanan dan dua helai baju, Umair berkata, “Aku tidak memerlukan bahan makanan, di rumah masih ada dua sha’ gandum, sebelum ia habis karena aku memakannya, Allah sudah memberikan rizki yang baru. Adapun dua baju ini maka aku menerimanya karena Ummu fulan –istrinya- tidak mempunyai baju.” Umair mengambilnya dan pulang. (Izzudin Karimi)