Islam agama akhlak yang luhur, budi yang mulia dan perangai yang terpuji, semua itu tidak hanya sebatas kepada sesama muslim semata, lebih dari itu, termasuk kepada selain muslim. Bersikap adil, menjaga kejujuran, bermurah hati, berbuat baik dan menjaga haknya merupakan perkara-perkara yang didorong untuk diwujudkan. Sebaliknya bersikap curang, mendustai, menzhalimi, berbuat buruk dan mengurangi haknya merupakan perkara-perkara yang didorong untuk dilenyapkan.

Ini adalah beberapa sikap mulia dari orang-orang shalih kepada selain muslim, saya hadirkan sebagai teladan dan agar pembaca mengetahui bahwa agama Islam bukan agama dengan akhlak buruk kepada selain muslim, sekalipun sebagian kaum muslimin demikian.

Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula memgusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.” (Al-Mumtahanah: 8).

Abdullah bin Umar, Mujahid berkata tentangnya, “Aku sedang bersama Abdullah bin Umar saat itu seorang pembantunya sedang menguliti seekor kambing, maka Abdullah berkata kepadanya, ‘Wahai fulan, jika kamu telah selesai menguliti maka orang pertama yang harus kamu kirimi daging ini adalah tetangga kita, orang Yahudi itu.”

Hal ini diulang oleh Ibnu Umar berkali-kali, maka pelayannya berkata kepadanya, “Engkau telah mengulang-ngulangnya berkali-kali.” Maka Ibnu Umar berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw senantiasa mewaisatkan kepada kami agar berbuat baik kepada tetangga sehingga kami khawatir beliau menjadikannya sebagai ahli waris.”

Hasan Al-Bashri berkata, “Aku mendatangi seorang majusi manakala dia sedang menghadapi kematian, rumahnya di sebelah rumahku. Dia tetangga yang baik, berperilaku baik, berakhlak mulia, aku berharap Allah memberinya taufik sebelum wafat dan mewafatkannya di atas Islam.”

Aku bertanya kepadanya, “Apa yang kamu dapatkan? Bagaimana kabarmu?”

Dia menjawab, “Aku mempunyai hati yang sakit tidak sehat, badan yang lemah tidak kuat. Kubur yang seram tidak ada teman bagiku, perjalanan jauh tidak ada bekal untukku, titian yang kecil yang tidak aku lalui, neraka yang panas yang tidak kuat aku hadapi, surga yang tinggi dan tidak ada bagian untukku dan Tuhan yang adil yang tidak ada alasan untukku di hadapanNya.”

Al-Hasan berkata, “Aku berharap kepada Allah agar memberinya taufik. Aku menghadapinya dan berkata kepadanya, ‘Mengapa kamu tidak masuk Islam agar kamu selamat?’

Dia menjawab, “Wahai Syaikh, kuncinya di tangan pembukanya sementara gemboknya di sini.” Seraya menunjuk dadanya lalu dia pingsan.

Aku berdoa, “Ya Tuhanku, penolongku dan harapanku, jika kebaikan telah tertulis untuk orang ini maka berikanlah itu kepadanya sebelum ruhnya berpisah dari tubuhnya dan harapannya terputus.”

Al-Hasan berkata, “Majusi itu tersadar dari pingsannya, dia membuka matanya. Kemudian dia memandangku dan berkata, ‘Ya Syaikh. Sesungguhnya pembukanya telah mengirim kunci. Berikan tangan kananmu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.’ Kemudian ruhnya terpisah dari badannya dan kembali ke rahmat Allah.

Salah seorang shalihin mewanti-wanti pegawainya di tokonya agar menjelaskan cacat barang yang dijualnya kepada pembeli jika memang ada. Suatu hari datang seorang Yahudi datang, dia membeli kain yang cacat. Pemilik toko pada saat itu tidak berada di tempat.

Pegawainya berkata pada dirinya, “Orang yahudi, tidak usah diberitahu cacat barangnya.”

Kemudian pemilik toko datang. Dia menanyakan itu. Pegawainya menjawab, “Aku menjualnya kepada seorang Yahudi seharga tiga ribu dirham dan aku tidak menunjukkan cacatnya.” Pemilik toko bertanya, “Di mana dia?” Dia menjawab, “Telah pergi dengan kafilahnya.”

Maka pemilik toko itu menyusul kafilah dengan membawa uang tersebut. Setelah tiga hari dia menemukannya. Dia berkata kepada orang Yahudi, “Wahai orang ini kamu telah membeli kain ini. Ini kain cacat. Ambillah uangmu dan berikan kainnya.” Yahudi itu berkata, “Apa yang membuatmu melakukan itu?”

Pemilik toko itu menjawab, “Islam, karena Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa mencurangi kami maka dia bukan golongan kami.” Yahudi itu berkata, “Uang yang aku bayarkan itu palsu. Ambillah ini tiga ribu asli dan aku menambahmu lebih dari itu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”
(Izzudin Karimi)