Mukaddimah

Sering mereka yang dinobatkan sebagai Du’aat (Para Da’i), dalam memperingati momen tertentu seperti kelahiran Nabi SAW (padahal acara seperti ini tentu tidak ada landasannya dalam agama-red) menyampaikan hadits seperti yang akan kita kaji kali ini atau dengan redaksi yang lain. Intinya, ingin menyanjung terlalu tinggi Rasulullah SAW hingga mencapai taraf ‘berlebih-lebihan’ (Ghuluw). Sayangnya lagi, kebanyakan mereka tidak pernah mau mempertanyakan kembali ‘keshahihan’ hadits tersebut; apakah kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan ataukah tidak.?

Termasuk dari pengembangan pembahasan hadits tersebut, pembiciraan seputar apa yang mereka sebut sebagai ‘nur Muhammad’ (yang juga dilandasi dengan hadits yang Mawdhu’ [palsu] dan cerita-cerita bohong).

Untuk itu, hendaknya kita berhati-hati di dalam berdalil dengan hadits yang tidak jelas juntrungan dan kualitasnya. Sebab di samping, kualitas hadits tersebut itu sendiri lemah atau pun mawdhu’, menyampaikannya kepada umat –tanpa memberitahukan kualitas sesungguhnya hadits tersebut- dapat menyeret mereka kepada kesesatan, bid’ah bahkan kesyirikan.

Semoga kita terhindar dari kebodohan dan selalu berdalil dengan dalil yang benar-benar shahih dari Rasulullah SAW.

Teks Hadits

كُنْتُ أَوَّلَ النَّبِيِّيْنَ فيِ اْلخَلْقِ وَآخِرَهُمْ فيِ اْلبَعْثِ

“Aku (Rasulullah) adalah Nabi Paling Pertama Diciptakan Dan Paling Akhir Dibangkitkan (diutus).”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim di dalam kitab tafsirnya dan Abu Nu’aim di dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dari hadits Abu Hurairah.

KUALITAS HADITS

Ini hadits DHA’IF (LEMAH), untuk itu silahkan lihat:

al-Maqaashid al-Hasanah karya as-Sakhawy, h.327
TamyÎz ath-Thayyib Min al-Khabiits… karya Ibn ad-Dubai’, h.122
Kasyf al-Khafaa` karya al-‘Ajluny, Jld.II, h.129
Al-Fawaa`id karya asy-Syawkany, h.326
Al-Asraar, h.352
Miizaan al-I’tidaal, Jld.I, h.331 dan Jld.II, h.128. Di dalam sanadnya terdapat periwayat bernama Baqiyyah dan Sa’id bin Basyir. Kedua-duanya adalah periwayat yang lemah haditsnya. Lihat, Dalaa’il an-Nubuwwah karya Abu Nua’im

(SUMBER: ad-Durar al-Muntatsirah Fi al-Ahaadiits al-Masyhuurah karya Imam as-Suyuthy, tahqiq, Syaikh Muhammad Luthfy ash-Shhabbaagh, h.156, hadits no.337)